Animo Siswa Membaca Buku di Perpustakaan Berkurang. Ini Kiat Dinas Perpustakaan Belu
Animo Siswa Membaca Buku di Perpustakaan Berkurang. Ini Kiat Dinas Perpustakaan Belu Selama pandemi Covid-19, animo masyarakat dan pelajar
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
Animo Siswa Membaca Buku di Perpustakaan Berkurang. Ini Kiat Dinas Perpustakaan Belu
Laporan Reporter POS KUPANG. COM, Teni Jenahas
POS KUPANG. COM, ATAMBUA - Selama pandemi Covid-19, animo masyarakat dan pelajar di Kabupaten Belu untuk membaca buku di Perpustakaan berkurang. Alasan pendemi memang dapat diterima karena protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah salah satunya menghindari kerumunan.
Sesuai data Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Belu, sebelum covid-19 melanda negeri termasuk Kabupaten Belu, jumlah pelajar SD, SMP dan SMA yang datang membaca buku di perpustakaan berkisar 200-300 orang setiap hari. Selama pandemi, jumlahnya berkurang, berkisar 15-20 orang setiap hari.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi Dinas Perpustakaan yang berperan menumbuhkan budaya literasi bagi masyarakat dan pelajar. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi agar kegemaran membaca di kalangan pelajar tetap terjadi dan bila perlu ditingkatkan meski di tengah pandemi.
Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Belu, Jony A. Martins saat ditemui Pos Kupang. Com, Rabu 30 Juni 2021 mengakui, animo masyarakat dan pelajar membaca buku di Perpustakaan berkurang selama pandemi.
"Sebelum COVID-19, anak-anak sekolah yang datang membaca buku di perpustakaan hampir 300 orang setiap hari. Tapi karena COVID-19, jumlahnya menurun. Setiap hari paling 15-20 orang saja", kata Jony.
Pria yang disapa Jony ini mengatakan, permasalahan ini tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada solusi. Dimasa kepemimpinannya sejak awal 2021, Dinas memasang wifi gratis untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Hasilnya lumayan bagus. Jumlah pelajar yang datang baca mulai meningkat.
Saat ini, kasus COVID-19 terus bertambah sehingga animo masyarakat dan pelajar untuk baca buku di perpustakaan berkurang lagi. Ini masalah yang dihadapi dinas dan harus diatasi. Jika tidak diatasi dampaknya sangat besar bagi kemajuan daerah, bangsa dan negara. Apalagi berkaitan dengan pengembangan SDM masyarakat
Oleh karena itu, meski di tengah pandemi, pemerintah melalui dinas tetap berupaya memberikan layanan bagi masyarakat untuk membaca buku dengan pola yang lebih mudah, efektif dan efisien.
Menurut Jony, saat ini Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sementara mendesain program pendekatan pelayanan pinjaman buku bagi masyarakat secara online. Namanya aplikasi Use-book.
Aplikasi ini sebagai sarana penghubung antara operator Dinas Perpustakaan dan masyarakat peminjam buku. Masyarakat yang ingin meminjam buku bisa pesan melalui aplikasi dan petugas dari dinas siap menghantar buku ke alamat peminjam.
Penggunaan aplikasi Use-book ini dinilai efektif dan efisien. Tentu pola ini, selain efisien waktu juga mengurangi beban masyarakat misalnya biaya transportasi ke perpustakaan.
Disisi lain, minat baca masyarakat tetap dijaga bahkan bisa meningkat karena pelayanan semakin mudah meski di tengah situasi pandemi covid-19.
Pria kelahiran Dilli-Timor Leste 1980 ini mengatakan, inovasi pelayanan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pelajar yang ingin membaca buku di rumah.
Program ini juga sebagai jabaran atas visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Belu, Dr. Agustinus Taolin, Sp. PD dan Drs. Aloysius Haleserens, MM. Kedua pemimpin ini selalu menekankan kepada OPD agar memberikan pelayanan yang sungguh-sungguh kepada masyarakat. Memperhatikan base line data berbasis digital, kreatif, inovatif dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Alumni STPDN angkatan 2000 ini menyebut, buku adalah jendela dunia. Perpustakaan Kabupaten Belu menyediakan 500 eksemplar dari 6.000 judul buku. Dengan membaca banyak buku, generasi Kabupaten Belu akan lebih cerdas dan berwawasan luas.
Pasca Sarjana jebolan Widya Gama Malang ini menambahkan, inovasi di bidang perpustakaan ini juga sebagai upaya mengubah paradigma berpikir orang yang menilai Perpustakaan sebagai OPD kurang strategis, anggaran kurang dan minim program. Bahkan acap kali dipandang, ASN yang ditempatkan di Dinas Perpustakaan sebagai pembuangan.
Sesungguhnya bukan demikian. Perpustakaan adalah gudang ilmu. Orang yang ditempatkan di Perpustakaan adalah orang-orang
berilmu, kreatif, kaya inovasi dan berjiwa melayani. Prinsip ini yang terus digaungkan dalam masa kepemimpinannya.
Guru SMAK Suria, Patrik Anderson saat diminta tanggapannya mengatakan, ia mendukung dengan program tersebut. Patrik berharap, program seperti itu tidak hanya berakhir di konsep tetapi harus dilaksanakan secara konsisten.
Terpisah, pelajar SMAN Atambua, Angela Mones mendukung program tersebut.
"Bagus kalau program begitu. Kita tidak harus datang kantor pinjam buku tapi cukup pesan online saja", ungkap Angela.
Kata Angela kemudahan pelayanan di masa pandemi ini sangat dibutuhkan apalagi di kalangan pelajar dengan adanya pembelajaran online.
Wakil Bupati Belu, Drs. Aloysius Halemserens, MM memberikan dukungan dan apresiasi bagi OPD yang selalu berkreatif dan inovasi seperti yang akan dilakukan Plt Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah.
Katanya, keterbatasan perpustakaan di sekolah-sekolah dapat diatasi dengan pola pelayanan yang baru hasil inovasi dari OPD. (jen).
