Renugan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Juli 2021, Pesta Santo Tomas Rasul: Ragu untuk Percaya
Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Tomas Rasul. Nama Tomas berasal dari Bahasa Aram “te’oma,” yang artinya “anak kembar.” Ia lahir di Galilea.
Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Juli 2021, Pesta Santo Tomas Rasul: Ragu untuk Percaya (Yoh 20:24-29)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Tomas Rasul. Nama Tomas berasal dari Bahasa Aram “te’oma,” yang artinya “anak kembar.” Ia lahir di Galilea.
Menurut narasi tradisi, Tomas menjadi martir di India dan relikui tubuhnya diserahkan raja India untuk selanjutnya dimakamkan di Edessa, Mesopotamia. Ziarah hidup imannya mengalir antara Galilea dan India dan berakhir di Edessa dengan tenang.
Ruang antara Galilea dan Edessa adalah pergulatan iman Tomas antara kebimbangan, keraguan atau ketidakpercayaan dengan kepercayaan. Perjalanan hidup Tomas jauh dari publikasi.
Tomas hanya seorang murid biasa dan sederhana, tidak menonjol tapi penuh refleksi dan pergulatan iman.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 3 Juli 2021, Pesta St. Thomas, Rasul: Kebimbangan
Halaman kitab Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) diseraki narasi sangat banyak tentang hidup dan kiprah murid-murid lain seperti Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Yudas Iskariot.
Tomas ibarat seorang pemain figuran dalam sebuah film. Ia bukan bahkan terlampau jauh dari posisi sebagai pemain utama dalam sejarah hidup bersama Yesus.
Nama Tomas hanya muncul sebanyak tiga kali dalam Injil Yohanes dengan memakai terjemahan Yunani yaitu “Didimus” (Yohanes 11:16; 20:24; 21:2).
Hingga detik ini, kita tidak pernah tahu atau diberi tahu oleh para ahli tentang sosok siapa kembarannya itu. Namun tradisi Siria dan Mesir menyebut nama Yudas. Entahlah, ini pekerjaan para ahli kitab suci.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 2 Juli 2021: Panggilan Tuhan
Meski nama “Didimus” hanya disebut sebanyak tiga kali dalam Injil Yohanes, namun Tomas menjadi murid yang pantas dikenang karena tampil sebagai sosok yang berani, kritis dan berterus terang. Orang yang lebih banyak diam tidak berarti dia pasip. Justru dalam diam, orang lebih dalam bergulat dengan diri dan imannya.
Orang yang super sibuk, orang Lamaholot di Flores Timur sebut “kanga ranga” tidak identik dengan ketekunan dan kedalaman dalam pikiran dan refleksi. Apalagi ajaran-ajaran Yesus sangat kontroversial karena melampaui arus pemikiran umum yang sedang berjalan di ruang sosial-keagamaan bangsa Israel kala itu.
Kita diberi tahu bahwa justru di tengah kebimbangan atas semua peristiwa yang terjadi seputar hidup dan kematian Yesus, Gurunya inilah Tomas menata imannya agar lebih rasional, masuk akal, meskipun hal itu tidak menjadi ukuran kualitas. Tapi sekurang-kurangnya Tomas memberitahu kita bahwa justru keraguan dan kebimbangan menjadi penuntun menuju kepada Kristus.
Tomas beriman kepada Kristus karena dia benar-benar mengenal, tahu, melihat dan merasakan. Seluruh pancaindera ia kerahkan untuk semakin memperdalam dam menebalkan imannya kepada Kristus tersalib. Keberanian Tomas justru ia rajut dalam kebimbangan dan keraguan iman.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 2 Juli 2021: Allah Bebas Memilih
Keberanian ditunjukkannya pada peristiwa meninggalnya Lazarus di Betania. Tomas tidak membiarkan Yesus pergi seorang diri ke Yudea. Tomas tahu bahwa hidup Yesus sangat terancam di sana.
Herannya, Tomas tahu risiko Yesus ke Betania. Dia sendiri juga manusia bingung, bimbang dan penakut, tentu saja. Tapi Tomas dengan berani menawarkan diri untuk menemani Yesus ke kota Betania yang berbahaya itu (Yoh 11:16). Tomas kuat dan teguh saat ada bersama Tuhan. Iman yang tumbuh spontan.
Saat Perjamuan Terakhir, Tomas dengan jujur mengakui ketidakpahamannya soal arah, ke mana Yesus akan pergi. Para murid sedang disiapkan oleh Yesus untuk mengerti dan memahami rahasia di balik kepergian-Nya dari tengah-tengah mereka (Yoh 14:5).
Lalui momen terpenting yang membuat ia dijuluki dengan sebutan “Tomas yang kurang percaya” adalah saat ia tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit sebagaimana diinformasikan para rasul lain.
Baca juga: Renungan Harian Katolik 1 Juli 2021: Bangunlah, Angkatlah Tempat Tidurmu dan Pulanglah ke Rumahmu
“Kami telah melihat Tuhan” (Yoh 20:25). Ketika Yesus yang sudah bangkit dari alam maut itu menampakkan diri kepada murid-murid, Tomas sedang tidak berada di lokasi persembunyian para murid.
Anehnya, menurut catatan Injil, suasana Yerusalem sangat mencekam dan para murid terkurung di dalam rumah dengan pintu-pintu terkunci (Yoh 20:26) tapi Tomas masih sempat meninggalkan ketakutan itu.
Tomas mengungkapkan sikap imannya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20: 25).
Satu minggu setelahnya, Yesus menampakkan diri-Nya lagi kepada murid-murid, termasuk Tomas dan memberi kesempatan kepada Tomas untuk mencucukkan jarinya ke dalam luka-luka yang ada di tubuh-Nya (Yoh 20:26-27).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 30 Juni 2021: Kuasa Atas Setan
Tomas memiliki keinginan agar bisa melihat Yesus yang bangkit seperti rekan-rekannya yang lain yaitu tanda kebangkitan: tangan, bekas luka dan lambung. Ia hanya mendesakkan keinginannya untuk mendapatkan momen berahmat berjumpa dengan Yesus, seperti murid-murid yang lain.
Tomas adalah sosok yang tidak puas hanya dengan mendengarkan kesaksian orang lain. Yesus tahu keinginan Tomas ini dan memenuhinya.
Perjumpaan dengan Yesus itu mengubah total iman Tomas kepada Yesus. Tomas berubah menjadi seorang pewarta Kristus yang militan hingga akhir hidupnya.
Kebimbangan dan keraguan ternyata menjadi pintu gerbang untuk berjumpa dengan Yesus. Tomas adalah murid yang beriman kepada Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 28 Juni 2021: Ziarah Jiwa
Kita hidup di zaman sangat maju dengan teknologi komunikasi dan informasi yang dahsyat. Orang tidak lagi memiliki kesulitan untuk “bertemu.” Perjumpaan dengan sesama hendaknya tidak menjadi tembok untuk menjauh dari Tuhan.
Doa, baca kitab suci dan Ekaristi adalah momen berahmat untuk menebalkan iman kita pada Yesus yang bangkit. Pengalaman hidup konkret kadang membuat kita ragu dan bimbang. Tapi Tuhan tahu apa yang kita inginkan.
Santo Agustinus, Bapa Gereja kita mengatakan, “Dengan pengakuannya dan dengan menjamah luka Yesus, Tomas sudah mengajarkan kepada kita apa yang harus dan patut kita percayai.
Ia melihat sesuatu dan percaya sesuatu yang lain. Matanya memandang kemanusiaan Yesus, namun imannya mengakui ke-Allah-an Yesus, sehingga dengan sikap gembira bercampur penyesalan yang mendalam, ia berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku!”(Yoh 20:28).
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Jumat 25 Juni 2021: Yang Diberi dari Permohonan
Mari kita tetap setia percaya kepada Dia meski kita tidak bertemu secara personal seperti Tomas. “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29).*