Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik 23 September 2021 Peringatan St Padre Pio: Doa Kunci yang Membuka Hati Tuhan

Sejak usia 5 tahun, Padre Pio dianugerahi penglihatan-penglihatan surgawi dan juga mengalami serangan dari setan.Ia melihat Yesus dan Bunda Maria

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Eman Kiik Mau 

Renungan Harian Katolik Kamis 23 September 2021, Peringatan Santo Pius dari Pietrelcina: Doa, Kunci yang Membuka Hati Tuhan

Oleh: RD. Eman Kiik Mau

POS-KUPANG.COM - Setiap 23 September, Gereja memperingati Santo Pius dari Pietrelcina. Atau yang dikenal dengan nama Padre Pio.

Padre Pio mengatakan bahwa doa adalah kunci yang membuka hati Tuhan.

Padre Pio lahir di Pietrelcina, Italia, 25 Mei 1887. Pada 6 Januari 1903, dalam usia 15 tahun, ia masuk Novisiat OFM. Cap di Morcone dan 22 Januari 1903, ia menerima jubah Fransiskan dengan nama biara Frater Pio, untuk menghormati Santo Pius V,  Santo Pelindung Pitrelcina. 

Sejak usia 5 tahun, Padre Pio dianugerahi penglihatan-penglihatan surgawi dan juga mengalami serangan dari setan. Juga dikisahkan bahwa ia melihat Yesus dan Bunda Maria, malaikat pelindungnya. 

Ketika usia 12 tahun, ia menerima Sakramen Komuni Pertama dan Sakramen Penguatan (Krisma). Padre Pio masuk Novisiat Biarawan Fransiskan Kapusin di Morcone pada usia 16 tahun.

Pada 22 Januari 1903, ia menerima jubah dan menerima nama Broeder Pio. Ia ditahbiskan imam pada tahun 1910 di Katedral Benevento. 

Tuhan menganugerahkan kepada Padre Pio begitu banyak karunia rohani. Padre Pio memperoleh karunia stigmata, osmogenesia, bilokasi, levitasi, teleportasi, penglihatan, membaca pikiran orang lain, karunia penyembuhan dan bahkan ia pernah membangkitkan seorang gadis yang sudah dinyatakan meninggal. 

Setiap hari, selalu ada ratusan bahkan ribuan orang yang berusaha untuk bertemu dengannya.

Pada 20 September 1918, saat berdoa di depan sebuah salib di kapela tua, ia diberi stigmata. Stignata itu terus terbuka dan mencucurkan darah selama 50 tahun.

Darah yang mengucur dari stigmatanya mengeluarkan bau harum bunga-bungaan.

Padre Pio tidur tak lebih dari dua jam setiap harinya dan tak pernah mengambil cuti barang sehari pun selama 50 tahun imamatnya.

Ia biasa bangun pagi-pagi buta untuk mempersembahkan Misa Kudus. Setelah Misa, ia biasanya melewatkan sebagian besar harinya dalam doa dan melayani Sakramen Tobat.

Meskipun begitu banyak karunia yang ia terima, Padre Pio dengan tulus menganggap dirinya tak berguna. Ia hanya mau menjadi seorang biarawan yang miskin yang berdoa. 

Sejak masa muda, kesehatan Padre Pio amat rapuh dan semakin buruk pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Akhirnya ia meninggal pada 23 September 1968. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved