Advertorial
Kerja Keras Gubernur dan Wagub VBL-JNS Sukses Turunkan Stunting di NTT
Permasalahan gizi buruk atau stunting masih menjadi momok dalam pembangunan manusia Indonesia, NTT provinsi tertinggi.
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Gerardus Manyela
Aplikasi itu menginput data hasil timbang dan ukur. Saat dimasukkan ke aplikasi, hasilnya langsung kelihatan status gizinya berdasarkan BB/U (Berat Badan/Umur), BB/TB atau PB/U (Berat Badan/ Tinggi badan atau Panjang Badan/Umur). Jika hasilnya dibawah minus 2 dikategorikan penden dan dibawah minum 3 dikategorikan sangat pendek.
Langkah penanganan yang sudah dilakukan, kata Iwan, antara lain pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil (bumil), pemerian vitamin A untuk bayi/balita, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pabrikan bagi bumil dan KEK (kurang energi kronis) dan balita gizi buruk, pemberian suplemen serbuk kelor dan abon sapi, surveilans gizi, ANC (Ante Natal Care) untuk bumil yang berkualitas minimal empat kali, IDL (Imunisasi Dasar Lerkap) bayi/balita, pemberian obat cacing, pemeriksaan malaria dan TB bagi bumil (triple eliminasi), tatalaksana gizi buruk bagi balita rawat jalan dan rawat nginap, screaning masalah gizi menggunakan vitaLILA (Lingkar Lengan Atas), pemberian zinek pada balita diaera, kelambunisasi, konseling PMBA dan ASI Eksklusif
Untuk sebaran stunting di NTT keadaan Februari 2021, kata Iwan, stunting tinggi terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebesar 35,3%, Sumba Barat Daya (SBD) sebesar 32,4% dan Sabu Raijua (Sarai) sebanyak 31,7%, sedangkan keaadaan terendah terdapat di Kabupaten Nagekeo sebanyak 10,4%, Sumba Tengah 11,1% dan Manggarai Timur 14,1%.(adv)