Timor Leste
Ungkapan Hati Anak Timor Leste yang Dibawa ke Indonesia Saat Perang: Hati Saya Merindukan OrangTua
Terlalu muda melihat tentara Indonesia sebagai musuh dan bersemangat dengan janji petualangan besar, anak laki-laki sudah berada di sebuah Jeep.
Sebuah Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk setelah kemerdekaan Timor-Leste pada tahun 2002 menyimpulkan sekitar dua pertiga dari anak-anak tersebut dipindahkan oleh tentara Indonesia tanpa persetujuan orang tua mereka.
Baca juga: Sepak Terjang Presiden Timor Leste Francisco Guterres, Tak Disangka Dulu Ikut Perangi Indonesia
Beberapa dikirim untuk melakukan pekerjaan kasar di militer Indonesia atau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Banyak orang, seperti Kalistru, diambil dengan diiming-imingi kehidupan yang lebih baik di luar Timor-Leste.
Dibesarkan sebagai orang Indonesia, atau ditinggalkan jauh dari rumah, mereka adalah “generasi curian” Timor-Leste.
Salah satu tentara Indonesia di Ainaro hari itu adalah Sumia Atmaja.
Baca juga: Sepak Terjang Presiden Timor Leste Francisco Guterres, Tak Disangka Dulu Ikut Perangi Indonesia
Dia menyelundupkan Kalistru dan anak-anak lelaki lainnya ke sebuah kapal angkatan laut di Dili, menuju Jakarta.
Dari sana ia membawa pulang anak laki-laki itu ke keluarganya di Jawa Barat dan secara efektif mengadopsinya sebagai putra keduanya.
Kalistru terpaksa mengganti namanya menjadi Alis Sumiaputra, yang berarti “anak Sumia”.
Ia dibesarkan dalam sistem sekolah Indonesia dan masuk Islam, meninggalkan iman Katolik orang tuanya di Timor-Leste.
Lambat laun ia melupakan bahasa Tetum asalnya.
Pada waktunya dia lupa banyak tentang kehidupan awalnya di pedesaan Ainaro, bahkan tentang keluarganya sendiri.
Kehidupan Alis di Indonesia memang tidak bahagia.
Prajurit yang membawanya baik, katanya, dan membesarkannya seolah-olah Alis adalah darah dan dagingnya sendiri.
“Dia berkata, 'Kamu bukan orang asing, kamu anakku.' Setelah bertemu ibu angkat saya dengan keempat anaknya, kami seperti saudara kandung. Kami memiliki hubungan yang sangat baik.”
Namun pada tahun 2019, 42 tahun setelah dia diculik, ingatan kembali muncul dengan kematian ayah angkat Alis yang berkewarganegaraan Indonesia dan kunjungan orang asing.
“Hati saya merindukan orang tua saya sejak ayah angkat saya meninggal,” kata Alis.
Berita Timor Leste lainnya
Artikel ini telah tayang di Intisarigrid.id dengan judul 4.000 Anak Diambil dari Timor Leste ke Indonesia selama Pendudukan Antara Tahun 1975-1999, Kalistru: 'Saya Merindukan Orangtua'