Berita Lembata

Lima Bulan Pendidikan Anak Ile Ape di Lembata Terbengkalai Pasca Bencana Banjir dan Longsor

Lima Bulan Pendidikan Anak Ile Ape di Lembata Terbengkalai Pasca Bencana Banjir dan Longsor

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Ketua Kwarda Pramuka NTT Pieter Manuk dan Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Lembata Simon Tery Langobelen sedang melihat lokasi lahan untuk dibangun gedung darurat SDK Lewotolok 2 di Parekwalang, Kecamatan Ile Ape, Senin, 27 September 2021. 

Yustina Lelo, guru kelas lainnya, berujar jadwal pembelajaran tatap muka dibagi menjadi dua bagian dalam seminggu yakni pada di hari Senin, Rabu dan Jumat dilangsungkan di lokasi pengungsian mandiri Waesesa.

Lalu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu pembelajaran dilakukan di rumah penduduk di desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape.

Khusus di Waesesa, para guru dan siswa harus berbagi kelas. Dua kelas di dalam sebuah tenda BNPB, dua kelas di dalam sebuah tenda berwarna putih dan dua kelas lainnya di bawah pohon. Para siswa, duduk hanya beralaskan terpal, berusaha menyimak dan menulis apa yang diajarkan oleh para guru mereka.

"Kami tetap berusaha supaya anak-anak selalu dapat pelajaran," tandas Yustina.

Kepala SDK Lewotolok 1, Bernardus Butu, menjelaskan tempat mereka belajar saat ini merupakan lahan milik Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Silvester Samun.

Dia masih harus bertemu para orangtua untuk membahas kemungkinan lahan baru untuk pembangunan gedung sekolah darurat jika memungkinkan.

Peserta didik tetap kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas, karena tak ada kursi dan meja belajar serta fasilitas sekolah lainnya. Para guru, lanjutnya, sudah mengeluhkan bahwa siswa kelas satu, dua dan tiga yang masih belajar menulis cukup kesulitan belajar karena hanya duduk beralaskan terpal atau belajar menulis dengan tubuh telungkup. (*)

Baca Berita Lembata Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved