Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 27 Juli 2021: Musim Menuai

Dunia pertanian mengenal saat menanam dan musim menuai. Para petani sangat tahu kapan harus menanam dan bilamana saatnya harus memanen.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Selasa 27 Juli 2021: Musim Menuai (Matius 13:36-43)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Dunia pertanian mengenal saat menanam dan musim menuai. Para petani sangat tahu kapan harus menanam dan bilamana saatnya harus memanen.

Memang di antara kedua masa itu, ada tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau pohon. Pada tahap inilah biasanya tanaman dirawat; gulma atau tumbuhan pengganggu dibersihkan.

Prinsip itulah yang kiranya 'mengilhami' dan memenuhi pikiran para hamba dari sang penabur-pemilik saat melihat lalang tumbuh bersama gandum. Mereka lantas berkata, "Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?"

Hal semacam ini pun terbiasa dalam praktek hidup kita. Sekedar contoh.

Terhadap orang yang suka bikin ulah, sering melakukan hal yang jahat dan mencelakai orang lain,  terkadang kita pun hilang kesabaran dan tanpa sadar terucap dari mulut, “Saya berdoa semoga dia dapat kecelakaan.”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang

Memang agak aneh! Masa sih kita berdoa bukan untuk sesuatu yang baik, melainkan agar diturunkan dan diberikan hal yang buruk, kecelakaan, malapetaka bagi si jahat.

Namun itulah kecenderungan manusiawi, ingin agar orang yang jahat, yang bikin masalah, yang membuat susah dan derita orang lain sebaiknya dibersihkan agar hidup jadi aman tenteram.

Rupanya ada prinsip kepastian yang juga tak boleh terlewatkan, yakni saat menanam dan musim menuai. Ini dua titik pasti. Ada saat tanaman atau pohon ditanam dan pada waktunya akan dipanen. Tak terbantahkan! Tumbuhan pengganggu meski tak dibersihkan, pada saatnya pun nanti akan tetap dibersihkan dan dibakar.

Kebijaksanaan inilah yang mendasari pola pikir Yesus saat berbicara tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan. Terbaca jelas! Kepada para hamba, sang tuan justru berkata, “Jangan ... biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai” (bdk. Mat 13:28-30).

Sungguh jelas bahwa dalam pola pikir Tuhan, musuh tak boleh dihancurkan. Sang pengacau tak mesti dilenyapkan. Seolah-olah Ia tak mempedulikan bahkan seakan tak takut dengan si musuh.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang pun Tumbuh

Fokus Tuhan justru bagaimana yang baik harus dijaga agar tak tercabut kebaikannya. Lebih dari itu, aksentuasi Tuhan bahwa ada saat untuk menuai. Bahwa akan ada saatnya di mana pengacau, musuh, si durhaka akan dilenyapkan.

"Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi" (Mat 13:39b-42).

Kita coba memetik maknanya. Ladang dunia pasti akan dibersihkan dari segala kesesatan, kebobrokan. Si jahat, musuh pasti akan dilenyapkan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved