Perumda Wae Mbeliling Manggarai Barat Akan Lakukan Survei Mata Air Wae Rae

Warga dalam keadaan itu memanfaatkan air hujan, sembari menunggu berhentinya banjir di kali Wae Rae

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/GECIO VIANA
Suasana pertemuan Direktur Perumda Wae Mbeliling Mabar, Aurelius H Endo bersama warga Desa Persiapan Golo Tanggar, Senin 21 Juni 2021. 

Perumda Wae Mbeliling Manggarai Barat Akan Lakukan Survei Mata Air Wae Rae

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana

POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Perumda Wae Mbeliling Manggarai Barat (Mabar) akan melakukan survei mata air Wae Rae untuk memenuhi kebutuhan air bersih, bagi warga Desa Persiapan Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, Senin 21 Juni 2021.

Ribuan warga desa tersebut selama puluhan tahun memenuhi kebutuhan air yang bersumber dari kali Wae Rae serta irigasi pertanian.

Survei akan dilakukan pada Kamis 24 Juni 2021 oleh Tim Teknis Perumda Wae Mbeliling dibantu aparat Pemerintah Desa Persiapan Golo Tanggar serta masyarakat.

Kepada masyarakat di Kantor Desa Persiapan Golo Tanggar, Direktur Perumda Wae Mbeliling Mabar, Aurelius H Endo menegaskan, persoalan krisis air bersih di desa tersebut menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Mabar.

Baca juga: 10 Peserta Rebut Kursi Direktur Perumda Air Minum Tirta Komodo Manggarai, Siapa Saja Mereka?

Pertemuan yang dilakukan, kata Aurelius, merupakan pertemuan untuk mengumpulkan informasi dari warga terkait kebutuhan air dan optimalisasi sumber mata air Wae Rae.

Sumber mata air Wae Rae dengan debit 6 liter per detik pada tahun 2004 lalu melalui program Program Nasional Penyediaan Air Minum (Pamsimas), pernah digunakan sebagai sumber pasokan air bersih bagi msyarakat.

Namun air tersebut hanya digunakan selama sepekan. Akhirnya, masyarakat kembali mengonsumsi air kali yang telah tercemar tinja manusia dan kotoran ternak kerbau.

"Berikan kepercayaan kepada kami. Harapannya kita sama-sama kerja, karena desa ini prioritas, kami minta masyarakat untuk bantu agar kita melakukan penyisiran terhadap jaringan perpipaan yang ada," kata Aurelius.

Baca juga: Ibu Kota Manggarai Barat Jadi Tuan Rumah Kongres Polwan Internasional

Pihaknya juga meminta 3 kepala dusun yakni Dusun Laing Bakok, Dusun Bancang dan Dusun Wae Bue agar memberitahu akan dilakukan survei.

Menurutnya, setelah survei dilakukan, akan dilakukan penganggaran serta pemasangan meteran kepada warga.

"Tentunya akan dilaporkan dulu ke pak bupati dan wakil bupati," ujarnya.

Diakuinya, optimalisasi sumber mata air yang ada agar sebanyak 268 kepala keluarga di 3 dusun di Desa tersebut akan menjadi pelanggan Perumda Wae Mbeliling.

"Tentunya perlakuan berbeda, kami tidak samakan (harga) seperti pelanggan di Kota Labuan Bajo. Saya juga akan tempatkan petugas di sini," katanya.

Baca juga: Perumda Air Minum Tirta Komodo Manggarai Melayani Air Bersih Masyarakat Mencapai 57 Persen

Hadir dalam kegiatan tersebut Penjabat Kades Golo Tanggar, Yoseph Tala, Pjs Sekretaris Desa Persiapan Golo Tanggar, Fredirikus Ponce serta tokoh masyarakat.

Hingga berita ini ditulis pukul 12.00 Wita, kegiatan tersebut masih berlangsung.

Sebelumnya, Wakil Bupati Manggarai Barat (Mabar), dr Yulianus Weng mengatakan, air kali Wae Rae yang dikonsumsi warga Desa Persiapan Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, telah tercemar.

Hasil tersebut diketahui setelah dinas kesehatan setempat melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap air kali tersebut beberapa waktu lalu.

"Saya sudah minta mereka (Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar) cek sampai di atas (hulu sungai), ternyata dari hasil pemeriksaan laboratoriumnya air itu tercemar," katanya.

Dijelaskannya, air kali tersebut diduga telah tercemar akibat tercampur kotoran ternak dan tinja manusia.

Baca juga: Ibu Kota Manggarai Barat Jadi Tuan Rumah Kongres Polwan Internasional

Lebih lanjut, berdasarkan uji laboratorium secara fisika air kali tersebut berbau dan berwarna, memiliki kandungan E Coli yang tinggi serta kandungan kimia air di atas ambang batas yang ditentukan.

"Kami yakinkan masyarakat, jangan ditutup-tutupi sehingga masyarakat tahu, sebab kondisi ini sudah terjadi sejak dulu sekali," ungkapnya.

Langkah antisipatif yang diambil pemerintah, lanjut dr Weng, yakni melakukan edukasi yang juga tertuang dalam edaran Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar.

Dalam edaran tersebut, masyarakat diimbau untuk tidak Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat, apalagi di pinggir kali.

"Mungkin mereka belum sadar, jadi kita sadarkan, lalu meminta hewan-hewan itu tidak dibiarkan lepas berkeliaran lalu membuang kotoran di kali. Saran kami selanjutnya, air kali (yang ditimba masyarakat) harus dimasak hingga mendidih baru diminum, ini untuk aman sementara, karena kejadian itu bukan baru sekarang," tegasnya.

Baca juga: Bawa Narkoba, Warga NTB Diamankan di Labuan Bajo Manggarai Barat

Menurutnya, hal tersebut merupakan langkah yang diambil untuk menjamin kesehatan masyarakat, sembari menunggu layanan air bersih bagi masyarakat.

Sebab, saat ini tengah dibangun jaringan air bersih dari SPAM Wae Mese II demi pemenuhan air bersih bagi masyarakat di desa tersebut dan sekitarnya.

"Langkah konkrit pemerintah, dapat dilihat saat ini pipa-pipa sementara dibangun ke sana. Informasi dari direktur PDAM akan mengalirkan air hingga daerah sana," katanya.

Sebelumnya, ribuan warga dalam satu desa di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup.

Bahkan, tidak jarang warga berebut air bersih dengan ternak kerbau yang membuat kubangan pada aliran air dari kali Wae Rae, kali yang menjadi tumpuan pemenuhan air baku.

Hal tersebut diakui Penjabat Kades Golo Tanggar, Yoseph Tala saat ditemui di Labuan Bajo, Rabu (2/5/2021).

"Jadi mereka selama ini konsumsi air dengan kerbau, jadi kalau kerbau duluan, untuk kubang di sana, maka mereka tidak dapat air bersih. Tapi, kalau kerbau belum kubang di sana duluan, berarti mereka bisa dapat air bersih," kata Yoseph.

Baca juga: Polres Manggarai Barat Akan Rilis Kasus Pencurian Antarprovinsi dan Dugaan Korupsi Dana Desa

Dijelaskannya, kondisi tersebut dialami ratusan jiwa di Dusun Laing Bakok dan Dusun Wae Bue. Warga 2 dusun ini terbagi dalam 4 blok dan menempati area tersebut sejak 1997 dalam program transmigrasi lokal.

Sementara itu, krisis air bersih juga dialami di dua kampung di Dusun Bancang yakni Kampung Bancang dan Kampung Weor. 

Sehingga, total warga yang mengalami kesulitan air bersih di desa tersebut mencapai 1.152 jiwa.

Masyarakat, aku Yoseph, hanya pasrah dengan keadaan tersebut, sebab selama ini minim perhatian dan sejak puluhan tahun lalu mengonsumsi air kali.

"Kondisi ini sangat memprihatikan," keluhnya.

Saat masih tergabung dalam desa induk, Desa Macang Tanggar, krisis air bersih ini dinilai tidak diperhatikan.

Pihak pemerintah desa tidak memiliki anggaran, sehingga ia pun telah mengupayakan pengadaan air bersih menggunakan anggaran aspirasi seorang anggota DPRD Kabupaten Mabar pada 2020 lalu, namun hal tersebut urung dilakukan karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Layani Kebutuhan Listrik di Kampung Weor Manggarai Barat, Ini Komentar Manager ULP PLN Labuan Bajo

"Karena recofusing anggaran karena Covid-19, tidak jadi dikerjakan," ungkapnya.

Yoseph menuturkan, pada 2004 silam melalui Dinas Kimpraswil Provinsi NTT dalam program Pamsimas, warga sempat mendapatkan air bersih yang bersumber dari mata air Wae Rae.

Namun demikian, kondisi tersebut hanya terjadi selama sepekan, sehingga warga kembali mengonsumsi air kali Wae Rae.

Sejumlah warga, lanjut Yoseph, sering mengalami diare setiap tahunnya dikarenakan mengonsumsi air kali yang diduga telah tercemar dan terkontaminasi pestisida.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar saat melakukan pengambilan sampel air kali Wae Mese di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, Rabu 19 Mei 2022
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar saat melakukan pengambilan sampel air kali Wae Mese di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, Rabu 19 Mei 2022 (pk/gecio viana)

"Diare karena itu memang dampak dari air itu karena konsumsi Air tidak layak. Faktor utamanya dari air minum," bebernya.

Pemerintah desa, saat ini tidak memiliki anggaran karena recofusing anggaran, sehingga ia berharap, pemerintah dapat memperhatikan masyarakat Desa Persiapan Golo Tanggar, sebab krisis air bersih telah dialami warga puluhan tahun.

"Seandainya pemerintah belum ada anggaran untuk air bersih, prioritas lah air bersih jangan lain-lain, jangan sumbang makan dan lainnya, sumbang saja air minum itu, sehingga dapat digunakan untuk masyarakat, karena itu adalah kebutuhan pokok masyarakat untuk minum, masak, mencuci dan mandi," katanya.

Diberitakan sebelumnya, ratusan warga di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), masih terbelit persoalan sulitnya mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup, Rabu 2 Juni 2021.

Hal ini terjadi di Desa Persiapan Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar.

Ratusan warga yang bermukim di area transmigrasi lokal (translok) yang berjarak sekitar 10 km dari Labuan Bajo masih mengonsumsi air kali dari kali Wae Rae.

Baca juga: Satgas Covid-19 Manggarai Barat Sepakat Berlakukan Jam Malam Pukul 21.00 Wita 

Ironisnya, mereka harus berbagi air dengan ternak kerbau milik warga sekitar yang diikat di pinggir kali. Aktivitas ini dilakukan belasan tahun terakhir.

Sesekali, ternak kerbau itu masuk ke dalam air kali dan berendam. Aliran air dari hasil rendaman kerbau ini mau tidak mau ditimba oleh warga.

Seorang warga Kampung Lobohusu, Nurhasanah (19) saat usai menimba air Kali Wae Mese, Minggu 16 Mei 2021.
Seorang warga Kampung Lobohusu, Nurhasanah (19) saat usai menimba air Kali Wae Mese, Minggu 16 Mei 2021. (POS KUPANG.COM/GECIO VIANA)

Warga yang tiba di pinggir kali dan tidak memiliki alternatif lain untuk mendapatkan air bersih, dengan pasrah menimba air kali yang terlihat keruh dan berbau saat dicium.

Ratusan warga dari translok blok D menggunakan jeriken berbagai ukuran dan menempuh perjalanan sejauh 300 meter.

"Harapan kami, mau minum air bersih," kata Bernadus Sandur (65), warga RT 17 RW 06 Desa Persiapan Golo Tanggar, saat ditemui Senin 31 Mei 2021.

Dikisahkannya, sebanyak 70 kepala keluarga di blok tersebut telah menggunakan air kali tersebut sejak tahun 1998.

Hal tersebut juga dialami ratusan warga translok lainnya di Blok A, Blok B dan Blok C yang tergabung dalam 1 dusun di Desa itu.

"Kalau warga lainnya di Blok A, itu paling ujung, bisa jalan sampai 500 meter," jelasnya.

Awalnya, kisah Bernadus, warga masih mendapatkan air dari sumber mata air Wae Rae melalui jaringan perpipaan yang berjarak sekitar 7 km dari perkampungan pada 1997.

Namun demikian, warga hanya 1 tahun mendapatkan layanan air bersih, warga akhirnya dalam keadaan terpaksa menggantungkan hidup pada air kali Wae Rae.

Aktivitas warga menimba air kali dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita, dilanjutkan paa sore hari pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Air kali biasanya akan didiamkan beberapa saat agar lumpur mengendap, lalu digunakan untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci dan kamar mandi.

Namun, bagi sebagian masyarakat lainnya, air kali yang telah dibawa ke rumah langsung digunakan untuk memasak, tanpa menunggu hingga lumpur dalam air mengendap.

Kesulitan warga untuk mendapatkan air bersih semakin parah saat memasuki musim hujan. Warga terpaksa menggunakan air yang telah bercampur lumpur karena banjir.

Warga dalam keadaan itu memanfaatkan air hujan, sembari menunggu berhentinya banjir di kali Wae Rae.

Warga lainnya, Yakobus Jehadi (30) mengaku pasrah dengan keadaan tersebut, sembari berharap perhatian pemerintah.

Pasalnya, sudah puluhan tahun terkesan pemerintah tidak memperdulikan kebutuhan air bersih bagi warga.

Akibat mengonsumsi air kali, anaknya pernah dirawat intensif di RSUD Komodo Labuan Bajo selama 5 hari karena terserang diare.

"Saya punya anak pernah kena diare karena minum air ini. Padahal, air sudah kami masak. Anak sakit tahun 2018 lalu, kami bawa ke RSUD Komodo Labuan Bajo rujukannya dari Puskesmas Benteng 5 hari perawatan," keluhnya.

Persoalan kesulitan air telah disampaikan kepada setiap jenjang pemerintahan di Kabupaten Mabar, Namun hingga saat ini kebutuhan air bersih bagi warga tidak terpenuhi.

"Hanya janji" ketusnya.

Menurutnya, air kali tersebut juga dimanfaatkan beberapa desa lainnya untuk mengairi sejumlah lahan pertanian.

Sehingga, pihaknya menduga air dari Kali Wae Rae juga telah terkontaminasi pestisida.

Sementara itu, warga lainnya, Endang (13) mengaku, sejak usia 6 tahun telah menimba air di Kali Wae Rae.

"Saya timba air dari setiap pagi dan sore pakai jeriken untuk bantu orang tua. Kalau timba biasanya kami rame-rame," kata Endang.

Endang berharap, pemerintah dapat membantu masyarakat di desanya sehingga persoalan kesulitan air bersih dapat teratasi.

Sementara itu, penelurusan POS-KUPANG.COM, beberapa ternak kerbau milik warga sengaja diikat di pinggir kali sehingga dapat bebas berendam di dalam kali.

Kali Wae Rae juga menjadi batas antara Desa Persiapan Golo Tanggar dengan Desa Compang Longgo, tepat pada batas desa ini, banyak kendaraan bermotor roda dua dan roda empat terparkir untuk dicuci. (*).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved