Berita NTT

Kelor NTT Berbasis Kualitas Siap Diekspor

Dekranasda NTT dan Moringa Organik Indonesia (MOI) siap mengekspor kelor NTT pada bulan Desember mendatang

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat (Tengah), Wakil Ketua Dekranasda NTT, Maria Fransiska Djogo (kedua dari kiri), Peneliti Kelor asal Ghana, Courage (Kiri) Direktur PT MOI, Dudi Krisnadi (Kanan) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Dekranasda NTT) dan Moringa Organik Indonesia (MOI) siap mengekspor kelor NTT pada bulan Desember mendatang.

Hal ini diungkapkan Direktur PT. Moringa Organik Indonesia (MOI), Dudi Krisnadi dalam pertemuan bersama Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat dan Wakil Ketua Dekranasda NTT, Maria Fransiska Djogo di kantor Dekranasda NTT, Minggu, 05 September 2021.

"Sekarang kami MOI sudah merasa yakin. aipa yang sudah dilakukan dengan senyap itu sudah siap sehingga bisa dikatakan NTT sudah siap ekspor kelor berbasis kualitas," kata Dudi.

Menurut dia, misi Gubernur untuk kelor sendiri ada dua yang disebut Kelorist Way.

Baca juga: LKPK Flotim Laporkan Dugaan Korupsi Proyek Kelor dan Benih Jambu Mete di Dinas Perkebunan

"Pertama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai pesan Undang - Undang Kesehatan dan satu lagi meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Lanjut Dudi, sebelumnya kedua hal ini belum diterima dengan baik dan belum diimplementasikan dengan baik oleh aparatur dibawahnya sehingga program ini terkesan berjalan lambat.

"Ketika Pak Gubernur bilang (makan) kelor biar sehat itu Pak Gubernur lagi ngomong peningkatan kesehatan masyarakat, tidak ada unsur bisnis di sini. Tapi ketika beliau bicara tentang derajat kesejahteraan masyarakat maka ada unsur bisnis di sini," terang Dudi.

Untuk bisa mencapai kesejahteraan masyarakat dengan kelor, ada syarat tertentu yang harus dipenuhi agar buyer luar negeri mau membeli produk - produk olahan kelor, seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) bagaimana mengolah kelor sehingga mampu menembus pasar internasional.

Baca juga: 5 Keajaiban Daun Kelor Untuk Kesehatan, Jaga Jantung hingga Bikin Awet Muda, Buktikan Sendiri!

Hal ini yang sebelumnya belum bisa dipenuhi oleh NTT untuk bisa mengekspor kelor yang ada di NTT.

"Nah sekarang Dekranasda melalui bunda berdua ini akan mengembalikan ke rel SOP yang benar dan MOI akan siap menerima dan menjadkan kelor NTT menjadi salah satu supply chainnya MOI di Palu untuk diolah dan diekspor.

MOI sudah memiliki standar ekspor yang diciptakan sendiri yakni Moringa Nutrition Lock Method.

"Sayang sekali jika kelor NTT yang dari segarnya saja karena mikro iklimnya sudah memiliki mineral yang tinggi dan nutrisi yang tinggi dibansung dengan tempat yang lain ketika salah mengolah maka itu malah jadi berbahaya untuk tubuh," kata Dudi.

"Contohnya e-coli tinggi dan lain sebagainya. Nutrisi itu harus dijaga karena di luar negeri orang beli kelor bukan beli kilogram. Orang luar negeri membeli kelor karena kandungan nutrisi yang ada di dalamnya dan itu yang manjadi tantangan terbesar untuk membuka pola pikir teman - teman di NTT bahwa mereka bisnis kelor itu bukan bisnis berat bukan bisnis jumlah tapi bisnis kualitas," lanjutnya.

Dia mengatakan, saat ini NTT sudah siap menjadi supply chain karena kelor di Semau dan beberapa titik di NTT sudah siap diekspor.

"Mungkin Desember sudah 1 kontainer," tandasnya.

Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat dalam kesempatan tersebut mengatakan, selama Dekranasda bukan hanya mengkampanyekan kelor tetapi lebih kepada mimpi NTT menuju serba kelor.

"Jadi kami di Dekranasda itu UMKM binaan kelor itu kan banyak ada yang sabun kelor, teh kelor, nugget kelor, kopi kelor, berurusan dengan serba kelor," kata Julie.

"Dan ini yang kami Dekranasda akan kembangkan terus tetapi saya belum puas sampai di situ. Jujur saja saya waktu pertama kali menjadi Ketua Dekranasda itu saya agak awam, kami berdua (Bunda 2) masih kurang paham tentang kelor. Yang mengajari kami adalah Kang Dudi sendiri ditahun 2018 akhir setelah pelantikan, saya bersama Kang Dudi pergi ke Sulamu, salah satu tempat projectnya Kang Dudi untuk membina melahirkan para keloris," lanjutnya.

Julie mengungkapkan, pada tahun 2019 Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat juga mengirim 100 orang keloris ke Blora untuk belajar tentang kelor.

Saat ini Dekranasda memfasilitasi UMKM di seluruh kabupaten/kota yang memiliki potensi kelor karena kendala selain covid-19, masalah yang dihadapi NTT adalah stunting dan gizi buruk yang sangat tinggi.

Sebagai Ketua PKK, Julie juga lebih mensosialisasikan tentang kelor karena menurut ahli gizi, nilai gizi kelor sangat luar biasa.

"Kelor bukan hanya bisa memberantas gizi buruk tetapi juga kita di bisa cari duit dari kelor. Bagaimana caranya? Contohnya ada UMKM yang kami fasilitasi untuk membuat teh celup kelor dan bubuk kelor dan kita mau supaya keluarga - keluarga PKK itu punya program namanya Moringa untuk Keluarga supaya keluarga ini bisa minumnya teh kelor masaknya juga ada bubuk kelor atau daun kelor sehingga mereka punya turunan dan seisi rumah itu sehat," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Julie, harus ada pelaku - pelaku UMKM untuk meningkatkan ekonomi dan Dekranasda memfasilitasi bukan hanya dari awal tetapi sampai kemasan, menjadi produk kelor yang bisa dijual.

"Kami melihat bahwa pelaku - pelaku kelor ini banyak tetapi mereka ini tidak tahu apakah ada pangsa pasar dan standarnya seperti apa," ujarnya.

Salah satu peneliti Kelor asal Ghana, Courage yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, kandungan nutrisi kelor yang telah terstandar di MOI sangat bagus.

Alumnus IPB Jurusan Teknik Pasca Panen ini mengakui memilih belajar tentang kelor di Indonesia karena iklim dan musim yang sama dengan negara asalnya.

"Jadi saya ke sini biar saya bisa belajar sistem yang bisa saya bawa pulang ke Ghana," kata Courage.

"Pertama kali datang saya minta uji labnya karena saya seorang peneliti. Saya lihat kandungan nutrisi menurut bukti yang saya lihat atau dari uji labnya luar biasa," lanjutnya.

Courage terus bertanya tentang kelor hingga akhirnya dia mengetahui MOI memiliki sistem sendiri yakni Moringa Nutrition Lock Method, salah satu cara untuk mengunci nutrisi pada daun kelor.

"Saya di sini juga mau belajar sistemnya tapi sambil bantu sistemnya Indonesia juga bagaimana kita bisa ekspor produknya," tandasnya.

Dikatakan Courage, sejak tahun 2019 pihaknya sudah ada pembahasan untuk bagaimana mengadaptasi sistem milik Indonesia di Ghana.

"Ghana negara kecil, penduduknya 25 juta saja kenapa saya bilang itu, nanti ketika bahan bakunya tidak cukup, rencananya kedepan kita ekspor dari sini ke Ghana nanti distribusi dari Ghana ke dunia," jelas Courage.

"Untungnya Ghana merupakan satu satunya negara yang berada di tengah - tengah dunia. Ke Eropa cuma lima jam, mereka (Eropa) juga dekat ke mana - mana jadi nanti kita manfaatkan itu untuk ekspor produk kelor itu," pungkasnya.(*)

Baca Berita NTT Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved