Cerita Prajurit TNI Saat Operasi Seroja ke Timor Leste,Kondisi Keras Hingga Sebulan Baru GantiBaju
Pasukan Indonesia yang saat itu masih bernama ABRI menyerbu wilayah itu dari laut , udara dan darat secara bersmaan hingga perlawanan Fretelin langsun
POS KUPANG.COM - Kekuatan TNI dikerahkan dalam jumlah cukup besar dalam operasi Seroja untuk merebut Timor Timur dari ancaman komunis usai parta Fretelin yang berhaluan kiri mendeklaraikan kemerdekaan
Pasukan Indonesia yang saat itu masih bernama ABRI menyerbu wilayah itu dari laut , udara dan darat secara bersmaan hingga perlawanan Fretelin langsung dihancurkan dan dipaksa muncur ke hutan
Serangan Indonesia meliputi pasukan lintas udara , penyerbua pasukan marinir dari laut dan serangan darat dari perbatasan dengan Nusa Tenggara Timur
Pertempuran itu menjadikan Timor Leste pernah menjadi bagian dari wilayah Indonesia setelah dilancarkan Operasi Seroja.
Operasi Seroja pertama kali dilancarkan pada 7 Desember 1975.
Wilayah berjuluk ' Bumi Lorosae ' tersebut kemudian secara resmi menjadi bagian Republik Indonesia pada awal tahun 1976.
Baca juga: Kisah Harum Prabowo Saat Operasi Seroja di Timor Leste, Timah Panas Hujani Presiden Fretilin
Setelahnya, Timor Leste yang saat itu bernama Timor Timur bergabung dengan Indonesia selama kurang lebih 24 tahun hingga Referendum tahun 1999.
Operasi yang disebut-sebut merupakan operasi militer terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia ini digambarkan begitu keras.
Dalam Operasi Seroja, pasukan gabungan diterjunkan dengan pasukan Lintas Udara Kostrad dan Kopassandha yang memulai invasi.
Sebelum pasukan diterjunkan, mereka memang dibekali dengan data intelijen dan perlindungan udara.
Namun, terdapat data yang meleset atau tidak akurat.
Baca juga: Agama Islam di Timor Leste Makin Terkikis , Sejarah Kelam di Bumi Lorosae Ini Jadi Penyebabnya
Misalnya, Sungai Komoro dikabarkan penuh buaya dan airnya meruah.
Ternyata, setelah penerjunan, sungai itu kering, tidak ada apa-apa, buaya saja tidak ada.
Pada tanggal 9 Desember 1975 pukul 22.00, operasi serbuan udara yang melibatkan banyak personel dilaksanakan.
Sebanyak 390 personel Yonif Linud 328 diterjunkan bersama pasukan lainnya, yakni Yonif Linud 401 (533 orang), Mabrigif Linud 17 (9 orang), Ton Parako, Pakhas TNI AU (158 orang) guna menguasai Bandara Internasional Baucau.

Baca juga: Begini Suasana Perang Saudara di Timor Leste Jelang Masuknya Indonesia, Situasi Tak Terkendali
Mereka diangkut dari Pangkalan Udara Kupang dengan pesawat angkut Hercules C-130 sebanyak 18 sortie.
Sebelum pasukan ini terjun, perlindungan udara lebih dulu dilakukan.
Sasaran pasukan diserang oleh pengebom B-26 dan OV-10 Bronco
Lokasi penerjunan bukanlah lahan yang mulus tetapi berbatu karang, sehingga pasukan mengalami luka-luka hingga babak belur dan satu personel Yonif Linud 328 dinyatakan hilang.
Meski selain kejadian tersebut, operasi terbilang lancar, dengan bandara Baucau berhasil dikuasi dalam kondisi relatif utuh.
Tentang Operasi Seroja, datang kisah dari seorang veteran bernama Mukilan
Ia menceritakan bagaiamana kondisinya saat mengikuti Operasi Seroja.
Melansir Tribun Batam (18/8/2017), Mukilan yang saat diwawancarai berusia 75 tahun, bergabung menjadi anggota korps marinir dan salah satunya ditugaskan dalam Operasi Seroja.
Baca juga: Agen Rahasia Yang Bongkar Aksi Spionase Australia di Timor Leste Dibebaskan, Hakim Ungkap Fakta

Mukilan adalah satu di antara sejumlah pejuang veteran yang masih hidup dan mendapat undangan khusus dari Pemkab Bintan untuk menghadiri upacara Detik Detik Proklamasi tahun 2017.
Sejak tahun 1962, Mukilan bergabung menjadi anggota korps marinir.
Ia pensiun dari kesatuan TNI AL (dulu ABRI) pada tahun 1996 dengan pangkat terakhir Serka Marinir
Selama menjadi salah satu anggota pasukan elit Indonesia tersebut, Mukilan pernah terlibat beberapa operasi perjuangan mempertahankan Kedaulatan RI.
"Waktu itu masanya mempertahankan kedaulatam negara kita," kata Mukilan.
Tiga operasi mempertahankan kedaulatan RI yang cukup terkenal dimana dia terlibat adalah Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), Dwi Komando Rakyat (Dwikora), dan Operasi Seroja.
Baca juga: Fantastis, Segini Uang yang Dikucurkan untuk Bangun Timor Leste Usai Lepas dari Indonesia, Berapa?
Dalam catatan sejarah, Operasi Trikora diserukan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961 untuk membebaskan Irian Barat.
Sedangkan Operasi Dwikora berkaitan dengan masa masa konfrontasi dengan negara tetangga, Malaysia, juga pada tahun 1960-an.
"Waktu operasi Trikora, saya bertempat di Makassar (Sulawesi Selatan), kemudian ikut Operasi Seroja juga di Timor Timur," kata Mukilan.
Ketika bertugas di Timor Timur, diungkapkan masa-masa itu cukup keras karena seluruh pasukan harus waspada penuh setiap saat.
Bahkan, saking harus waspadanya, ia hanya bisa berganti baju sebulan sekali.
"Satu bulannya tidak ganti baju. Saya di sana tahun 1976, tahun 1977 juga masih di sana (Timor Timur)," ucapnya.
Baca juga: Rakyat Timor Leste Berharap Jadi Negara Minyak Kaya Hanya mimpi, Nyatanya Bakal Bangkrut Thn 2027
Mengenang masa-masa perjuangannya itu, Mukilan juga mengungkapkan bahwa kawan seperjuangan semasa operasi dulu masih hidup.
Katanya, mereka ada yang sudah tinggal di daerah lain lain mengikuti anak-anak mereka.
Saat itu, Mukilan mengungkapkan terima kasihnya kepada negara yang masih peduli dengan nasib para pejuang veteran.
"Saya berterimakasih kepada negara yang masih perhatian pada kami, kemarin dapat bedah rumah," katanya.*
Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id dengan judul: Operasi Seroja di Timor Leste Digambarkan Sangat Keras, Seorang Veteran Kisahkan Pengalaman Uniknya saat Ditugaskan dalam Operasi Ini