Sebastian Mamoh, Petani Milenial Malaka Hasilkan Puluhan Juta Rupiah dari Budidaya Cabai Merah

meningkatkan nafsu makan, mencegah kanker, mengatasi struk, memperlambat penuaan dini, hingga menjaga kesehatan jantung

Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/ISTIMEWA
Cabai Merah yang dihasilkan petani Sebastian Mamoh 

Sebastian Mamoh, Petani Milenial Malaka Hasilkan Puluhan Juta Rupiah dari Budidaya Cabai Merah

POS KUPANG.COM, MALAKA-- Menyediakan kebutuhan pangan ditengah semakin ganasnya penyebaran virus COVID-19 merupakan kewajiban yang tidak hanya dibebankan oleh pemerintah semata, namun harus didukung oleh berbagai pihak tak terkecuali petani milenial.

Salah satu dilakukan petani milenial asal Kabupaten Malaka bernama Sebastian Mamoh terhitung sukses membudiyakan cabai merah besar di lahannya.

Bastian, begitu akrab disapa mengatakan bahwa salah satu alasannya melakukan budidaya cabai merah besar.

Manfaatnya yakni meningkatkan nafsu makan, mencegah kanker, mengatasi struk, memperlambat penuaan dini, hingga menjaga kesehatan jantung.

Baca juga: Dikbud Malaka Tidak Memaksa Siswa untuk Vaksinasi

“Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menanam cabe merah besar. Tanaman cabe merah besar dapat tumbuh dengan baik jika mendapatkan sinar matahari kurang lebih selama 8 sampai 10 jam perharinya. Suhu yang bagus untuk bertanam cabe merah besar sekitar 24 sampai 28 derajat celcius. Untuk masalah kelembaban dan pHnya juga harus Anda jaga. Kelembaban yang bagus sekitar 80% dan pHnya antara 6 sampai 7”, tutur Bastian.

Dalam mengembangkan budidaya cabainya, Bastian dan kelompok taninya menjalin kerjasama degan PT. Ewindo (Panah Merah) terkait benih cabai dan PT Petrokimia menyangkut pemupukan.

“Jika ingin menekan biaya, bisa membuat benih sendiri dengan cara menyeleksi biji buah cabai dari panen sebelumnya. Paling tidak dari hasil panen ke 4 sampai panen ke 6. Untuk hasil panen ke 6 ke atas jangan digunakan lagi karena kualitasnya sudah tidak bagus. Tanaman cabai merah besar biasanya bisa panen lebih dari 3 kali. Pada panen pertama sampai ketiga biasanya hasil panen masih sedikit. Baru panen selanjutnya menghasilkan produksi yang lebih banyak”, imbuh Bastian.

Bastian melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan pupuk organik.

Baca juga: Penyebaran Covid-19 Menggila, Bupati Malaka Mendadak Gelar Rapat Terbatas

Ia mengatakan bahwa jika menggunakan pupuk cair, bisa dilarutkan dengan perbandingan 100 ml per tanaman.

Jika menggunakan pupuk kompos diberi 500 -700 gram pertanaman. Perbandingan ini juga berlaku untuk pupuk urea atau NPK.

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan pertumbuhan gulma. Gulma akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan mencuri unsur hara untuk cabe merah besar. Jadi gulma harus dilakukan secara rutin.

Hasil panen cabainya mencapai 18,75 ton dengan omzet sebesar 50 juta rupiah.

Baca juga: Pemda Malaka Mulai Realisasikan Bantuan Dana Buat Mahasiswa Melalui Program KMC

“Pada saat memanen usahakan buah cabe tidak terlalu tua. Sekitar 80-90%. Proses pemananen yang bagus adalah pada pagi hari setelah embun kering. Hal ini dilakukan supaya cabe merah besar tetap dalam keadaan besar. Pada saat memetik, petiklah dengan tangkainya untuk menjaga kesegarannya lebih lama. Buah cabe yang bagus adalah yang bentuknya ramping dan isinya padat”, tutup Bastian.

Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa petani milenial merupakan tumpuan harapan pertanian Indonesia di masa mendatang.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved