Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 20 Juli 2021: Saudara-saudari
Saya berimajinasi saat membaca kisah tentang Yesus didatangi oleh ibu dan saudara-saudari-Nya. Saya membayangkan diri saya hadir saat itu.
Yesus sama sekali tidak menyangkal adanya hubungan darah antara Dia dengan keluarga-Nya. Ia hanya mau mengatakan bahwa setiap orang yang benar-benar menjadi murid-Nya, secara otomatis pula termasuk keluarga-Nya.
Oh begitu toh ! Berarti untuk masuk ke dalam ikatan hubungan keluarga dengan Yesus, saya tidak perlu bernama Maria, mengandung dan melahirkan-Nya secara alamiah; saya tidak perlu masuk dalam kategori harus punya hubungan daging darah dengan diri-Nya.
Saya cukup menjalin hubungan mesra dengan Yesus; mempunyai hubungan yang akrab dengan-Nya. Hubungan itu seharusnya demikian hebat sehingga terjadi semacam peleburan dan penyatuan dua kehendak, sehingga akhirnya seperti kata Paulus, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam Aku" (Gal 2:20).
Kalau begitu saya harus selalu bangun, jaga hubunganku dengan Yesus. Saya harus ikuti Dia dan meniru pola, gaya dan kata-kata ajaran-Nya.
Kiranya menjadi saudara-saudari Yesus berarti, saya pun menjadikan dan memperlakukan sesama, tetangga, rekan kantor, atau siapa pun insan manusia sebagai saudara-saudari.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 17 Juli 2021: Buluh dan Sumbu
"Iman menuntun orang beriman untuk melihat orang lain sebagai saudara laki-laki atau saudara perempuan yang harus didukung dan dicintai", pesan Paus Fransiskus dan Ahmad Al-Tayyeb, Imam Besar Al-Azhar dalam Dokumen Tentang Persaudaraan Manusia.
Lebih lanjut, "Atas nama persaudaraan ini yang terkoyak oleh politik ekstemisme dan perpecahan, oleh sistem-sistem yang mencari keuntungan tak terkendali atau oleh kecenderungan ideologis penuh kebencian yang memanipulasi perilaku dan masa depan laki-laki dan perempuan", saya menjadikan persaudaraan dan kebaikan bersama sebagai nilai transendental yang menjadi titik tolak untuk hidup dan karya.*