Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Optimisme dengan Hati
Awal dari penaburan itu begitu kecil, begitu rentan terhadap kegagalan, bahkan begitu jelas gagal total; tetapi pada akhirnya hasil begitu pasti
Kegagalan bisa mengajarkan saya, agar saya melihat segalanya dengan kacamata Tuhan. Kegagalan mengajarkan saya mengenai kerendahan hati, kesabaran, pantang menyerah; mendewasakan dan mematangkan diri saya.
Kegagalan adalah bagian dari rahasia pertumbuhan. Saya teringat kata-kata St. Paulus, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” (1kor :6-9).
Selain itu, ini pun perlu saya sadari bahwa saya bukanlah satu-satunya faktor penentu. Masih banyak faktor yang lain di luar jangkauan saya. Se-briliant apa pun otak dan pikiran saya, se-sistematis dan se-teratur apa pun konsep dan rencana saya, se-hebat apa pun kemampuan dan keterampilan saya; tak bisa memberi jaminan kepastian bahwa semuanya akan berjalan lancar dan sukses. Pada titik ini, saya tetap harus menyerahkan Tuhan. "Allah yang memberi pertumbuhan".
Saya selalu ingat, dosen teologi dogmatik saya. Beliau selalu mengawali kuliah dengan doa, "Tuhan, pangkal dan tujuan kegiatan kami, terangilah budi kami dalam merencanakan pekerjaan kami. Dampingilah kami dalam melaksanakannya dan berilah rahmat-Mu untuk menyelesaikannya dengan baik".
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 6 September 2021: Perkara Niat
Terakhir, tapi paling mendasar, "benih" yang ditabur bukanlah benih gandum, padi, sayuran, atau usaha apa pun. Tapi sesungguhnya adalah "Firman".
Firman tidak dapat ditaburkan, melainkan diucapkan, disampaikan, diberitakan, diperdengarkan.
Memang tak dijelaskan siapakah "pengucap" atau "penabur" firman". Tapi sudah bisa terbaca bahwa Yesus-lah, sang penyampai, Penaburnya.
Pun tak diterangkan kapan penaburan terjadi dan kapan saat berbuah dan panenan. Soalnya, aksentuasi dari perumpamaan adalah sasaran atau tempat ditaburkan firman, yaitu dalam hati manusia. Bukan di sembarang tempat.
Yesus selalu menabur ke dalam hati manusia. Sebab firman adalah sesuatu yang perlu ditanggapi. Proses penanggapan itu terjadi dalam hati.
Hati adalah tempat manusia mengambil keputusan-keputusan yang menentukan dalam seluruh hidupnya. Hati-lah yang mengarahkan pikiran, menjaga rasa, menentukan sikap dan langkah mana yang harus diambil.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Siapa Bertelinga Hendaklah Ia Mendengar
Olehnya, saya harus berusaha untuk punya hati yang baik. Yakni hati yang terbuka mendengar firman, menyimpannya, dan mengeluarkan buah dalam ketekunan (bdk. Luk 8:15). *
Teks Lengkap Bacaan 18 September 2021:

Bacaan I : 1 Timotius 6:13-16
Taatilah perintah ini tanpa cacat sampai saat kedatangan Tuhan
Saudara terkasih, di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu dan di hadapan Yesus Kristus yang memberi kesaksian yang benar di hadapan Ponsius Pilatus, aku memperingatkan engkau, "Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.