Berita Nasional
Tantang Penghina Jokowi, Megawati Minta Datang Temui Dirinya Jika 'Jantan', Ketum PDIP Marah Besar
Kekesalan Megawati yang juga ketua umum PDIP ini berujung tantangan yang diberikan ibu Puan Maharani itu.
@lievesyeron: Ibu calon Presiden & Bapak calon Wakil Presiden 2024, salam hormat
Nah kalau menurut kalian bagaimana?
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
Setelah bertahun-tahun memimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), kini terungkap Megawati Soekarnoputri ingin istirahat. Siapa sosok pengganti?
Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang mengaku siap diganti sebagai ketua umum memanaskan bursa kursi ketum PDI Perjuangan.
Megawati awalnya mengaku tak pernah memberikan uang atau bermain politik uang, kepada para kader di daerah, agar dipilih sebagai ketua umum partai berlambang kepala banteng tersebut.
Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan sendiri, berdasarkan kongres PDIP Bali 2019 ditetapkan hingga 2024.
Dan kini, sudah ada tokoh yang digadang-gadang bakal menggantikan posisi Bu Mega.
Salah satu nama yang muncul ialah Kepala Badan Inteligent Negara (BIN) Budi Gunawan.
Organisasi yang mendukung Budi Gunawan untuk menggantikan Megawati Soekarnoputri, adalah Persatuan Aktivis Pemuda Indonesia (PAPI).
Organisasi ini bakal mendeklarasikan dukungan kepada Budi Gunawan, pada Sabtu 17 April 2021
“Betul kami menggagas pak Budi Gunawan untuk menjadi ketua umum PDIP,” kata Koordinator PAPI Ahmad Donny seperti diberitakan KOMPAS TV, Jumat 16 April 2021.
Dalam undangan deklarasi dukungan, PAPI menyebutkan dukungan kepada Megawati diberikan karena Megawati Soekarnoputri sudah bersikap legowo sebagai Ketua Umum PDIP dan menjelang pemilihan presiden 2024.
Selain mendukung Budi Gunawan sebagai ketua umum PDIP, menurut Ahmad Donny, PAPI juga bakal mendeklarsikan dukungan kepada Budi untuk menjadi calon presiden pada 2024 mendatang.
Lantas apa kaitan PAPI dengan PDIP sehingga ikut dukung mendukung dalam suksesi kepemimpinan di partai berlambang kepala banteng tersebut?
Ahmad Donny menyatakan PAPI tidak memiliki keterkaitan dengan PDI Perjuangan dan juga bukan merupakan underbouw parta tersebut.
Dukungan diberikan, hanya karena PAPI merasa Budi Gunawan pantas untuk menjadi pemimpin partai pemenang pemilu 2019 itu.
“Kan kami dengar ada dua calon yang mengemuka menggantikan Megawati Soekarnoputri yaitu pak Joko Widodo dan pak Budi Gunawan, nah kami mendukung Budi Gunawan,” paparnya.
Ahmad Donny menegaskan PAPI bukanlah organisasi yang baru dibentuk sekadar untuk mempromosikan Budi Gunawan.
Dia mengatakan PAPI sudah dibentuk sejak 2020, dan telah terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial politik tanah air.
“Misalnya kami juga ikut demo omnimbus law waktu itu,” ujarnya.
Hanya saja pada 2021 ini,PAPI mulai melihat kualitas Budi Gunawan sebagai sosok yang tepat memimpin PDIP dan memimpin bangsa.
“Kita mulai menemukan arah kita.,” paparnya.
Sebagai keseriusan untuk mempromosikan nama Budi GUnawan, menurut Ahmad Donny, pihaknya juga sudah membuka komunikasi dengan kader-kader PDIP.
Menurutnya, meski bukan kader PDIP, namun dia yakin Budi Gunawan justru bakal memberikan warna baru kepada PDIP ketimbang kader-kader lama.
Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal Polisi Budi Gunawan. ((ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari ))
Effendi Simbolon Singgung Regenerasi di PDI Perjuangan
Politisi PDIP Effendi Simbolon membantah regenerasi kepemimpinan internal di partai banteng moncong putih itu tidak berjalan.
Dia mengklaim dinamika proses peralihan kepemimpinan telah berjalan sebagaimana mestinya.
Hal itu menjawab pertanyaan regenerasi peralihan kepemimpinan di bawah Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP, yang tak tergeserkan sejak 1999 silam.
Effendi kemudian bercerita rekam jejak Megawati hingga menjadi ketua umum PDIP, tidak instan.
Dia menyatakan torehan itu juga melalui proses yang tidak mudah dan membuktikan adanya regenerasi partai.
"Jadi Megawati yang kepeloporannya sebelum beliau sebagai ketua umum."
"Beliau pernah menjadi ketua anak cabang di Cempaka Putih."
"Jadi proses kelahiran sampai saat ini memang proses yang sangat panjang," kata Effendi dalam diskusi daring, Sabtu 27 Maret 2021.
Effendi kemudian ditanya perihal pernyataan Megawati yang ingin adanya regenerasi kepemimpinan di internal PDIP.
Ia mengamini pernyataan tersebut bukan isapan jempol belaka.
"Jadi beliau pada hakikatnya menyadari bahwa keniscayaan perubahan dan regenerasi itu."
"Dan bahkan beliau mempersiapkan dan mendorong para kader yang muda dan kemudian menengah seperti usia saya, untuk maju."
"Jadi sangat terbuka sikap dan pernyataan beliau," ujarnya.
Effendi menjelaskan, pernyataan itu sekaligus menandakan Megawati tidak ingin adanya money politic dalam regenerasi kepimpinan partai.
Presiden ke-5 Indonesia itu juga tak mau kepimpinan partai diambil dari luar kader.
"Tapi ini kan semua bahasa sang sufi."
"Bagi saya beliau (Megawati) sudah sufi ya, takarannya posisi sufi.
"Jadi kami yang kader mengerti dan memahami yang menjadi statement."
"Kalau dilihat dari statement beliau itu betul adanya."
"Kemudian lahir lah kader seperti Pak Jokowi, Mas Ganjar, bahkan sudah muncul generasi Mas Gibran," bebernya.
Di tingkat bawah sendiri, kata Effendi, regenerasi partai politik telah berjalan.
Bahkan, banyak kader muda yang telah melaju menjadi perwakilan di Senayan.
"Coba lihat DRPD tingkat 2 itu banyak sekali yang sangat muda."
Megawati dan Prabowo Didorong Maju Pilpres 2024
Belakangan ini dinamika politik di Tanah Air terus memanas. Politisi ternama Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto didorong untuk berduet lagi.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri didorong untuk kembali maju mencalonkan presiden pada Pilpres 2024.
Sementara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai berpotensi mendampingi Megawati sebagai calon wakil presiden ( Cawapres).
Demikian disampaikan Direktur Pro Mega Center Mochtar Mohammad, melalui keterangan tertulis, Senin 7 Juni 2021.
Diketahui, Pro Mega Center adalah kelompok relawan yang sudah lama aktif mendukung Megawati.
“Pak Prabowo bisa,” kata Mochtar
Mochtar mengatakan, duet Megawati dan Prabowo merupakan kesuksesan yang tertunda pada Pemilu 2009 lalu.
“2009 kesuksesan yang tertunda,” ucap Mochtar.
Mochtar menilai pasangan Megawati-Prabowo dapat membentuk koalisi besar.
Menurutnya, duet ketum parpol itu berpotensi membuat tidak ada calon lain yang berani maju di Pilpres nanti.
"Kalau Mega-Prabowo bisa potensi koalisi besar mengarah satu pasang atau konsessus. Gak ada yang berani maju," ujar Mochtar.
* Pernah di Pilpres 2009
Pasangan Megawati-Prabowo pernah maju di Pilpres 2009.
Dua pasangan lainnya di Pilpres 2009 adalah SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Namun keluar sebagai pemenang kala itu adalah SBY-Boediono.
* Kata Gerindra
Partai Gerindra menampung usulan publik yang mewacanakan menduetkan kembali Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
"Saya pikir semua opsi masih bisa terbuka, usulan dari masyarakat kita tampung, kita pikirkan," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 7 Juni 2021.
Habiburokhman mengatakan, keputusan terkait pilpres tetap menunggu keputusan Prabowo selaku Ketua Umum Partai Gerindra.
Kesediaan Menteri Pertahanan itu maju pada pesta demokrasi 2024 dinanti kader.
"Beliau harus menyatakan kesediaannya nanti, baru kita benar-benar resmi mencalonkan beliau," ujar anggota Komisi III DPR RI itu.
Lebih lanjut, Habiburokhman mengatakan Kader Gerindra kukuh mendorong Prabowo maju sebagai capres.
Restu kader tersebut disuarakan sejak 2019.
"Pada akhirnya kesediaan beliaulah (Prabowo) yang akan menentukan (jadi capres)," pungkasnya.
Kedekatan Megawati dan Prabowo
Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kedekatannya dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam acara peresmian Patung Bung Karno di Kemenhan, Jakarta, kemarin.
Dalam momen itu, Megawati bahkan menyebut Prabowo sebagai sahabatnya.
"Atas nama pribadi dan keluarga Bung Karno, saya mengucapkan terima kasih dan penghormatan secara khusus kepada Bapak Prabowo, Menteri Pertahanan Republik Indonesia dan sekaligus sahabat saya, atas peresmian patung Bung Karno ini," kata Megawati saat peresmian patung Bung Karno di Kemenhan, Jakarta, Minggu 6 Juni 2021.
* PDIP-Gerindra Koalisi?
Pengamat Politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, momen keakraban antara Megawati dan Prabowo saat peresmian Patung Bung Karno merupakan bagian dari membangun kedekatan jelang pilpres 2024.
Menurut Ray, perekatan emosional terus dilakukan oleh kedua pihak agar kendala-kendala non emosional juga dapat dihindarkan.
"Sudah sulit mengabaikan bahwa PDIP dan Gerindra akan berkoalisi di pilpres yang akan datang. Masalahnya siapa dari PDIP dan di posisi apa? Meskipun secara umum, kita mendapat kesan adakah Prabowo dengan Puan," kata Ray saat dihubungi Tribunnews, Senin 7 Juni 2021.
Ray menambahkan, bahwa kesan umum Prabowo-Puan bisa juga berubah kala duet ini tidak terlalu besar minatnya di ranah pemilih.
Gerindra, khususnya, tentu memungkinkan untuk mengevaluasi nama yang dicalonkan oleh PDIP.
Bahkan tidak mungkin, Gerindra akan mencari nama lain di luar PDIP jika elektabilitas Prabowo-Puan mandeg.
"Dalam hal ini, posisi Gerindra jauh lebih kuat. Sekalipun keluar dari koalisi PDIP misalnya, Gerindra tetap memiliki banyak opsi untuk manuver. Jadi tidak mengherankan jika saat ini terlihat PDIP lebih membutuhkan Gerindra dibandingkan sebaliknya," ucap Ray.
Ray juga mengatakan, kata-kata manis seperti 'sahabatku' nampaknya akan terus bergema sampai ke pencalonan pasangan capres nanti.
Pengamat Politik M Qodari mengatakan acara peresmian Patung Bung Karno di Lapangan Bela Negara, Kementerian Pertahanan yang dihadiri Prabowo dan Megawati memiliki nilai politik yang luar biasa besar menjelang Pilpres 2024.
Apalagi setelah Megawati secara khusus menyapa Prabowo sebagai 'sahabatnya'.
"Acara tadi sangat spesial pakai telur, apalagi ada Prananda," ujarnya.
"Ini sebuah aliansi strategis, aliansi ideologi Soekarnois yang akan berpuncak pada 2024 mendatang," ujar Qodari menambahkan.
Menurut Qodari hubungan PDIP dan Gerindra semakin 'mesra' akhir-akhir ini.
"Ini istilahnya kawin gantung tinggal peresmian saja. Tinggal formatnya nanti 2024 bagaimana," kata dia.
Bagi Qodari ada dua format Pilpres 2024 nanti. Yakni Jokowi-Prabowo bisa dipasangkan di Pilpres dengan amandemen UUD 45 dan Prabowo-Puan jika tidak ada amandemen UUD 45.
"Nanti Gerindra akan kalkulasi mana dari dua pilihan ini yang lebih memungkinkan menjamin statbilitas politik dan aliansi nasionalis Soekarnois," katanya.
Artikel ini telah tayang di KompasTV dengan judul Tantang Penghina Jokowi untuk Bertemu, Megawati: Jantan Kamu?