Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Hidup yang Menginspirasi

Jim Elliot adalah misionaris yang lahir di Amerika Serikat tahun 1927. Pada masa sekolah, Jim adalah murid yang sangat berbakat di bidang pidato.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Hidup yang Menginspirasi (Mat 10: 24-33)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - “He is no fool who gives what he cannot keep to gain what he cannot lose” (Jim Elliot).

Jim Elliot adalah misionaris yang lahir di Amerika Serikat tahun 1927. Pada masa sekolah, Jim adalah murid yang sangat berbakat di bidang pidato.

Pada wafatnya Presiden Franklin D. Roosevelt, dia mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato.

Selepas SMA, dia masuk ke Wheaton College, sebuah sekolah tinggi teologi yang sangat terkenal di Amerika Serikat.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Tak Lebih dari Guru

Di sekolah ini pun dia mendapatkan prestasi tertinggi. Banyak tawaran menggiurkan di Amerika Serikat, tapi ia memilih melayani sebagai misionaris di Ekuador.

Setelah lama tinggal, ia mendengar satu suku di hutan Ekuador yang belum terjangkau Injil, yaitu Indian Huaoroni.

Bersama empat misionaris lainnya, dia mulai melakukan pendekatan. Akhirnya mereka bisa mulai melakukan kontak tatap muka.

Beberapa waktu kemudian, entah mengapa, orang-orang Indian membunuh kelima misionaris tersebut.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Berani dan Setia

Berita terbunuhnya kelima misionaris ini menjadi sensasi di Amerika Serikat. Bahkan, majalah Life sampai memuat artikel peristiwa tersebut sepanjang sepuluh halaman.

Jim Elliot, yang menolak tawaran hidup menggiurkan di Amerika Serikat demi melayani sebuah suku di daerah sangat terpencil, akhirnya terbunuh dalam usia 29 tahun.

Di dalam salah satu jurnal pribadinya, Jim Elliot menulis, “He is no fool who gives what he cannot keep to gain what he cannot lose.“ Orang yang melepaskan apa yang bisa hilang untuk mendapatkan apa yang tidak bisa hilang, bukanlah orang yang bodoh.

Meski harus kehilangan nyawanya dengan cara yang terlihat sia-sia oleh dunia, Jim Elliot tahu bahwa seorang murid Kristus tidak boleh takut untuk kehilangan segalanya karena Kristus telah memberikan jaminan kemenangan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Tantangan Perutusan

Sejarah peradaban telah menghadirkan orang-orang yang mempersembahkan diri dan hidupnya secara total bagi keselamatan sesama. Dunia memandang sikap altruistis ini dari perspektif yang sia-sia.

Mereka mempertaruhkan nyawa dengan berkata “tidak” pada segala tawaran kenikmatan dunia. Mereka dengan sadar dan berani “menyalibkan” hasrat tubuh jasmaninya demi sebuah hidup yang diyakini melampaui nikmat dunia ini.

Idealisme terdengar melangit tapi sejarah peradaban dunia ini telah menyibak fakta tak terbantahkan. Orang-orang model ini seperti hidup dalam sebuah dongeng infantil orang-orang modern zaman ini. Orang-orang yang melekatkan diri pada kenikmatan dunia dan merasa seolah-olah kenikmatan itu bisa “membeli” segala-galanya.

Tentu saja tidak gampang menaklukkan idealisme “surgawi” mereka dengan cara pandang kita dari perspektif yang sangat duniawi ini. Mereka menghadapi kematian dengan keyakinan teguh.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Pergi dan Diutus

Mereka tidak merasa takut karena telah mengikuti Kristus. Mungkin benar ketika penulis Ibrani mengatakan: “Dunia ini tidak layak bagi mereka” (Ibr. 11:38).

Orang-orang ini menjadi inspirasi untuk mejalani kehidupan kita dalam semangat memberi secara total. Meski pemberian itu hanyalah bahasa lain dari keterbatasan kita.

Tuhan meminta kita untuk menjadikan kesaksian sebagai skala prioritas utama. “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Mat 10: 26).

Omong jujur, bicara benar, apa adanya, memang sangat tidak menyenangkan dan penuh risiko. Sebuah kemewahan di dunia saat ini yang dengan kemajuan teknologi komunikasi bisa mengaburkan nilai Kristus.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Wajah Belas Kasih

Tuhan meminta kita agar tekun dan setia. Kekhawatiran sebagai mnusia tentu hadir tapi setitik kecil pun itu tidak boleh menghalangi apalagi menghentikan kesaksian itu.

“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 10:32).

Ketika Allah sendiri yang menjamin, siapakah yang bisa mengubah keputusan-Nya? Jim Elliot melukiskan itu sebagai “apa yang tidak bisa hilang,” sehingga dia rela kehilangan “apa yang bisa hilang di dunia ini.”

Allah menjaga hidup kita sampai hal-hal terkecil. Dia memperhatikan burung pipit yang tidak ada harganya. Bahkan Ia sangat memperhatikan jumlah rambut di kepala kita (Mat 10:29-30).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Pergilah dan Beritakanlah, Kerajaan Surga Sudah Dekat

Tuhan ingatkan kita agar tidak menghabiskan banyak waktu untuk menggelisahkan diri kita. Kita harus belajar percaya kepada Tuhan yang setia membimbing kita ketimbang mengkhawatirkan apa yang akan kita nikmati dan alami. Kekurangan dan keterbatasan mesti jadi ruang untuk tetap setia di jalan Tuhan.

Kita mesti lebih berani mendedikasikan hidup kita pada Kristus dan kebenaran-Nya. Kita mesti jadikan hidup kita, betapa pun sederhana, sumber inspirasi bagi orang lain. Kesaksian melalui tindakan kecil dan sederhana akan “membuka” mata orang lain.*

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved