Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 21 Juli 2021: Tanah Subur

Petani kampung tahu bagaimana benih itu akan tumbuh dengan subur. Maka ia menyiapkan lahan sesuai kearifan lokal.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Rabu 21 Juli 2021: Tanah Subur (Mat 13: 1-9)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Sebagai anak petani yang lahir dan tumbuh di kampung, dunia pertanian tradisional adalah keseharian yang akrab.

Pertanian menjadi “dunia” yang sangat kaya dengan kebijaksanaan. Petani kampung tahu bagaimana benih itu akan tumbuh dengan subur. Maka ia menyiapkan lahan sesuai kearifan lokal.

Saat menaburkan benih, petani sangat hati-hati memasukkan ke dalam lubang agar tidak tercecer di luar. Kalau pun tercecer dan kemudian tumbuh, petani akan memindahkan ke lahan yang baik dan lebih subur.

Setelah tumbuh pun, ia merawatnya dengan tulus hingga besar dan berbuah. Keuletan dan ketelatenan menjalani profesi dengan tulus akan berbuah limpah.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 21 Juli 2021: Gagal, Haruskah Mundur?

Yesus menyampaikan perumpamaan tentang penabur. Ia fokus pada benih dan tempat benih itu jatuh. Sedangkan penabur hanya satu orang yang sama. Tuhan (Mat 13:3-9).

Benih tersebut jatuh di berbagai jenis tanah. Di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, di tengah semak berduri dan di tanah yang baik.

Pendengar tentu bingung: bagaimana seorang penabur yang adalah petani itu menabur benih begitu saja tercecer ke mana-mana?

Kita hanya mampu memahami hal ini jika mengenal tradisi pertanian di Palestina. Petani menabur benih sebelum tanah dibajak dan diolah sehingga tidaklah mengherankan jika benih itu jatuh di berbagai jenis tanah.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 20 Juli 2021: Menjadi Saudara Yesus

Proses ini mengandaikan bahwa pertumbuhan benih sangat tergantung pada jenis tanah di mana benih itu dijatuhkan penabur. Ada yang langsung dimakan burung. Ada yang segera tumbuh, tetapi kemudian layu dan kering. Ada yang mati karena terimpit semak duri tetapi ada juga yang tumbuh dan berbuah.

Jenis-jenis tanah itu menggambarkan kualitas ruang tumbuh benih. Dalam konteks Matius, hal ini terkait erat dengan sikap batin pendengar: apakah menolak atau menerima Firman Tuhan yang ditaburkan oleh Yesus.

Benih yang jatuh di pinggir jalan menunjuk kepada orang yang mendengar Firman tentang Kerajaan Surga tetapi tidak mengerti, kurang paham atau gagal paham sehingga kemudian dirampas iblis.

Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu menunjuk kepada orang yang mendengar dan menerima Firman itu dengan gembira tetapi tidak berakar, ikut ramai saja, hura-hura saja, sehingga tahan sebentar saja.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 20 Juli 2021: Saudara-saudari

Benih yang jatuh di tengah semak duri adalah orang yang mendengar Firman tetapi kekhawatiran dan tipu daya mengimpitnya sehingga tidak berbuah. Kekhawatiran itu terkait kedudukan, posisi, karier, status sosial dan uang (kekayaan).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved