Salam Pos Kupang
Butuh Kesadaran Kolektif Cegah Covid-19
SUDAH satu tahun tiga bulan sejak Maret 2020 Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Sejak saat itu, ekonomi Indonesia benar-benar lesuh
POS-KUPANG.COM - SUDAH satu tahun tiga bulan sejak Maret 2020 Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Sejak saat itu, ekonomi Indonesia benar-benar lesuh.
Usaha di berbagai sektor benar-benar lumpuh, bahkan ada yang sampai mati. Kalaupun ada yang masih hidup, itu pun hanya hidup seadannya. Bertahan hanya sekadar bisa bernapas.
Perhatian dan kerja keras pemerintah mencegah berkembangnya penularan Covid-19 begitu tinggi.
Salah satu bukti nyata tingginya perhatian pemerintah mencegah penularan virus Covid-19 ialah dengan mengalokasikan sedikitnya 35 persen dari anggaran pemerintah untuk pencegahan penularan virus Covid-19.
Baca juga: Tiga Pasien Covid-19 asal Lewa Tidahu Sembuh
Usaha dan kerja keras pemerintah memang sempat membuahkan hasil dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia beberapa waktu lalu. Namun, setelah sempat redup, dalam sebulan terakhir kasus Covid-19 bertambah lagi.
Bahkan perkembangannya saat ini semakin mengkhawatirkan. Apalagi dengan munculnya Covid-19 varian baru bernama delta, yang konon penularannya lebih cepat dari virus Covid-19 sebelumnya.
Ada dua faktor yang diduga penyebab bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk di Provinsi NTT. Pertama, masih banyaknya masyarakat yang belum diberi vaksin Covid-19.
Masih banyaknya masyarakat yang belum divaksin juga diduga disebabkan dua hal. Selain karena belum dijangkau akses pelayanan para petugas kesehatan, juga kemungkinan adanya sikap apatis atau masa bodoh masyarakat sendiri.
Baca juga: Update Covid-19 NTT, Kasus Positif Melonjak Gubernur Viktor : Warga Taat Protokol Kesehatan
Sikap apatis itu bisa jadi dipengaruhi oleh kesibukan masing-masing orang. Juga karena dipengaruhi oleh berita-berita hoaks sehingga merasa menerima vaksin itu masih merasa kurang penting.
Faktor kedua, banyak masyarakat yang sudah menerima vaksin Covid-19 tapi tidak mematuhi protokol kesehatan ( Prokes) Covid-19.
Kondisi ini diduga disebabkan karena belum komprehensifnya pemahaman masyarakat mengenai vaksin dan kebijakan pengendalian pandemi.
Banyak orang beranggapan bahwa setelah menerima vaksin Covid-19 tidak perlu lagi menjalankan protokol kesehatan Covid-19 dalam beraktivitas.
Padahal menerima vaksin Covid-19 bukan untuk bebas dari serangan virus Covid-19, tapi untuk meningkatkan metabolisme atau kekebalan tubuh sehingga tidak mudah terserang Covid-19.
Jika dianalogikan dalam pertandingan tinju, menerima vaksin Covid-19 dimaksudkan agar si penerima vaksin tidak langsung rubuh saat baru dipukul satu kali. Dan untuk menjaga ketahanan fisik tersebut, menerima vaksin dan disiplin prokes merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawa-tawar.
Untuk memusnahkan Covid-19 dari Indonesia maka dibutuhkan kesadaran kolektif dari seluruh masyarakat Indonesia untuk memusnahkannya. Salah satunya dengan menjalankan vaksin massal sesuai program pemerintah.
Selain itu, semua masyarakat Indonesia tanpa kecuali wajib menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Tanpa adanya kesadaran kolektif, mustahil virus Covid-19 akan hilang. **
Baca Salam Pos Kupang Lainnya
