Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 25 Juli 2021, Hari Minggu Biasa XVII: Mukjizat Belaskasihan

Ada adegan yang sama dalam dua kisah mukjizat penggandaan roti. Dua adegan itu menarasikan aspek kelemahan dan keterbatasan manusia.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 25 Juli 2021, Hari Minggu Biasa XVII: Mukjizat Belaskasihan (2 Raj 4:42-44; Ef 4:1-6; Yoh 6:1-15)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Ada adegan yang sama dalam dua kisah mukjizat penggandaan roti. Dua adegan itu menarasikan aspek kelemahan dan keterbatasan manusia.

Seseorang dari Baal-Salisa yang membawa roti hulu hasil yaitu dua puluh roti jelai dan gandum baru dalam sebuah kantong kepada Eliza. Makanan itu sangat terbatas untuk mengenyangkan seratus orang (2Raj 4:43). Tapi Tuhan melalui Eliza justru memuaskan seratus orang. Malah, ada sisa. Menakjubkan. Fakta religiositas yang melampaui akal manusia.

Filipus dan Andreas kelabakan memahami permintaan Yesus untuk memberi makan lima ribu orang laki-laki di pinggir danau Tiberias.

Menurut Filipus, roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup meski mungkin setiap orang hanya akan mendapat sepotong kecil saja (Yoh 6:7).

Seorang bendahara memang selalu memperhitungan biaya, budget keuangan. Perkiraan manusiawi memang masuk akal. Hitungan matematis sangat lumrah.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 25 Juli 2021: Berjiwa Dermawan dan Penggandaan Berkat

Andreas membawa kabar penuh keraguan. “Di sini ada seorang anak mempunyaI lima roti jelai dan dua ikan. Tapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh 6: 9).

Adegan keraguan manusiawi itu sangat wajar dan normal. Manusia membaca apa yang tampak. Tapi Tuhan melihat yang tidak tampak dalam pandangan mata manusiawi.

Allah melalui Nabi Eliza menghapus keraguan pembawa persembahan itu. Elisa menyampaikan Firman Allah yang mempunyai kekuatan dan kuasa menggandakan makanan yang sedikit itu menjadi berkecukupan, malah berkelimpahan.

Rasa simpati Eliza kepada orang-orang miskin merupakan jalan aliran rahmat belaskasihan Allah yang melimpah. Belaskasihan Eliza adalah jalan mukjizat bagi Allah.

Eliza yang rela membagikan persembahan umat kepada Allah (biasanya dimakan nabi) kepada orang-orang kecil yang berkekurangan adalah lambang Allah yang peka dan solider memenuhi keinginan semua orang yang berkekurangan dan membutuhkan bantuan (Mzm 145: 10).

Yesus langsung menghapus kegelisahan para murid terkait orang banyak yang kelaparan berdasarkan perhitungan logika manusiawi. Yesus langsung mengakhiri jalan pikiran perhitungan budget ala Filipus, bendahara yang cemas dengan isi kantong yang terbatas.

Yesus membuka “mata” Andreas bahwa yang tidak mungkin dalam pandangan manusia dan tidak masuk logika konteks, ternyata menjadi niscaya di mata Allah.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang

Tuhan hanya butuh iman yang teguh pada-Nya. Belaskasihan Yesus saat memandang orang yang berbondong-bondong membuktikan perhatian-Nya yang besar terhadap kebutuhan hidup manusia. Ia memuaskan orang kecil yang lapar dengan membagi roti (Yoh 6:11).

Yesus mendeklarasikan diri-Nya sebagai Roti yang turun dari surga (Yoh 6:51). Yesus hadir di tengah dunia untuk mengingatkan manusia bahwa Dia merupakan “makanan surgawi” yang memuaskan dahaga orang akan kebenaran, keadilan, damai dan cinta kasih.

Bagaimana dengan kita? Apakah keraguan manusiawi di tengah begitu banyak tantangan, kesulitan dan bencana, khususnya wabah pandemi Covid-19 ini bisa menjadi mukjizat?

Buka mata dan saksikan banyak orang yang lapar: makanan, ketiadaan kasih, kehilangan perhatian, ketidakadilan, kebohongan (hoaks) dan sebagainya. Dunia kita menjadi arena kelaparan massal hasil rekayasa segelintir kaum kaya yang disulap menjadi manusia yang rakus, serakah dan egois.

Menurut Mahatma Gandhi, orang yang memiliki lebih daripada yang ia butuhkan adalah seorang pencuri. Kita bisa menghadirkan mukjizat dari Tuhan melalui persembahan diri dan apa yang kita miliki bagi orang lain.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang pun Tumbuh

Salama masa pandemi Covid-19 ini, kasih Tuhan itu mengalir tulus dari sekian banyak orang yang berjiwa altruistis. Ketika orang memberi dan berbagi dengan tulus apa yang dimiliki kepada orang kecil dan menderita yang sangat membutuhkan, semakin melimpah pula rahmat yang diterima sebagai ganjaran dari Tuhan.

Hidup yang memberi adalah hidup yang bermakna Kristus. Ia rela mengosongkan diri-Nya. Dia memberi total semua yang Ia miliki untuk menyelamatkan manusia.

Pengosongan diri menghadirkan rasa sakit karena secara alamiah manusia berhasrat “memiliki.” Sebuah ujian ketahanan iman yang luar biasa. Semakin kita mencintai sesama dengan ikhlas, semakin besar pula kesabaran yang kita pupuk sebagai risikonya.

Mencintai sesama adalah sebuah salib. Tapi salib Kristus adalah gerbang memasuki area keselamatan Allah. Jadi, mengapa kita takut berbuat kasih? Inilah mukjizat yang bisa kita hadirkan di tengah wabah pandemi Covid-19 ini.*

Renungan harian lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved