Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 13 Oktober 2021: Dasar Kecaman
Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Betapa beraninya Yesus. Bahkan kata kecaman yang digunakan-Nya pun tak main-main, "celakalah".
Renungan Harian Katolik Rabu 13 Oktober 2021: Dasar Kecaman (Lukas 11:42-46)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Betapa beraninya Yesus. Bahkan kata kecaman yang digunakan-Nya pun tak main-main, "celakalah".
"Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi ... Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat ..."
Kaum Farisi dan ahli Taurat bukan orang-orang sembarangan. Mereka tokoh-tokoh yang terpandang, berwibawa.
Mereka ini pandai dalam hal agama. Mereka menjadi rujukan dan panutan orang banyak.
Mengapa tindakan orang-orang Farisi membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran justru disoroti dengan penilaian bahwa keadilan dan kasih Allah diabaikan? (Luk 11:42a).
Kenapa kesukaan mereka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar dipersalahkan? (Luk 11:43).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 11 Oktober 2021: Tak Melulu Tanda
Mengapa ahli-ahli Taurat dikecam dengan tuduhan bahwa mereka meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi mereka sendiri dianggap tak menyentuh beban itu dengan satu jari pun? (Luk 11:46).
Penginjil Lukas pernah berkisah (lih. Luk 10:25-28). Pernah ada seorang ahli Taurat mencobai Yesus. "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Ketika ditanya balik oleh Yesus, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?"
Jawabnya, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".
Yesus lalu berkata kepadanya, "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup".
Jadi, Yesus mengetahui bahwa para tokoh itu sangat mendalami dua perintah yang paling utama, yakni mengasihi Tuhan Allah dengan seutuh-utuhnya dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Dengan begitu, mempertontonkan kesalehan dalam berdoa dan mengharapkan penghargaan dari orang, bukan cara dan perbuatan yang sesuai dalam menepati perintah mengasihi Tuhan Allah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Oktober 2021: Pelihara Firman