Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 12 September 2021: Menyangkal Diri dan Memikul Salib
Kecenderungan umum manusia adalah cari enak, cari gampang, cari yang serba menyenangkan dan memberi rasa aman, walaupun palsu.
Renungan Harian Katolik Minggu 12 September 2021: Menyangkal Diri dan Memikul Salib
Oleh: RD. Siprianus S. Senda*
POS-KUPANG.COM - Kecenderungan umum manusia adalah cari enak, cari gampang, cari yang serba menyenangkan dan memberi rasa aman, walaupun palsu. Maka cara-cara licik sekalipun akan ditempuh demi mencapai kepuasan palsu yang mendominasi hati.
Ada pengetahuan akal budi bahwa itu salah, itu bertentangan dengan norma agama dan norma sosial. Tapi hasrat dari dalam tak terbendung. Sulit dikendalikan. Maka jadilah aneka perbuatan yang menyimpang dari kebenaran demi tercapainya tujuan kecenderungan palsu tadi.
Inspirasi Mrk 8:27-35
Perikop Mrk 8:27-35 berbicara tentang dua hal. Pertama pertanyaan Yesus tentang siapa Dia, dan kedua pemberitahuan tentang penderitaanNya.
Pada bagian pertanyaan yang ditujukan kepada murid-murid, Yesus dua kali bertanya tentang diriNya: apa kata orang tentang Dia dan apa kata para murid sendiri tentang Dia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 11 September 2021: Pohon yang Baik Menghasilkan Buah yang Baik Pula
Atas pertanyaan pertama ada tiga jawaban yaitu Yohanes Pembaptis, Elia, dan salah seorang dari antara para nabi. Jawaban ini memperlihatkan bahwa publik yang mengenal Yesus tidak sampai pada jatidiriNya yang sebenarnya.
Yohanes Pembaptis dikenal publik sebagai orang yang membaptis di sungai Yordan dan mengajak orang bertobat untuk menerima kedatangan Mesias.
Mesias telah di ambang pintu. Situasinya mendesak. Orang harus membuat keputusan untuk bertobat dan disucikan untuk layak menerima Mesias.
Yohanes kemudian mati dibunuh oleh Herodes. Ketika Herodes mendengar tentang Yesus, dia berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes yang muncul kembali (Mrk 6:16) sebagaimana pikiran banyak orang (6:14).
Elia adalah salah satu nabi penting dalam Perjanjian Lama. Dia melakukan banyak mukjizat termasuk membangkitkan orang mati. Publik melihat apa yang dilakukan Yesus dan mereka mengingat kisah Elia. Maka Yesus dipandang sebagai Elia baru.
Salah seorang dari antara para nabi adalah ungkapan pengenalan publik bahwa Yesus itu seperti nabi-nabi lainnya.
Nabi adalah utusan Tuhan yang menyampaikan kehendak Tuhan. Dalam Perjanjian Lama dikenal suara nabi yang berseru: Beginilah firman Tuhan, Allah Israel.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 5 September 2021: Yesus Sahabat Seperjalanan Kita
Pengenalan seperti ini memang kelihatan dangkal. Yesus tidaklah seperti para nabi lainnya yang berkata bukan dari dirinya sendiri, melainkan meneruskan firman Tuhan.
Yesus justeru ketika berbicara, tidak seperti nabi lainnya. Dengan tegas Ia mengatakan: Aku berkata kepadamu. Pernyataan ini penuh wibawa. Keluar dari diriNya sendiri sebagai yang memiliki otoritas ilahi.
Dari gambaran di atas kelihatan bahwa tingkat pengenalan orang-orang itu tidak mendalam. Mereka tidak mengenal Yesus sampai ke kedalaman. Hanya sebatas seperti nabi-nabi Perjanjian Lama.
Jawaban dari para murid berbeda. Petrus yang mewakili para murid lainnya mengungkapkan jatidiri Yesus yang sebenarnya. "Engkaulah Mesias, Anak Allah."
Jawaban ini bukan saja jawaban intelektual belaka. Ini adalah jawaban iman. Di dalamnya terungkap tingkat pengenalan yamg lebih dalam, sekaligus ungkapan iman akan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah.
Bagian kedua injil berisi pemberitahuan tentang penderitaan Yesus dan tanggapan para murid yang lagi-lagi diwakili oleh Petrus.
Petrus pada babak sebelumnya begitu apik tampil sebagai murid yang mengenal Yesus, justeru pada babak ini babak belur ditegur Yesus. "Enyahlah iblis!"
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 4 September 2021: Utamakan Manusia
Petrus pada babak ini mengungkapkan sisi kelemahan dalam pengenalannya akan Yesus. Bagi dia, Yesus sebagai Mesias seharusnya Mesias yang pemenang, bukan yang kalah dan menderita.
Maka dia tidak terima kalau Yesus harus menderita. Itu tidak sesuai dengan gambarannya tentang Mesias dengan prototipe Daud, sang Raja Israel terurapi yang selalu menang perang.
Gambaran Petrus ini kiranya juga ada dalam benak banyak orang yang menghendaki Yesus sebagai raja Mesias politik yang dapat menghancurkan penjajahan Romawi.
Inspirasi Injil
Dari ulasan teks di atas, ada dua butir inspirasi untuk kehidupan kristiani masa kini. Pertama, mengenal Yesus secara mendalam semestinya berangkat dari pengalaman personal akan Yesus, dan bukan berdasarkan perkataan orang yang mengambang.
Petrus dan kawan-kawannya mengenal Yesus sampai pada tahap itu karena mereka mengalamiNya dalam relasi personal. Ada kedekatan spiritual denganNya, yang melampaui kedekatan fisik belaka.
Kedekatan spiritual ini berkembang menjadi kuat dan matang melalui olah rohani intensif. Murid Kristus masa kini hendaknya memiliki basis rohani yang kuat untuk tetap mengenal Yesus yang sejati, di antara aneka tipuan pengajaran tentang Yesus yang seolah-olah sejati.
Yesus yang sejati adalah Yesus yang memikul salib. Jalan salib adalah bagian dari hidup Yesus yang menyelamatkan manusia.
Kedua, dengan basis pengenalan yang mendalam dan benar akan Yesus, orang beriman dapat memahami jalan hidupNya dan mengikuti Dia dalam jalan tersebut. Sebab Dia telah bersabda, "Barangsiapa mau mengikuti Aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku."
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 29 Agustus 2021: Menjadi Manusia Otentik
Penegasan Yesus dalam hal kemuridan atau mengikuti Dia, menjelaskan syarat yang mesti dipenuhi seorang murid. Syarat penyangkalan diri dan memikul salib adalah bagian terberat dalam kemuridan sejati.
Kecenderungan manusiawi adalah mencari yang ringan, gampang, mudah untuk kesenangan diri.
Cara hidup Yesus justeru berbanding terbalik dengan kecenderungan dunia. Menyangkal diri adalah sikap menolak kecenderungan dunia yang menggiurkan tetapi menyesatkan dan membinasakan.
Menyangkal diri berarti berani menolak kompromi dengan kejahatan dalam bentuk apapun. Arti lain adalah berani melepas ego yang memperbudak, berani melawan arus penyimpangan yang merusak tatanan hidup kristiani.
Memikul salib itu berat. Setiap orang memiliki salib. Tetapi sebagai orang kristiani, salib yang sama adalah salib cinta kasih yang berkorban.
Cinta yang berkorban itu berat. Tapi harus dipikul. Dalam cinta yang berkorban ada kebaikan, kebenaran, ketulusan, keadilan, pengampunan, pengertian.
Memikul salib berarti menghayati kebaikan, kebenaran, ketulusan, keadilan, pengampunan, pengertian dan nilai-nilai kristiani lainnya dengan konsekuen.
Walau diterpa godaan yang melemahkan, menggiurkan, dan menyesatkan, seorang murid Kristus hendaknya tetap gigih memikul salib.
Bertahan dalam kebenaran adalah memikul salib. Terjerumus dalam kejahatan adalah membuang salib. Mengikuti kecenderungan dunia dan tenggelam dalam arus kejahatan duniawi adalah membuang salib.
Hal ini tentu bertentangan dengan jatidiri kekristenan di mana memikul salib adalah bagian hakiki.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 30 Agustus 2021: Kekecewaan Kecil
Mengikuti Yesus tidak berarti berjalan di belakang atau mengekor. Makna fisik itu tidak dimaksudkan oleh Yesus.
Mengikuti Dia berarti menghidupi cara berpikirNya, cara bertutur kataNya, cara bertindakNya. Singkatnya mengikuti Yesus berarti menghayati hidupNya.
Maka segala pikiran, tutur kata dan perbuatan yang bertentangan dengan Dia, seyogianya dijauhkan atau disingkirkan. Dengan demikian kita menjadi murid sejati, yang mengikuti Yesus sejati. Semoga....
*Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira
Teks Lengkap Bacaan 12 September 2021:

Bacaan I : Yesaya 50:5-9a
Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukul aku
Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.
Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku!
Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan: 116:1-2,3-4,5-6,8-9
Refr.: Aku boleh menikmati hidup di hadapan Tuhan.
Bacaan II: Yakobus 2:14-18
Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati
Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
Misalnya saja, seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari.
Kalau seorang dari antara kamu berkata kepadanya: "Selamat jalan! Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?
Demikian juga halnya dengan iman! Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Tetapi mungkin ada orang berkata "padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil: Gal 6:14
Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab oleh-Nya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
Bacaan Injil : Markus 8:27-35
Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan
Pada suatu hari Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi.
Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?"
Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."
Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!"
Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus