Berita Lembata
Ribuan Anak Lembata Menderita Stunting, Pemkab Targetkan Tuntas Tahun Depan
misalnya kader di desa,pemerintah desa, PKK desa , stakeholder di desa ini mesti aktif dalam penanganan masalah stunting.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM,LEWOLEBA--Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday menyebutkan sebanyak 1084 anak di Lembata saat ini menderita stunting.
Situasi yang mengkhawatirkan ini perlu diatasi bersama dan Bupati Langoday memberi target hingga tahun depan Lembata sudah masuk kategori zero stunting atau nol kasus penderita stunting.
Dia menegaskan hal ini saat acara Rembuk Stunting Kabupaten Lembata di Hotel Anisa Lewoleba, Kamis, 21 Oktober 2021 yang dihadiri langsung oleh unsur pemerintahan sampai ke tingkat desa dan mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Ini harus diubah jadi zero stunting. Komitmen kita hari ini setahun ke depan zero stunting. Manusia yang paling sehat ada di Lembata, sesuai tagline Healthiest From The East. Sehat mulai dari bayi dan balita. Dan ibu harus sehat sejak remaja. Jika kita tidak siapkan ini maka jumlah stunting bisa bertambah,” kata dia mengingatkan.
Lebih dari itu, dia berujar angka stunting yang tinggi menunjukkan bahwa selama ini masih ada kesalahan dalam orientasi pembangunan oleh pemerintah daerah.
Dia menyebutkan pemerintah masih sibuk mengurus pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan gedung tapi lupa pembangunan manusianya.
Baca juga: Semarak Kegiatan Bulan Bahasa SMAN 1 Ile Ape di Kabupaten Lembata Mulai Digelar
“Kenapa banyak yang stunting? Karena ada kesalahan orientasi pembagunan, kita sibuk bangun jalan, jembatan dan gedung tapi kita lupa pembangunan manusianya. Hari ini harus ada road map zero stunting,” tegasnya.
Dia meminta pemerintah desa juga berupaya maksimal menurunkan angka stunting di desa masing-masing dengan menyediakan alokasi anggaran penurunan stunting dalam APBDes secara maksimal.
“Bangunan fisik kita bisa bangun kapan saja tapi anak-anak stunting tidak bisa sembuhkan,” ujar Bupati Langoday yang didampingi istrinya Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata Maria Sadipun.
Dalam acara tersebut, pemerintah dan semua mitra yang hadir saat itu juga membubuhkan tanda tangan sebagai tanda komitmen bersama untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Lembata.
Berdasarkan data yang dipaparkan tim Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, terdapat 37 desa lokus aksi konvergensi stunting di Kabupaten Lembata tahun 2022. Prevalensi stunting di Kabupaten Lembata periode pengukuran Agustus 2019 sebesar 31,49 persen dan pada periode pengukuran Agustus 2020 menurun menjadi 27,5 persen.
Baca juga: Semarak Kegiatan Bulan Bahasa SMAN 1 Ile Ape di Kabupaten Lembata Mulai Digelar
Manajer Program Yayasan Plan Indonesia Area Lembata, Erlina Dangu, menjelaskan, stunting merupakan masalah yang kompleks karena bukan hanya soal kesehatan saja tapi juga soal ketersediaan air bersih, sanitasi masyarakat, gizi ibu hamil yang sudah harus diperhatikan sejak dia masih pada fase remaja putri.
Menurut dia, intervensi kesehatan untuk mengatasi stunting hanya 30 persen saja.
Sisanya, penurunan angka stunting sangat bergantung pada faktor lingkungan dan sanitasi serta gizi sejak fase remaja putri menjadi ibu hamil, 1000 hari kehidupan anak di dalam janin dan gizi bayi dan balita.
Apa Itu Stunting?
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Mathias Beyeng mengatakan stunting atau perawakan pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya.
Stunting katanya merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia. Ini menyebakan anak mengalami perawakan pendek akibat kekurangan gizi. Kekurangan gizi bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja tapi juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Untuk mencegah anak menderita stunting maka peran semua pihak sangat dibutuhkan, terutama mulai dari keluarga untuk memperhatikan asupan gizi untuk anak-anaknya.
Ia mengatakan investasi besar bagi orang tua adalah anak-anak, karena itu masalah gizi menjadi perhatian utama orang tua.
Baca juga: Kunjungan Kerja ke Wulandoni Lembata, Bupati Thomas Ola Tinjau Pasar Barter dan Pelabuhan Laut
Selain orang tua, stakeholder lainnya juga punya peran penting dalam mengatasi masalah stunting yakni kader posyandu, pemerintah desa, petugas gizi baik di Puskesmas maupun di desa.
Dia berkata pada pertemuan gubernur dan seluruh bupati dan para kepala dinas kesehatan se NTT, minggu lalu di Labuan Bajo, untuk NTT, Kabupaten Lembata dinilai cukup berhasil , bisa menurunkan angka stunting 2 persen
Ia menjelaskan sesuai komitmen para bupati se- NTT, kasus stunting di NTT tahun 2022 hanya 10 persen dari jumlah bayi yang ditimbang.
Di menandaskan untuk bisa terwujudnya komitmen tersebut, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata,melakukan berbagai langkah.
Langkah pertama kata Mathias Beyeng, dirinya melakukan pertemuan dengan seluruh kepala Puskesmas dan petugas gizi untuk membicarakan masalah stunting dan langkah-langkah yang harus diambil sehingga untuk tahun 2022 kasus stunting di Kabupaten Lembata hanya 10 persen.
Petugas, dia berujar, melakukan identifikasi semua masalah terkait dengan penanganan stunting. Kedua merumuskan bersama langkah langkah pemecahan masalah. Ketiga merumuskan apa- apa saja yang harus dilakukan untuk turunkan stunting.
Dan yang tak kala penting adalah masalah peran stakeholder yang lain misalnya kader di desa,pemerintah desa, PKK desa , stakeholder di desa ini mesti aktif dalam penanganan masalah stunting.
Ia juga mengatakan, setelah anak atau bayi dilakukan timbang berat badan di posyandu, maka mesti segera ditindaklanjuti. Jika berat badannya kurang dan tinggi bayi tersebut juga kurang, maka segera dilakukan penanganan bersama-sama baik oleh orang tua dan stakeholder yang ada di desa. (*)