Berita Lembata

Siswa SDK Lewotolok 1 Ile Ape Terancam Tak Bisa Belajar Mengajar Saat Musim Hujan, Ini Alasannya

siswa dan guru SDK Lewotolok 1 yang selama ini masih melakukan aktivitas belajar mengajar di bawah naungan pohon dan tenda darurat harus  pindah tempa

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Foto/Ricko Wawo/
Para siswa dan guru SDK Lewotolok 1 yang selama ini masih melakukan aktivitas belajar mengajar di bawah naungan pohon dan tenda darurat harus pindah tempat jika musim hujan tiba. Kondisi tenda darurat yang dijadikan tempat belajar tentu tidak bisa bertahan pada musim hujan nanti. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Para siswa dan guru SDK Lewotolok 1 yang selama ini masih melakukan aktivitas belajar mengajar di bawah naungan pohon dan tenda darurat harus  pindah tempat jika musim hujan tiba. Kondisi tenda darurat yang dijadikan tempat belajar tentu tidak bisa bertahan pada musim hujan nanti. 

Bupati Lembata Thomas Ola Langoday juga sudah menyatakan rasa prihatinnya atas situasi ini. Gedung SDK Lewotolok 1 yang berada di desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape sudah rusak total diterjang banjir pada 4 April 2021 yang lalu. Para guru dan siswa sekarang hanya punya dua tenda darurat yang dibangun di hamparan kebun Waesesa, terpal sebagai alas untuk belajar dan papan putih (white board).

"Kita prihatin. Anak-anak belajar di bawah pohon asam. Suatu situasi yang memprihatinkan," kata Bupati Thomas Ola Langoday saat melihat langsung kondisi sekolah tersebut di perkebunan Waesesa, Kecamatan Ile Ape, Rabu, 27 September 2021 petang.

Dia sudah memerintahkan Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata Siprianus Meru supaya berkomunikasi dengan pemerintah pusat (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Jadi sangat diharapkan secepatnya BNPB bisa mengirim tenda-tenda besar yang bisa dijadikan kelas-kelas darurat bagi 120 siswa SDK Lewotolok 1 Ile Ape.

Baca juga: Mahfud MD Jamin Pembukaan PON XX Papua oleh Presiden Jokowi Akan Lancar, Diantisipasi Berlapis

Selain itu, fasilitas lain seperti kursi dan meja untuk sementara diambil dari sekolah-sekolah di desa terdampak bencana yang hari ini belum melakukan proses belajar dan mengajar.

"Kita siap baik supaya saat musim hujan tiba suasananya lebih terjamin jika dibandingkan dengan situasi sekarang," katanya.

Sebelumnya, Yustina Lelo, guru kelas lainnya, menyebutkan jadwal pembelajaran tatap muka dibagi menjadi dua bagian dalam seminggu yakni pada di hari Senin, Rabu dan Jumat dilangsungkan di lokasi pengungsian mandiri Waesesa. Lalu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu pembelajaran dilakukan di rumah penduduk di desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape.

Khusus di Waesesa, para guru dan siswa harus berbagi kelas. Dua kelas di dalam sebuah tenda BNPB, dua kelas di dalam sebuah tenda berwarna putih dan dua kelas lainnya di bawah pohon. Para siswa, duduk hanya beralaskan terpal, berusaha menyimak dan menulis apa yang diajarkan oleh para guru mereka.

“Kami tetap berusaha supaya anak-anak selalu dapat pelajaran,” tandas Yustina. *)

 
 Berita Lembata Lainnya :

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved