Berita Kabupaten Kupang
Kiprah Mahendra Bella, Lulusan SMK PP Negeri Kupang yang Kini Menjadi Duta Petani Milenial
Salah satu program utama Kementerian Pertanian untuk mencetak 2,5 juta petani milenial mulai menunjukan hasil
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Salah satu program utama Kementerian Pertanian untuk mencetak 2,5 juta petani milenial mulai menunjukan hasil.
Baru-baru ini Presiden RI Joko Widodo telah mengkukuhkan 2000 Duta Petani Milenial ( DPM) dan Duta Petani Andalan ( DPA) dari 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Hadirnya DPM/DPA ini diharapkan bisa meresonansi pergerakan petani-petani milenial di seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu DPM yang dikukuhkan adalah Mahendra Adi Putra Bella. Pemuda berusia 23 tahun yang biasa disapa Hendra ini merupakan salah satu lulusan dari SMK PP Negeri Kupang angkatan ke-32.
Hendra sudah menjalankan usaha di bidang peternakan dan pertanian selama hampir lima tahun terakhir. Usahanya adalah berupa peternakan babi dan budidaya padi serta jagung.
Baca juga: Dominggus Njurumay, Petani Milenial Malaka Hasilkan Puluhan Juta dari Budidaya Tomat di Lahan Kering
Hendra mengatakan bahwa babi merupakan hewan yang relatif mudah dipelihara dan bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bila dijalankan dengan serius dan profesional. Beternak babi oleh sebagian kalangan dianggap jauh lebih gampang ketimbang memelihara ternak lain seperti kambing, sapi, Kerbau atau domba.
“Di NTT ini, selain pakannya mudah didapatkan dan harganya relatif murah, babi juga mudah menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, cepat dipanen, pemasarannya gampang, dan permintaan pasar dari tahun ke tahun pun tetap tinggi”, tutur Hendra.
Hendra menambahkan bahwa pemeliharaan ternak masih secara sederhana atau tradisional, contohnya seperti makanannya masih tergantung pada sisa-sisa dari dapur dan ubi-ubian, dikandangkan tetapi kadang-kadang dilepas dengan sistem perkandangan tradisional, sistem pemeliharaannya hanya semata-mata ditujukan kepada kepentingan adat-istiadat dan kurang memperhatikan aspek ekonomisnya sehingga kurang memperhatikan faktor faktor produksi dalam usaha peternakan babi.
Untuk meningkatkan produksi dan mutu ternak babi maka perlu usaha perbaikan melalui makanan, tatalaksana dan bibit yang dikelola.
Baca juga: Sebastian Mamoh, Petani Milenial Malaka Hasilkan Puluhan Juta Rupiah dari Budidaya Cabai Merah
“Padahal bila ditekuni, atau dikelola dengan baik dan dikerjakan secara professional, maka ternak babi merupakan sebuah pilihan agribisnis yang sangat tepat dan menjanjikan”, ujar Hendra.
Sementara dalam usahanya di bidang pertanian, Hendra mengatakan bahwa dia memilih jagung dan padi karena kondisi lahan kering yang ada di Kabupaten Kupang. Meskipun di dearahnya di Oesao, Kabupaten Kupang, air bisa terus ada sepenjang tahun tapi memang jagung dan padi masih menjadi primadona di NTT khususnya Kabupaten Kupang.
Dari kedua usaha utamanya dalam peternakan babi dan budidaya jagung serta padi masing-masing Hendra mempunyai omzet 20 juta Rupiah. Untuk bisnis babinya, Hendra bekerja sama dengan peternak rumahan dan inseminator ternak babi. Sementara dia bekerja sama dengan kelompok tani lainnya untuk jagung dan padi.
“Tantangan kami selama ini adalah dalam mendapatkan mesin pengolahan makanan babi karena harganya yg cukup mahal. Selain itu alsintan yag terbatas juga menjadi kendala kami dalam pengembangan budidaya padi dan jagung”, imbuh Hendra.
Kepala SMK PP Negeri Kupang, Stepanus Bulu, menyatakan bahwa siswa yang telah lulus dari SMK PP N Kupang ini diharapkan bisa menjadi job seeker dan job creator yang Sukses Unggul Profesional Energik Ramah (SUPER) sesuai dengan misi dan motto sekolah. Beberapa alumni yang sukses untuk menjadi petani milenial atau wirausahawan muda di bidang pertanian yang SUPER di antaranya bergerakn di bidang unggas, ternak babi, ataupun produk olahan pertanian.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mentan, Syahrul Yasin Limpo, yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Kementan menarget untuk mencetak 2,5 juta petani milenial hingga 2024.
Pernyataan tersebut diamini oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi yang mempunyai beberapa strategi untuk mewujudkan terciptanya 2,5 juta petani milenial tersebut.
Pertama, melalui pendidikan vokasi dan kejuruan mulai dari tingkat menengah hingga pendidikan atas. Strategi itu efektif untuk menghasilkan tenaga-tenaga muda andal di masing-masing sektor, khususnya pertanian. “Pendidikan vokasi ini sudah kami dirikan di beberapa daerah. Ada sepuluh sekolah dan politeknik pertanian di Indonesia. di antaranya di Medan, Bogor, Serpong, Yogyakarta, Malang, Kupang, Manokwari dan lainnya,” tutur Dedi.
"Petani milenial saat ini banyak meraup hasil dan keuntungan yang melimpah dari hasil bertani. Kuncinya adalah mereka mengunakan akses market internasional dan komunitas pertanian untuk memasarkan hasil pertanian di dalam negeri dan luar negeri. Untuk itu petani milenial harus mampu memanfaatkan peluang guna mendongkrak produktivitas", ungkap Dedi. (*)