Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 20 September 2021: Telinga dan Hati
Soalnya, ada orang yang punya telinga tapi tak bisa mendengar. Inderanya itu tak bisa berfungsi. Ia tuli dan hanya bisa berbahasa isyarat.
Renungan Harian Katolik Senin 20 September 2021: Telinga dan Hati (Lukas 8:16-18)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Manusia yang normal dan utuh-lengkap pasti punya telinga. Ini salah satu indera penting untuk mendengar.
Orang yang punya telinga bisa mendengar seharusnya senang dan bersyukur. Dengan punya telinga, ia bisa mendengar suara orang tuanya nun jauh di kampung lewat HP. Ia bisa mengikuti berita dari radio atau televisi. Ia bisa mendengar alunan saxophone yang dimainkan Kenny G.
Soalnya, ada orang yang punya telinga tapi tak bisa mendengar. Inderanya itu tak bisa berfungsi. Ia tuli dan hanya bisa berbahasa isyarat.
Mirisnya ada yang punya telinga yang berfungsi baik, tapi tak mau mendengar. Bahkan ada yang justru merasa senang tak mau mendengar atau pura-pura tuli.
Memang ada kalanya orang sebaiknya menghindari sesuatu yang tidak baik untuk didengar. Namun bukankah ada pula yang baik, benar, perlu, dan seharusnya didengar? Bukankah terkadang orang seharusnya juga mendengar, walaupun itu tak penting?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 19 September 2021: Jalan Iman; Menjadi Pelayan
Suami atau istri sering mengeluh kadang ingin didengarkan pasangannya. Anak atau peserta didik bisa berkembang jadi baik justru karena didengarkan isi hatinya. Bawahan sering merasa nyaman karena didengarkan. Ini sekedar contoh kenyataan yang tak bisa dibantah.
Tapi harus diingat, telinga itu hanyalah sarana. Mendengar tidak ditentukan oleh telinga saja, melainkan terutama oleh hati. Makanya jangan heran, yang bertelinga dan bisa mendengar, tapi kadang tak mampu mendengar(kan).
Sebaliknya, tak terpungkiri bahwa hati yang terbuka dan peka justru mampu mendengar kata-kata yang tak terucap sekalipun.
Saat mengajar orang-orang banyak yang datang berbondong-bondong kepada-Nya, Yesus berkata begini, “Perhatikanlah cara kamu mendengar“. Ia menyinggung tentang mendengar, dengan memberi garis bawah dan aksentuasi pada cara dalam mendengar.
Yesus menyampaikan ini dalam konteks kiasan atau perumpamaan yang Dia kisahkan tentang pelita. Bahwa pelita itu dinyalakan orang dan ditempatkan di atas kaki dian, agar cahayanya dapat dinikmati semua yang ada di dalam rumah.
Juga dalam konteks pernyataan-Nya bahwa "segala sesuatu yang tersembunyi atau rahasia, akhirnya akan dinyatakan, diketahui dan diumumkan". Apa maksud Yesus menyampaikan perkataan itu?
Kita tahu, mendengar pasti berhubungan dengan suara, bunyi, musik, lagu, dan lainnya. Agar suara, perkataan, musik yang didengar bisa ditangkap dengan baik, dimengerti, dan dinikmati, maka penting cara mendengar yang baik.
Kita tak mungkin menikmati lagu dan berjoget dengan baik, seirama musik dan lagu, kalau kita tak bisa mendengar dengan baik. Nasihat, petuah petitih menjadi tak ada artinya dan terbuang percuma dari mulut orang tua, jika kita tak serius mendengar, tak saksama menangkap dan membatinnya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Optimisme dengan Hati