Berita TTS
Petani Milenial di TTS Biayai Kuliah Dari Hasil Pertanian
Jenete To'kuan (20), petani milenial di Desa Noinbila, Kecamatan Mollo Selatan mampu membiayai sendiri biaya kuliahnya dari hasil pertanian
Penulis: Dion Kota | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dion Kota
POS-KUPANG.COM, SOE - Jenete To'kuan (20), petani milenial di Desa Noinbila, Kecamatan Mollo Selatan mampu membiayai sendiri biaya kuliahnya dari hasil pertanian. Jenete yang merupakan anak petani, memanfaatkan lahan milik orang tuanya untuk bercocok tanam hortikultura guna bisa membiayai biaya kuliahnya.
Ditemui POS-KUPANG.COM, Kamis 23 September 2021, Jenete menceritakan, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dirinya sudah mulai bercocok tanam tanaman hortikultura bersama kedua orang tuanya. Dirinya mempelajari cara bercocok tanam dari kedua orang tuanya.
Pada tahun 2020, dirinya diajak bergabung dalam program green skill 2 yang diluncurkan Yayaysan Plan Internasional.
Program ini sendiri fokus dalam membentuk petani-petani mileniel. Jenete mendapatkan pendampingan dan pelatihan terkait cara dan sistem bercocok tanam yang baik dan benar. Selain itu, jenet juga diperkenalkan dengan teknologi pertanian.
Baca juga: Duta Petani Milenial Indonesia Asal TTU, Sukses Raup Keuntungan Fantastis
"Awalnya, orang tua saya mengajarkan saya bercocok tanam dengan cara konvensional. Dimana kita masih balik lahan dengan menggunakan linggis dan cangkul, siram masih manual dan juga menggunakan pupuk kimia. Namun setelah saya bergabung dengan program green skill 2, saya diajarkan bagaimana menggunakan teknologi dalam bertani. Seperti balik lahan dan membuat bedeng menggunakan kultivator, membuat pupuk organik, menggunakan sistem irigasi tetes dan cara penyemaian bibit yang benar," ungkap Jenete.
Dirinya juga mendapatkan bantuan dari plan internasional berubah peralatan irigasi tetes, dinamo air, Viber, bibit tanaman dan juga pelatihan dan pendampingan.
Bersama orang 6 temannya, Jenete kemudian membentuk kelompok tani Hidup Baru Noinbila yang mengolah lahan 40 are.
Di atas lahan tersebut, ditanaman aneka tanaman hortikultura seperti tomat, wortel, terung, petcai dan buncis. Dalam sekali panen, kelompok tani yang diketuai Jenete tersebut mampu meraup penghasilan hingga 10 juta rupiah.
Baca juga: Kementan dan Komisi IV DPR Tingkatkan Kapastitas Petani Milenial dan Penyuluh di Kabupaten Rote Ndao
"Puji Tuhan dari hasil pertanian saya mampu membiayai kuliah saya. Selain itu keperluan kuliah seperti buku, foto copy, biaya print dan kebutuhan pribadi saya lainnya juga saya biayai dari hasil pertanian termasuk membeli satu unit handphone," ungkap wanita yang akan diwisuda sebagai sarjana pendidikan bahasa Inggris pada STKIP Soe ini.
Untuk mengembangkan usaha pertaniannya, kedepan pihaknya akan memperluas lahan pertanian menjadi 1 Ha. Di atas lahan tersebut nantinya juga akan ditanami dengan tanaman buah melon dan semangka.
Ketika ditanya apakah setelah meraih gelar sarjana, dirinya akan meninggalkan dunia pertanian, Jenete menegaskan ia akan tetap menggeluti dunia pertanian.
Oleh sebab itu, dirinya akan berusaha untuk mencari pekerjaan yang tak jauh dari lokasi tempat tinggalnya sehingga bisa tetap bertani.
"Dunia pertanian ini sangat menjanjikan yang penting kita pintar membaca peluang, rajin, tekun dan ulet. Saya sudah merasakan sendiri buah manis dari bidang pertanian sehingga sulit untuk saya meninggalkan dunia pertanian ini," pungkasnya. (*)