Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 6 Juli 2021: Pekerja Berbelas Kasih
Matius memberikan tempat yang strategis cerita penyembuhan orang bisu yang kerasukan roh jahat dalam Injilnya.
Berbelas kasihan seperti Yesus adalah puncak belas kasihan sesungguhnya. Tentu saja, kita memulai belas kasihan dengan mau berbagi kepada orang lain sebab berbagi di sini baru sebagian dari yang kita miliki.
Pelaksanaan ini saja, kita sudah bergumul dengan ego diri dan membutuhkan waktu sangat lama. Sebab, biasanya kita memberi hanya sebagian kecil dari kekayaan yang kita miliki.
Hal itu yang menjadi dasar bagi Yesus untuk mengatakan bahwa pekerja sedikit, maka kita mesti terus meminta kepada Tuan yang empuNya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 4 Juli 2021: Terbuka
Artinya, kita tidak mampu memiliki hati berbelas kasihan jika Tuhan tidak menggerakkan hati kita supaya mengalirlah belas kasihan seperti Yesus.
Siapa yang akan merelakan diri untuk menjadi utusan Tuhan? Orang yang bisu dan kerasukan roh jahat telah disembuhkan Tuhan. Ia siap memberi diri dan hati untuk orang lain.
Hidup kita digenangi banyak pengalaman pembebasan dalam segala aspek. Tuhan setia hadir dalam situasi paling sulit ketika kita hilang harapan di tengah banyak kesulitan dan tantangan.
Tapi, apakah kita ada hati untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah menolong dan melepaskan penderitaan hidup kita?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 2 Juli 2021: Panggilan Tuhan
Hanya sedikit saja orang yang diselamatkan Tuhan bahkan dilimpahi Tuhan dengan banyak rahmat merelakan diri untuk bekerja di “ladang” Tuhan.
Kita hanya berharap agar Tuhan menolong kita tapi kehilangan bangunan relasi dengan Tuhan. Setelah kita menerima berkat Tuhan, lalu pergi menikmatinya seperti si anak bungsu yang pergi meninggalkan bapanya dan hidup berfoya-foya memakai harta yang diterimanya dari bapanya (Luk 15:13).
Di masa pandemi Covid-19 ini, situasi bertambah berat. Banyak korban berjatuhan. Rumah-rumah sakit penuh sesak. Orang-orang kehilangan penghasilan.
Hidup dalam tekanan tanpa henti setiap saat. Hari baru menjadi beban sangat berat. Cahaya matahari seolah hilang. Di manakah kita yang mengaku utusan Tuhan?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Juli 2021: Ya Tuhanku dan Allahku
Filsuf dan Sastrawan Prancis, Albert Camus dalam Novel Sampar (La Peste) melukiskan situasi di masa pandemi ini sebagai realitas yang absurd. Kita seolah kehilangan akal sehat untuk mengelolanya.
Ia mengajak kita untuk “memberontak” secara kreatif dengan melawan situasi absud ini dalam tindakan dan karya kreatif dengan tetap mengusahakan keselamatan manusia dan alam semesta.
Situasi pandemi yang berat ini mesti mengeksplorasi rasa kemanusiaan kita untuk lebih merasa memiliki hidup kita dan sesama.
Dalam konteks Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita: inilah ruang untuk mengekspresikan iman kita melalui belas kasihan, solidaritas dan cinta kasih yang konkret. *
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/pater-steph-tupeng-witin-svd.jpg)