Pesona Gadis Sumba di Kampung Adat Prai Ijing dalam Balutan Pakaian Adat Sumba Barat
gerakan dalam tenun memiliki cerita bersejarah, cerita utuh tentang filosofi hidup, perjuangan, atau tokoh tertentu
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Pesona Gadis Sumba di Kampung Adat Prai Ijing Dalam Balutan Pakaian Adat Sumba Barat
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dunia fashion di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini tidak lepas dari yang namanya kain tenun. Dengan keunikannya, kain tenun seperti mampu menghipnotis para pecinta fashion hampir di seluruh dunia.
Salah satu fotografer profesional NTT, A. Ubas T, kerap memotret model dengan balutan pakaian adat daerah.
Bagi dia, memotret dengan konsep tradisional adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya lokal.
"Saya mengambil foto dengan latar dan konsep seperti ini, pertama, penghargaan kepada tradisi, budaya, kearifan lokal perlu dijaga dan dipelihara. Memelihara dengan cara membuka ruang belajar seluas mungkin bagi generasi muda, agar menjadi pewaris budaya dan tradisi nenek moyang yang sarat akan filosofi dan makna hidup," kata Ubas, Jumat, 25 Juni 2021.
Baca juga: Anggaran Penanganan Covid-19 di Kabupaten Sumba Barat TA 2020 Rp 33 miliar
Kedua, tenun adalah identitas! Maka hormati dan hargai identitas itu setinggi mungkin.
"Karena tenun daerah adalah identitas, maka tawaran apa pun tidak boleh mengubah cara kita untuk menjadikannya bisnis hingga membuat tawar semua makna dan arti dari simbol2 yg diwariskan," lanjutnya.
Ketiga, tambahnya, hendaknya kita yang mengenakan tenun, menyadari dengan sepenuh hati setiap makna dari apa yang disimbolkan dalam motif, atribut dan gerakan yang menyertainya.
Salah satu foto yang diambil Ubas di Kampung Adat Prai Ijing, Kabupaten Sumba Barat, menampilkan model Sari Garung dalam balutan busana tradisional Sumba Barat.
Baca juga: Bupati Kabupaten Sumba Barat Sambut Kedatangan Menteri PPN/Bappenas
"Foto ini kami ambil di Kampung Adat Prai Ijing, yang merupakan salah satu destinasi wisata budaya dan sebagai kampung sakral dengan nuansa wisata religius. Di sini, ada kelompok tenun dan kreativitas perempuan yang mengembangkan 'tenun bercerita’," jelasnya.
"Setiap proses, motif, sarana, dan gerakan dalam tenun memiliki cerita bersejarah, cerita utuh tentang filosofi hidup, perjuangan, atau tokoh tertentu," lanjut dia.
Ubas menjelaskan, pada tenun dan keseluruhan konsep dalam tenun yang dipakai Sari, ada beberapa atribut yang memiliki makna tersendiri.
"Hiasan pada kepala disebut dengan tabelo. Tabelo adalah mahkota yang dikenakan seorang perempuan Sumba di atas kepalanya. Bisa dipakai sebagai perlengkapan sewaktu menari atau untuk acara adat tertentu, misalnya sewaktu dipinang dan diboyong ke rumah pasangan prianya. Hanya perempuan yang memakai tabelo. Bentuknya seperti bulan sabit. Selalu dipakai dalam posisi terbuka ke atas," ungkap Ubas.
Baca juga: Di Kabupaten Sumba Barat - NTT, Baru 14 Desa Cairkan Dana Desa, Simak Penjelasan Kadis PMD
Sebagai sebuah simbol, Lanjutnya, tabelo mungkin tidak dapat mengungkapkan seluruhnya makna dan pesan yang secara intrinsik melekat padanya.
"Tetapi sebagai ekspresi kebudayaan Sumba, Tabelo identik dengan jati diri perempuan (Sumba). Pada saat tertentu diletakkan di atas kepala perempuan. Rupanya sebagai deklarasi cita-cita kemuliaan, kehormatan dan kepenuhan martabat. Apakah hanya demi kemuliaan, kehormatan dan kepenuhan martabat dari orang yang mengenakannya? Narasi tabelo ternyata tidak pernah berdiri sendiri, selalu mengartikulasi secara kuat dengan instrumen adat Sumba yang lain, kaleku (tempat sirih dan pinang) dan sirih pinang itu sendiri," jelasnya.
Gelang pada tangan (lele), kata Ubas, memiliki makna mendalam saat dipakai oleh perempuan ketika menari atau dalam ritual tertentu.
Gelang melambangkan kemeriahan, keagungan, suasana hati yang penuh syukur yang menggerakkan tangan untuk menari dan menggerakkan gelang-gelang tersebut.
Baca juga: Pelaksanaan Sholat Idul Fitri Berlangsung di Lima Lokasi di Kabupaten Sumba Barat
Sama halnya dengan giiring-giring yang diikat pada kaki, yang berbicara tentang kemeriahan, suka cita, dan semangat yang berkobar-kobar.
Sementara Mamoli ada pada hiasan gantung riawa (kalung) dan ada pada motif tenunan.
Mamoli melambangkan rahim, kesuburan, kehidupan, sumber kasih sayang dan perhatian.
Simbol mamoli dapat ditemukan dalam berbagai atribut lain selain motif, misalnya dalam bentuk anting, hiasan kalung, lukisan, patung, atau karya kreatif kerajinan tangan yang lainnya.
Baca juga: DKPP Gelar Sidang Kode Etik Penyelenggara Pemilu Kabupaten Sumba Barat
Ubas mengatakan, tenun daerah dengan motif dan ciri khas tradisional saat ini menjadi sorotan dunia fashion.
Tenun Sumba menjadi salah satu dari sekian banyak tenun daerah NTT bahkan Indonesia yang menjadi sasaran hunting para pencinta fashion dan perancang busana.(*)
Berita Kabupaten Sumba Barat Terkini