SMK St. Yosep Nenuk Terapkan Pendidikan Vokasi 4 Tahun

Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) St. Yosep Nenuk, Atambua, Kabupaten Belu kembali menerapkan sistem kurikulum Pendidikan Vokasi 4 tahun

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/TENI JENAHAS
KAPALA SEKOLAH---Kepala Sekolah SMK St. Yosef Nenuk, Petrus Dile Bataona, SVD 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Teni Jenahas

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) St. Yosep Nenuk, Atambua, Kabupaten Belu kembali menerapkan sistem kurikulum Pendidikan Vokasi 4 tahun setelah sekian lama atau hampir 20-an tahun menerapkan Pendidikan Vokasi tiga tahun.

Pendidikan vokasi 4 tahun ini telah mengembalikan spirit awal dari pendiri sekolah tersebut yakni para misionaris SVD Regio Timor. Mereka mendirikan sekolah tersebut untuk menghasilkan siswa yang siap kerja bukan menjadi penganggur.

Pendidikan vokasi empat tahun ini mulai diberlaku lagi tahun ajaran 2021-2022. SMK Nenuk menjadi satu-satunya SMK di Kabupaten Belu yang menerapkan pendidikan vokasi empat tahun. Animo siswa untuk melamar di sekolah ini cukup banyak. Untuk tahun ini gelombang pertama sudah 110 siswa yang mendaftar dan sudah dilakukan seleksi tes masuk.

Hal ini dikatakan Kepala Sekolah SMK St. Yosef Nenuk, Petrus Dile Bataona, SVD kepada POS KUPANG.COM, saat ditemui Selasa 22 Juni 2021.

Baca juga: Kampus Politani Negeri Kupang & Dirjen Pendidikan Vokasi Beri Bantuan Mahasiswa Terdampak Bencana

 

Pater Piet menjelaskan, kurikulum pendidikan 4 tahun ini sudah pernah diterapkan di sekolah ini sejak pertama kali didirikan tahun 1970 oleh para misionaris SVD Regio Timor.

Dalam perjalanan, sekitar tahun 80-an, pemerintah membuat kebijakan baru kurikulum pendidikan sekolah kejuruan dari empat tahun menjadi tiga tahun.

Kurikulum ini berjalan hampir 20 tahun lebih dan kini, pemerintah kembali menerapkan kurikulum vokasi empat tahun.

Kata Pater Piet, kurikulum pendidikan vokasi empat tahun ini bukan hal baru bagi SMK St. Yosep Nenuk atau dulu disebut STM Nenuk karena spirit awal dari pendiri sekolah yang sudah berusia emas ini adalah pendidikan empat tahun.

Baca juga: 25 Anak NTT yang Ikut Pendidikan Vokasi Pariwisata di Australia Kembali pada Oktober 2019

Tujuannya agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk mendalami ilmu pengetahuan dan ketrampilan sehingga setelah tamat langsung terserap di dunia kerja dan dunia usaha.

Menurut Pater Piet, selama menjalankan pendidikan tiga tahun, cerita kompetensi lulusan SMK di seluruh Indonesia sangat rendah. Para lulusan tidak banyak terserap bahkan bisa dikatakan menganggur.

"Lulusan pendidikan SMK tiga tahun tidak banyak yang terserap. Mereka lulus tapi kompetensi mereka rendah. Artinya bisa dilihat dari serapan lulusan di masyarakat. Saya selalu bilang kita harus mawas diri jangan sampai kita meluluskan orang menjadi penganggur. Padahal sekolah kejuruan itu jelas-jelas dibangun untuk kerja", ungkap Pater Piet.

Lanjutnya, fakta ini kemudian direspon oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan lalu dikaitkan dengan suatu kajian tentang jumlah penganggur di Indonesia yang ternyata jumlah penganggur terbesar kedua adalah tamatan SMK.

Dari situ, kata Pater Piet, pemerintah dan sekolah mengevaluasi diri dan kembali pada spirit awal pendirian sekolah itu yakni pendidikan empat tahun supaya melahirkan lulusan yang berkompeten dan siap kerja.

Spirit ini ternyata sejalan dengan kebijakan pemerintah agar pendidikan empat tahun dibuka kembali. Hal ini juga sebagai cikal bakal lahirnya Dirjen Pendidikan Vokasi.

Menurut Pater Piet, SMK St. Yosep Nenuk memiliki lima jurusan yakni, jurusan teknik permesinan, otomotif kendaraan ringan, perumahan dan sanitasi, jalan dan jembatan serta jurusan teknik komputer jaringan.

Ditanya soal serapan lulusan, Pater Piet mengatakan, lulusan sekolah tersebut tersebar secara nasional dan internasional.

"Saya boleh mengatakan lulusan sekolah ini meluas secara nasional dan internasional. Di Jakarta banyak lulusan yang menempati di posisi penting di perusahan. Bahkan yang bekerja di Penerbangan Nurtanio Bandung, ada dari tamatan STM nenuk. Bahkan kalau masuk ITB Bandung bebas tes masuk. Mereka mengaku tamatan STM Nenuk tidak diragukan", ungkap Pater Piet.

Katanya, jumlah lulusan sekolah itu setiap tahun sekitar 100 orang lebih dan setiap ujian nasional lulus 100 persen.

Secara angka terlihat banyak namun bila dibagi dalam jurusan justru sedikit karena hanya 20 orang per jurusan. Sekolah ini lebih mengedepankan kualitas ketimbang kuantitas.

"Jumlah lulusan per tahun itu rata-rata 20 orang per jurusan jadi kita lima jurusan. Mengapa tiap jurusan hanya 20 orang karena kita mengutamakan kualitas bukan kuantitas", tandasnya.

Ditanya mengenai permasalahan dalam pendidikan vokasi selama ini, Pastor SVD asal Lembata ini mengatakan, persoalan utama bagi SMK adalah sistem kurikulum untuk praktek lapangan hanya dua bulan.

"Waktu dua bulan itu tidak mencukupi bagi dunia usaha menilai siswa itu berkompeten atau tidak. Karena itu, dunia usaha juga masih ragu, apakah kita menerima lulusan itu atau tidak", paparnya.

Persoalan tersebut, lanjut Pater Piet sudah mulai teratasi setelah adanya program link and match.

Dalam program ini, siswa diberikan kesempatan magang selama satu tahun, mendapatkan bimbingan dari dunia industri, dunia usaha serta dunia usaha menyerap lulusan dari sekolah.

Diharapkan, komitmen dari dunia industri, dunia usaha untuk menyerap lulusan dari sekolah yang sudah membangun link and match terus dipertahankan.

"Kita membangun jaringan supaya lulusan langsung terserap di dunia kerja tanpa harus melamar lagi di tempat lain", ujarnya.

Mengenai fasilitas di SMK St. Yosef Nenuk, Peter Piet menyampaikan kalau dari pihak sekolah fasilitas sudah memadai. Namun dari kaca mata pendidikan bisa saja belum memenuhi standar.

"Kami bilang sudah memadai. Tapi dari kacamata pendidikan bisa saja belum memenuhi standar. Oke lah, kita membuka diri. Kalau belum memenuhi standar yah tolong dibantu karena kita harus mengikuti kemajuan, misalnya, mesin otomotif sekarang sudah injeksi, kami masih mesin lama semua. Baut-baut sekarang sudah modern tapi kami masih mengenal baut sejak jaman VOC", kata Pater Piet sambil tersenyum.

Ditanya mengenai kesiapan SDM, Pater Piet mengaku, SDM menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Untuk SMK St. Yosep Nenuk jumlah tenaga guru sebanyak 52 orang.

Guru diberi kesempatan untuk meningkatkan kapasitas lewat pendidikan dan pelatihan, baik dalam negeri bahkan luar negeri yaitu di Jerman. (*)

Berita Kabupaten Belu Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved