Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 5 Agustus 2021: Dia yang Dikagumi

Olimpiade sedang berlangsung. Pertandingan demi pertandingan diikuti dan tak mau terlewatkan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Kamis 5 Agustus 2021: Dia yang Dikagumi (Matius 16:13-23)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Akhir-akhir ini semua mata dan perhatian terarah ke Jepang. Olimpiade sedang berlangsung. Pertandingan demi pertandingan diikuti dan tak mau terlewatkan.

Apakah kita memang hanya sekedar mencari hiburan? Sekedar meringankan beban pikiran dan melemaskan otot-otot yang tegang dari kesibukan kerja, masalah dan rutinitas? Memang benar juga sih!

Tapi agaknya benar juga bahwa kita seakan "ditarik" ke sana oleh adanya atlet-atlet olah raga yang kita kagumi. Kita ingin melihat jago kita bertanding di sana.

Kita bersorak tatkala Windy Cantika Aisah menjadi peraih medali pertama Indonesia dengan medali perunggu kelas 49 kg; diikuti Eko Yuli Irawan dengan sumbangan medali perak dari kelas 61 kg putra; dan Rahmat Erwin yang tampil di kelas kelas 73 kg sukses meraih medali perunggu.

Kita histeris dan sempat ikut meneteskan air mata bahagia tatkala Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, berhasil menaikkan bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, setelah meraih emas satu-satunya untuk negeri kita tercinta.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 4 Agustus 2021: Tidak Menyerah

Dan, ditutup dengan Anthony Sinisuka Ginting yang naik podium dan menambah koleksi medali yang ikut mendongkrak naik peringkat negara kita dengan perunggu yang dikalunginya.

Efek lanjut dari itu, twitter, instagram, whatsapp, facebook kebanjiran status ungkapan euforia. Tak sedikit politisi yang mencuri ruang dan kesempatan memberi ucapan dengan memajang foto dirinya lebih besar dari foto para atlet tentu untuk menonjolkan dirinya agar ikut dikagumi.

Para atlet yang disebutkan di atas memang pantas dikagumi. Bukan saja karena bakatnya yang luar biasa. Bukan saja karena prestasinya yang spektakuler. Tapi juga karena pribadi mereka yang menarik.

Kisah tentang Apriyani, tandem Greysia, bisa diangkat untuk dijadikan contoh. Eng Hian, sang pelatih, menceritakan kisah haru dirinya bertemu dengan Apriyani untuk pertama kali.

"Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas. Dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp 200 ribu di tangan. Dia bilang dia mau jadi juara, terserah koh Didi (panggilan Eng Hian), mau kasih program apa, saya siap. Itu dibuktikan sama dia, saat masih tidak punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama," ujar Eng Hian.

Pertanyaan Yesus kepada para murid, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (Mat 16:15), tentu tidak bermaksud sekedar untuk mempertanyakan apakah Ia memang dikagumi, setelah sekian lama mereka mengikuti dan hidup bersama Dia.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Tuhan Datang

Tetapi harus dipahami sebagai pertanyaan: bagaimana Ia dikenal dan dimengerti secara benar? Bagaimana diri-Nya de facto diakui kehadiran-Nya dan menjiwai seluruh hidup dan karya para murid?

Yesus itu tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (bdk. Ibr 13:8). Meski demikian, masing-masing kita bisa memandangnya secara berbeda.

Para suster memakai kalung salib, karena Yesus adalah "suami" yang sempurna. Anak muda membuat tatto gambar Yesus di dada atletisnya, karena melihat Yesus sebagai seorang "hero" yang tak ada tandingannya.

Yang lain memandang-Nya sebagai guru, penyembuh, penolong, "Yesus, Dia adalah andalanku". Dan seterusnya, sebagainya.

Memang Yesus melampaui semua kategori. Dia itu seperti permata yang memberi gambar atau wajah yang berbeda. Tergantung dari mana Ia dilirik, dilihat, dialami secara pribadi. Dia adalah semua wajah yang ditampilkan secara berbeda. Dia adalah segalanya, Alpha dan Omega.

Tapi, satu hal mendasar yang semestinya selalu diingat, yakni kita terus dan tetap menggeluti Dia, bersama dengan-Nya; tidak meragukan-Nya apalagi lari dari-Nya saat sulit datang menghadang dan tidak melupakan-Nya saat senang dan puas diri tatkala sukses.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Mukjizat

Pesta Olah Raga terbesar se-jagat pasti akan berakhir. Kekaguman kita terhadap para atlet kebanggaan negeri kita pun pelan-pelan akan tergerus memudar dan mungkin sirna oleh waktu. Tak perlu mencari-cari bukti. Banyak atlet yang dulunya dikagumi, kini hidupnya terlupakan.

Dalam hal ini, narasi "kekaguman" kita pada Yesus adalah narasi kehidupan, narasi iman yang dihidupi dari hari ke hari, tiap saat, hingga mata tertutup untuk selamanya. Kita kagumi dan imani Dia dalam situasi saat kini tatkala pandemi Covid terus mendera; saat diri kita atau orang yang kita sayangi terpapar virus itu; pun dalam keseharian masa new normal, atau masa normal yang sesungguhnya.

Maka, pertanyaan-Nya, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?", harap tetap mengingatkan diri kita masing-masing. *

Renungan harian lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved