Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 23 September 2021: Rasa Cemas
Rasa cemas adalah hal yang manusiawi dan kita pasti mengalaminya. Cemas akan hal-hal yang telah berlalu, akan apa yang akan terjadi
Renungan Harian Katolik Kamis 23 September 2021: Rasa Cemas (Lukas 9:7-9)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Rasa cemas adalah hal yang manusiawi dan kita pasti mengalaminya. Cemas akan hal-hal yang telah berlalu, akan apa yang akan terjadi, yang mungkin terjadi, atau pun yang mungkin tidak akan terjadi.
Rasa bersalah karena kegagalan atau kesalahan di masa lalu sering menghantui dan mencemaskan diri. Jika rasa bersalah itu seperti memandang wajah masa lalu kita dan hanya melihat bekas jerawat atau bopeng di wajah, maka kecemasan akan terus berkecamuk dalam diri dan membuat diri hanya melihat masa depan yang bisa saja jadi salah.
Saat kita terbutakan oleh rasa cemas, kita tak dapat melihat adanya kemungkinan bahwa bagian wajah kita yang lain bisa saja begitu sempurna. Rasa cemas, karena itu, diatasi dengan melihat keseluruhan wajah kita.
Mengapa orang takut akan kegelapan? Mungkin karena banyak hal yang tidak dapat dilihat. Betapa berbeda ketika orang melihat dalam terang di siang hari.
Kemarin saya membawa mobil ke doorsmer (tempat pencucian mobil). Agak sepi, tak banyak mobil yang dicuci. Sambil menunggu, saya sempat duduk ngobrol dengan sang pemilik. Orangnya ramah. Wajahnya cerah ceria. Begitu pun para pekerjanya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik 23 September 2021 Peringatan St Padre Pio: Doa Kunci yang Membuka Hati Tuhan
Ia berbagi cerita. Seharian bisa dua puluh sampai tiga puluh mobil yang datang. Tapi kadang kurang dari itu. Apalagi kalau hari hujan. Barulah setelah hujan mungkin ada tambahan, walau tak banyak.
Lebih lanjut ia utarakan bahwa mulai nanti sore ia akan buka usaha tambahan. Di tempat cucian itu juga yang ia sulap jadi kafe. Berbagi waktu. Doorsmer pagi hingga sore, kafe ambil waktu sore hingga malam.
Saya sempat nyelutuk, "Apa nantinya akan banyak pengunjung, apalagi di masa pandemi ini?"
Ia tangkas menjawab, "Ah bang, rezeki sudah ada yang ngatur. Tak perlulah terlalu cemas. Apa benar nggak ada yang datang? Khan belum dibuka?"
Saya tersedak dan bergumam, "Iya ya!"
Masa depan penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Ketika kita terfokus pada kemungkinan yang tak menguntungkan, itulah yang memunculkan kecemasan. Bila kita terfokus pada kemungkinan sebaliknya, yang biasanya lebih disukai, itulah yang disebut bebas dari rasa cemas.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 22 September 2021: Relasi
Herodes, raja wilayah, ketika mendengar tentang munculnya Yesus dan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus, hatinya kecut. Ia menjadi cemas. Apa yang dicemaskannya?
Beredar pendapat dan tanggapan orang tentang sosok Yesus. Ada yang bilang bahwa Yesus itu Yohanes Pembaptis yang telah bangkit.
Beberapa waktu sebelumnya, ia memang telah menyuruh prajuritnya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis.
Ada pula yang mengatakan bahwa Yesus itu Elia yang muncul kembali, atau salah seorang nabi zaman dulu yang bangkit lagi.
Kehadiran Yesus seakan membangkitkan kecemasan dalam dirinya oleh masa lalunya, pun akan masa depannya. Masa lalunya mengguncang dirinya dengan kecemasan akan pembalasan dari orang yang pernah ia bunuh. Masa depannya seakan terguncang ketidakpastian oleh tampilnya Yesus.
Padahal seandainya pun Yohanes yang tampil kembali, apa benar Yohanes akan melakukan pembalasan? Apakah Yesus memang datang untuk melakukan makar, menurunkan dia dari kursi kekuasaannya?
Orang bijak bilang, ketika kecemasan menyelimuti hati dengan bayang-bayang gelap, carilah terang dan pencerahan. Fokuskan pandangan pada apa yang ada di hadapan, yang dapat dilihat; bukan pada apa yang ada di belakang atau di atas atau yang tidak kelihatan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 20 September 2021: Telinga dan Hati
Penginjil Lukas menulis, dalam kecemasannya, Herodes "berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus" (Luk 9:9b).
Tak diuraikan untuk apa dia mau bertemu dengan Yesus. Tapi apakah catatan kecil itu setidaknya juga mau menjelaskan bahwa ada keinginan Herodes untuk mendapatkan pencerahan tentang siapakah sesungguhnya Yesus itu?
"Apa yang akan kita cemaskan jika kita tidak mempunyai sesuatu untuk dicemaskan?" Ungkapan ini mungkin menunjukkan satu kebenaran. Seperti bernafas atau makan, kecemasan tampaknya merupakan bagian dari kondisi manusiawi kita.
Masalah kesehatan yang serius, Covid-19 yang tak tahu kapan berlalu, perjalanan karier, masalah keluarga, persahabatan, dan sebagainya; itu semua mungkin yang dicemaskan dengan berbagai alasan yang masuk akal.
Tak terkecuali bisa jadi kecemasan oleh kehadiran Tuhan sendiri yang seakan membuka masa lalu kita dan memberikan hukuman atas diri kita; pun mengguncang ketenteraman dan kenyamanan hidup kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 17 September 2021: Berkeliling dan Berbuat Baik
Rupanya kita mesti datang kepada Tuhan. Menyerahkan segala kecemasan kita pada-Nya. Membiarkan Allah memberikan pencerahan bagi diri kita. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 23 September 2021:

Bacaan I : Hag 1:1-8
Bangunlah rumah Tuhan dan Aku akan berkenan menerimanya
Pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius, pada hari pertama bulan keenam, datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan Nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar.
Bunyinya, “Beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!’
Maka datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan Nabi Hagai, bunyinya: Apakah sudah tiba waktunya bagi kalian untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan?
Oleh sebab itu beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Perhatikanlah keadaanmu! Kalian menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit.
Kalian makan, tetapi tidak sampai kenyang. Kalian minum, tetapi tidak sampai puas. Kalian berpakaian, tetapi badanmu tidak menjadi hangat.
Dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja tetapi upahnya ditaruh dalam pundi-pundi yang berlubang!’
Beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Perhatikanlah keadaanmu!
Maka naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah rumah Tuhan. Maka aku akan berkenan menerimanya, dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan : 149:1-2.3-4.5-6a.9b
Refr.: Tuhan berkenan akan umat-Nya
- Nyanyikanlah bagi Tuhan lagu yang baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh! Biarlah Israel bersukacita atas Penciptanya, biarlah Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
- Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
- Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur! Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka; itulah semarak bagi orang yang dikasihi Allah.
Bacaan Injil: Lukas 9:7-9
Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?
Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala sesuatu yang terjadi, ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati.
Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit.
Tetapi Herodes berkata, “Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?”
Lalu ia berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus