Timor Leste
Selain China, Timor Leste Menjalin Kerja Sama Pembangunan dengan Korea Selatan
Dewan Menteri Timor Leste memutuskan untuk menyetujui penandatanganan perjanjian antara Kementerian Pertanian dan Perikanan dan KOIKA dari Korsel.
Selain China, Timor Leste Menjalin Kerja Sama Pembangunan dengan Korea Selatan
POS-KUPANG.COM, DILI - Selama ini sudah menjadi pengetahuan luas bahwa China mendominasi pembangunan infrastruktur di Timor Leste.
Namun, ternyata Timor Leste tidak hanya membangun kerja sama dengan China, tetapi juga dengan negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan.
Hal ini diketahui dari siaran pers Pemerintah Timor Leste melalui website timor-leste.gov.tl, Rabu 15 September 2021.
Disampaikan bahwa pada hari Rabu 15 September 2021, Dewan Menteri bertemu di Istana Pemerintah di Dili dan memutuskan untuk menyetujui penandatanganan perjanjian antara Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste dan Badan Kerjasama Internasional Korea “KOIKA - Korea International Cooperation Agency”, mengenai proyek, yang akan dikembangkan antara tahun 2021 - 2025, dari meningkatkan rantai nilai pertanian melalui partisipasi petani di Timor Leste.
Perjanjian tersebut memberikan bantuan teknis dan pasokan bahan, oleh KOIKA, dengan perkiraan jumlah total enam juta dolar AS.
Menurut siaran pers tersebut, proyek ini akan berkontribusi pada penguatan sektor pertanian dan hortikultura, dengan tujuan meningkatkan produktivitas pertanian di daerah sasaran, membangun infrastruktur produksi pertanian dan meningkatkan kapasitas produksi pertanian, memungkinkan akses ke pasar produk lokal, meningkatkan fasilitas penjualan dan distribusi serta kapasitas pemasaran hasil pertanian.
Baca juga: Timor Leste Kibarkan Bendera Setengah Tiang Tanda Berkabung atas Meninggalnya Jorge Sampaio
Dewan Menteri memberikan kuasa penuh kepada Menteri Pertanian dan Perikanan, Pedro dos Reis, untuk menandatangani perjanjian dengan KOIKA tersebut.
Dewan Menteri memutuskan untuk mengizinkan pembukaan prosedur pembekalan mengenai pekerjaan pembangunan fasilitas baru Institut Politeknik Betano (IPB), sesuai dengan rancangan resolusi yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, Longuinhos dos Santos.
Proyek pembangunan IPB berawal dari rencana pembangunan terpadu terkait dengan Rencana Strategis Pembangunan Nasional periode 2011-2030, dengan tujuan mendasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan meningkatkan pelatihan sumber daya manusia khusus di bidang-bidang penting untuk kepentingan nasional.
Dewan Menteri memutuskan untuk mengizinkan penandatanganan perjanjian pembiayaan dengan Bank Pembangunan Asia, terkait dengan Proyek Perluasan Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato.
Dewan Menteri memberikan kuasa penuh kepada Menteri Keuangan, Rui Augusto Gomes, untuk menandatangani perjanjian tersebut.
Proyek tersebut meliputi perluasan landasan udara, menara kontrol baru dan rehabilitasi fasilitas lainnya.
Baca juga: Australia Umumkan Reformasi Program Mobilitas Tenaga Kerja Australia Pasifik dan Timor Leste
Disampaikan juga dalam lingkup Proyek Perluasan Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato, Dewan Menteri memutuskan untuk mengizinkan, untuk tahap pertama pengembangan proyek, pembukaan tiga prosedur pengadaan, jenis Tender Publik Internasional, untuk penghargaan publik kontrak untuk perusahaan kontraktor untuk desain dan konstruksi, untuk penyediaan layanan pengawasan dan untuk manajemen proyek.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perencanaan dan Pembangunan, José Maria dos Reis, mempresentasikan kepada Dewan Menteri pilihan politik-legislatif yang mendasari proyek yang berkaitan dengan Area Khusus untuk Perlindungan Lingkungan dan Ekologis.
Zona-zona ini adalah sekelompok kawasan yang, karena nilai dan kepekaannya dari sudut pandang ekologis atau karena keterpaparannya terhadap risiko alam, merupakan objek perlindungan khusus.
Opsi-opsi yang diusulkan bertujuan untuk menciptakan rezim hukum khusus untuk menetapkan serangkaian batasan pada pendudukan, penggunaan dan transformasi tanah, menentukan penggunaan yang sesuai dan penggunaan yang tidak sesuai.
WIKA dari Indonesia
Sebelumnya diberitakan bahwa PT Wijaya Karya (WIKA) dari Indonesia juga ikut mengerjakan berbagai proyek pembangunan di Timor Leste.
Melansir topbusiness.id 20 Juni 2019, tak hanya membangun bandara berkelas internasional yang baru diresmikan Presiden Timor Leste pada Selasa 18 Juni 2019 lalu, PT Wijaya Karya (WIKA) juga sedang mengerjakan proyek infrastruktur lain di negara jiran tersebut.
Baca juga: Pelajar di Perbatasan Indonesia - Timor Leste Diajari Taat Protokol Kesehatan Covid-19
Direktur Utama WIKA Tumiyana menjelaskan, perseroan juga turut membangun Comoro Bridges 1 & 2, Natarbora Bridges, dan Batugade-Maliana Road.
Selain itu, WIKA juga menunjukkan keahliannya membangun sarana dan prasarana terkait bidang energi.
Untuk menambah pasokan energi listrik di Bumi Loro Sae, WIKA sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Hera di bagian utara negara tersebut, sekitar 30 km dari Dili, ibukota Timor Leste serta PLTD Betano di wilayah selatan.
Dalam pengembangan bisnis luar negeri ke depan, optimistis mampu menyiapkan tim yang andal dan siap diterjunkan sebagai Duta Bangsa. Dibutuhkan sikap disiplin, mental yang kuat didukung dengan proses seleksi yang baik.
“Kami optimis WIKA dengan para engineers yang muda-muda ini memiliki kompetensi dengan standar internasional dan siap secara mental, mampu menjaga kesolidan tim dan saling memotivasi selama bekerja di luar negeri agar mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik,” kata Direktur Utama dalam keterangan persnya yang diterima Kamis 20 Juni 2019.
Baca juga: Luar Biasa! Timor Leste Putuskan Berkabung Nasional atas Meninggalnya Mantan Presiden Portugal
Pada Selasa 18 Juni 2019, Bandara Oecusse, Timor Leste yang dikerjakan oleh WIKA telah rampung dan diresmikan oleh Presiden Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Francisco Guterres dan Mari Alkatiri, selaku President of the Authority for Special Administrative Region of Oé-Cusse (RAEOA / Zeesm), di Oecusse, Timor Leste.
Momen bersejarah ini dihadiri dan disaksikan langsung oleh Presiden Parlemen Timor Leste Arão Noé de Jesus da Costa, Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, Sahat Sitorus, Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, Direktur Utama WIKA Tumiyana, Direktur Operasi III Destiawan Soewardjono, Direktur Quality, Health, Safety, and Environment (QHSE) Danu Prijambodo beserta jajaran pemerintahan RDTL dan masyarakat setempat.
Presiden RDTL, Francisco Guterres mengapresiasi kinerja WIKA dalam pembangunan infrastruktur dan penunjangnya di Timor Leste.
Dirinya menganggap bahwa WIKA sebagai BUMN Indonesia telah berperan besar dalam hubungan Timor Leste dan Indonesia baik dalam pembangunan Oecusse maupun negara Timor Leste.
Kesuksesan dalam pengembangan Oecusse menurut Presiden akan direplikasi di distrik-distrik lainnya.
Baca juga: Mengumpulkan Tulang: Penyembuhan Komunitas di Timor Leste
Bandara Oecusse diyakini telah menjadi salah satu maha karya WIKA di luar negeri karena merupakan bandara pertama yang dibangun WIKA di luar Indonesia sekaligus dengan lingkup pekerjaan yang komplit.
“Proyek ini menjadi bukti kapabilitas kami dari segi engineering, penguasaan teknologi, proyek manajemen serta memperoleh wawasan baru yang merupakan hasil interaksi dengan pihak-pihak berkepentingan yang berasal dari negara lain,” kata Tumiyana.
Dengan nilai kontrak mencapai US$119 juta, Proyek Bandara Internasional Oecusse terdiri dari pembangunan fasilitas landside dan airside seperti Tower Air Traffic Control (ATC), terminal building, quarrantine, fuel depot, Distance Measuring Equiment (DME), VHF Omnidirectional Range (VOR), runway, taxiway, apron, airfit lighting, hingga fasilitas bandara lainnya.
Lebih lanjut, lingkup pekerjaan Perseroan pada proyek bandara internasional ini juga meliputi pembuatan runway baru sepanjang 2,5 Km, pelebaran dan perluasan wilayah bandara agar bisa dijadikan bandara komersial, pemutakhiran sistem radar dan navigasi serta pemutakhiran sistem dan standar safety bandara internasional.
Selama periode 2015–2018, proses pembangunan ini melibatkan lebih dari 500 tenaga kerja gabungan Indonesia dan Timor Leste. Sebagian besar material berasal dari Indonesia seperti semen, besi beton, material arsitektur, dan garbarata, termasuk material baja konstruksi yang difabrikasi oleh entitas anak Perseroan, WIKA Industri & Konstruksi. Namun, beberapa peralatan yang belum tersedia di Indonesia didatangkan oleh WIKA dari beberapa negara seperti Amerika, Tiongkok, Austria, Australia.
Sumber: timor-leste.gov.tl/topbusiness.id
Berita Timor Leste lainnya