60 Balita di Posyandu Bougenvile Oesapa Dapat Makanan Tambahan dari Dharma Wanita Persatuan NTT
berada dalam status stunting, gizi buruk dan buruk sekali bisa berubah statusnya menjadi normal setelah mendapat makanan tambahan
Penulis: Rosalina Woso | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM|KUPANG--Jarum Jam menunjukan pukul 07.58 Wita, empat kendaraan roda empat keluar beriringan dari halaman kantor Dharma Wanita Persatuan Provinsi NTT. Menyusuri jalan Cak Doko Kelurahan Oebobo menuju perempatan jalan depan kantor Gubernur NTT.
Rombongan terus terus bergerak menuju Jalan El Tari menuju Jalan Timor Raya, tepatnya RT 021 RW 008 Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
Disana, puluhan anak balita yang dipangku ibunya masing masing sudah memenuhi kursi yang tersedia. Ada petugas kesehatan (bidan dan petugas gizi), Ketua Posyandu, Bendahara dan tiga anggota. Selain itu, hadir juga belasan pengurus Dharma Wanita Persatuan Kota Kupang selaku tuan rumah.

Di pelataran rumah Bapak Semy Dethan, tempat kegiatan posyandu Bougenvile telah hadir 60 balita bersama ibunda masing masing. Hari itu, Selasa, 8 Juni 2021, para balita ini akan mendapat bantuan berupa makanan tambahan dari Dharma Wanita Persatuan NTT dan Dharma Wanita Persatuan Kota Kupang.
Penyerahan makanan tambahan dari Sekretaris DWP Provinsi NTT, Ny.Rara H.Lola kepada Ketua Posyandu Bougenvile Ny.Ita Dethan.
Turut hadir dalam penyerahan yakni Ketua DPW Kota Kupang, Ny. Marlinda Funay Pellokila, Lurah Oesapa, Kia Kia dan Ketu Tim Penggerak PKK Kelurahan Oesapa, Ny. Margaretha Osi-Kia.

Menurut Ny.Rara H Lola, penyerahan makanan tambahan kepada 60 balita di posyandu Bougenvile Oesapa merupakan wujud kepedulian DWP Provinsi NTT terhadap masalah stunting di NTT, khususnya di kota kupang.
Selain memberikan makanan tambahan di posyandu Bougenvile, Ny. Rara menambahkan, DWP NTT juga memberikan makanan tambahan di Posyandu Laus, Dusun Laus, Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, Pos Sesawi I, Jalan Sesawi Kota Kupang dan Oematnunu Kabupaten Kupang.
Pemberian makanan yang diberikan DWP NTT, ujar Ny.Rara, dilaksanakan secara berkesinambungan
Tujuannya, ujar Ny Rara, balita yang saat ini berada dalam status stunting, gizi buruk dan buruk sekali bisa berubah statusnya menjadi normal setelah mendapat makanan tambahan.

Bantuan yang diserahkan, ujar Ny. Rara, berupa beras, telur, kacang hijau, gula merah, keju dan minyak tanah.
Sementara Ny. Marlinda Funay Pellokila, menyebutkan ada 60 balita yang berada di posyandu Bougenvile .Dari jumlah tersebut, ada 8 balita yang berstatus gizi buruk dan 11 balita yang kurang gizi.
Ny. Marlinda juga membagi pengalamanya dalam mengasuh anak dan cucu saat masih balita
"Saya tidak memberikan makanan instan kepada anak anak saat berusia 6 bulan. Saya memberi makan bubur dengan daun kelor. Manfaatnya luar biasa. Anak anak lebih sehat, kuat dan cerdas. Ini kebiasaan dalam keluarga besar yang dipraktek sampai saat ini," ujar Ny. Marlinda.

Selain menyiapkan makanan tambahan berupa bubur dengan daun kelor, Ny. Marlinda juga menyiapkan camilan berupa sayuran.
"Waktu masih tugas di TTS, disana banyak sayuran brokoli, wortel dan labu. Sayuran ini, saya selalu siapkan untuk camilan anak," ujar Ny.Marlinda yang menyerahkan bantuan berupa susu ultra dan biskuat..
Sementara Lurah Oesapa, Kiai Kia menambahkan, kegiatan posyandu diselenggarakan dengan tetap taat kepada protocol kesehatan.
“Kegiatan posyandu selama masa pandemi covid-19 baru dillakukan dua kali. Ada 14 posyandu balita, 5 posyandu lansia dan satu posyandu remaja,” ujar Lurah Kiai Kia yang memimpin 33 ribu lebih warga di 54 RT dan 17 RW ini.
Sementara Ketua TP PKK KelurahanOesapa, Ny. Margaretha Osi-Kia, mengatakan, status kurang gizi dan gizi buruk seharus tidak ada di posyandu Bougenvile.
Kenyataannya, masih ada karena orangtua balita lebih banyak pulang kampung dengan membawa anak seusai menerima makanan tambahan.
" Kita sedikit sulit untuk kontrol balita yang statusnya kurang gizi dan gizi buruk," ujar Ny. Margaretha.
Tim DWP NTT yang turut serta dalam acara penyerahan bantuan makanan tambahan di Posyandu Bougenvile Kelurahan Oesapa, yakni Ny. Rara H.Lola, Ny. Retno Indri, Ny. Maya Angi Manubulu, Ny. Febby Adoe, Ny. Lita Foeh dan Ny. Tony Adu (Laporan Reporter POS KUPANG.COM/Rosalina Woso)
Peran Posyandu Menurunkan Stunting di Masa Pandemi Covid-19
Status gizi balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Masalah utama yang dihadapi di bidang ini adalah masih tingginya angka kejadian stunting.
Stunting adalah kurang gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, umumnya ditandai dengan anak berperawakan pendek, lebih pendek dari pada anak seusianya.
Salah satu ujung tombak kegiatan adalah Pos Pelayanan Terpadu (posyandu). Pandemi Covid 19 menjadi tantangan berat bagi eksistensi kegiatan Posyandu.
Adanya kebijakan dari pemerintah untuk membatasi aktivitas di luar rumah, menjaga jarak, bekerja dari rumah, memakai masker, dan protokol pencegahan penyebaran Covid 19 lainnya membuat banyak pengelola Posyandu menghentikan sementara aktivitasnya.
Suatu keadaan yang dilematis. Dengan adanya Posyandu saja angka stunting masih jauh di atas target, apalagi jika tidak ada Posyandu.
Di sisi lain tetap mengadakan Posyandu tanpa adanya penyesuaian kebiasaan, mengakibatkan risiko tinggi tertular yang pada gilirannya akan menambah jumlah korban pandemi Covid 19.
Pendekatan sistematis sangat diperlukan guna mengatasi kondisi dilematis ini. Semua komponen bangsa yang terlibat dalam kegiatan percepatan penurunan stunting dan pencegahan Covid 19 harus bekerja bersama dalam suatu sistem guna mencari berbagai alternatif kegiatan Pos Yandu.
Buku System Thinking yang dirilis WHO di tahun 2009 menguraikan ada enam blok/komponen yang harus dipenuhi agar sistem yang dikembangkan bisa berdaya guna. Ke enam blok tersebut yaitu :
1. Pemerintah
Fungsi pemerintah adalah pembuat kebijakan. Saat ini pemerintah melalui Kemenkes telah menerbitkan Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada masa tanggap darurat Covid 19.
Dalam panduan disebutkan bila Posyandu berada di daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dilakukan di rumah masing-masing.
Bila pemerintah daerah tidak memberlakukan PSBB atau kasus Covid 19 negatif maka kegiatan Pos Yandu bisa dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Kondisi PSBB dan kasus Covid 19 sangat fluktuatif. Untuk itu update informasi kondisi pandemi harus sering disampaikan kepada masyarakat.
2. Pemberian layanan
Kegiatan utama seperti pemantauan tumbuh kembang anak tetap harus dilakukan sekalipun di masa pandemi.
Jika situasi memungkinkan dan diijinkan oleh pemerintah setempat, kegiatan Posyandu dilaksanakan secara langsung di tempat yang lapang dan menerapkan protokol kesehatan.
Balita dibawa sendiri oleh orang tuanya, membawa selendang/kain untuk menimbang sendiri, kader menyiapkan tempat posyandu seperti mendesinfeksi meja dan kursi serta area Pos Yandu, masker, tempat cuci tangan beserta sabun, memeriksa suhu tubuh, memastikan kader dalam keadaan sehat.
Jika pemerintah setempat tidak mengizinkan pelaksanaan Pos Yandu secara langsung, maka pemantauan tumbuh kembang dapat dilakukan dengan cara kader mendatangi rumah warga sehingga tidak terjadi kerumunan.
Kader dilengkapi dengan alat pelindung diri. Warga yang telah mendapat penjelasan tentang prosedur pengukuran dan mempunyai kemampuan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan bisa melakukan kegiatan tersebut sendiri dan melaporkan hasilnya kepada kader posyandu melalui media sosial atau sistem informasi jika tersedia.
Pelayanan imunisasi dan pemberian vitamin tetap dilaksanakan baik di puskesmas maupun di lokasi yang disepakati.
Berbagai cara dan variasi pemberian layanan ini sudah ditempuh di beberapa daerah dengan memperhatikan kondisi pandemi yang diumumkan oleh pemerintah setempat.
3. Sumber daya manusia
Menjalankan Pos Yandu di masa sebelum covid bukan hal yang mudah, membutuhkan kader pilihan yang bekerja luar biasa tanpa pamrih demi mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Keadaan ini semakin sulit di masa pandemi. Namun kebulatan tekad, kepedulian yang tinggi, serta kerja ikhlas dan cerdas dari para kader Posyandu, membuat beberapa daerah bisa melaksanakan kegiatan dengan caranya masing-masing.
Adanya kebijakan bekerja dari rumah membuat warga mempunyai waktu lebih luang untuk melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti Posyandu.
Kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk menambah jumlah kader Posyandu. Untuk itu berbagai dukungan harus diberikan kepada warga maupun kader Posyandu.
Petugas Puskesmas juga harus meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan para kader sehingga kegiatan Posyandu bisa terselenggara dengan baik.
Informasi jadwal kunjungan bidan atau perawat, kegiatan pelayanan imunisasi, pemberian vitamin, pemberian makanan tambahan, beserta teknis kegiatannya harus dikoordinasikan dan diinfokan sebelum pelaksanaan sehingga kader dapat mempersiapkan jumlah personil maupun fasilitas.
Di negara maju, tenaga kesehatan yang bertugas memantau tumbuh kembang dan memberikan layanan kepada balita tersedia dalam jumlah yang cukup.
Ini menjadi tantangan bagi pemerintah agar bisa menyediakan jumlah tenaga kesehatan yang cukup sehingga kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita dapat optimal.
4. Informasi
Berbagai program pelayanan Posyandu ini harus disebarluaskan kepada warga. Ketua RT, tokoh agama, masyarakat dapat memberikan informasi kepada warga sekitar.
Informasi pelayanan dan kegiatan Posyandu bisa diberikan melalui media sosial, penempelan pamflet, pengeras suara masjid, dan sebagainya.
Kelompok-kelompok masyarakat seperti dasawisma bisa saling memberikan informasi tentang posyandu.
5. Pendanaan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan demi kesuksesan program adalah pendanaan. Ketersediaan dana mempengaruhi kualitas dan kuantitas layanan Posyandu.
Sumber pendanaan Posyandu bisa berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kota/Kabupaten, Alokasi Dana Desa, PKPS BBM bidang kesehatan.
Di masa pandemi, alokasi dana Posyandu haruslah ditambah. Pencairannya pun juga tidak boleh terlambat.
Dana operasional Pos Yandu juga bisa berasal dari sumber lain yang tidak mengikat. Bantuan dana dari pemerintah tersebut bersifat stimulus.
Pada kenyataannya pengelola Posyandu masih harus mencari pendanaan dari sumber lain seperti kas RT setempat maupun bantuan donatur yang tidak mengikat.
Di masa pandemi banyak alat pelindung diri yang dibutuhkan. Untuk itu dukungan dana dari masyarakat guna menyukseskan kegiatan Posyandu sangat diperlukan.
6. Produk layanan dan teknologi
Kegiatan pelayanan yang diberikan Posyandu terdiri atas kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan utama meliputi kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi.
Kegiatan pengembangan/tambahan seperti : kelas ibu hamil, Pos Pendidikan Anak Usia Dini, dll (Buku Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011).
Posyandu harus bisa memenuhi kegiatan utama terlebih dahulu, setelah terpenuhi bisa ditingkatkan dengan kegiatan pendukung.
Penggunaan teknologi informasi sangat membantu pelaksanaan Posyandu di masa pandemi. Adanya sistem informasi manajemen tentang Posyandu sangat membantu kredibilitas, aksestabilitas, serta kecepatan pencatatan dan pelaporan data.
Aplikasi sistem ini juga dilengkapi dengan berbagai fitur seperti pemberian informasi, buku kesehatan ibu dan anak.
Berbagai layanan dalam sistem informasi ini terus ditingkatkan oleh provider agar memberikan hasil yang memuaskan.
Di era reformasi industri 4.0 ini, keberadaan teknologi informasi sangat diperlukan untuk meringankan tugas-tugas administratif.
Pelatihan kepada tenaga kesehatan, kader dan masyarakat pengguna sangat diperlukan agar bisa mengakses sistem informasi ini dengan baik.
Saat ini sebagian aplikasi masih berupa prototipe maupun sedang tahap uji coba dan perbaikan. Dalam kondisi pandemi teknologi informasi berkembang dengan pesat, perbaikan aplikasi ini diharapkan bisa selesai lebih cepat dan digunakan oleh masyarakat luas.
Untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal diperlukan kerja sama segenap komponen dalam meningkatkan derajat kesehatan khususnya dalam hal strategi pemberdayaan Pos Yandu di masa pandemi dalam menurunkan angka stunting.
Ke enam komponen ini, jika dipenuhi akan mampu mewujudkan harapan kita bersama selama dilaksanakan dengan baik dan benar.
Satu proses yang tidak kalah penting untuk dilaksanakan adalah evaluasi dan perbaikan hasil evaluasi yang terus menerus agar bisa memperbaiki sistem yang sedang dijalankan. (Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Peran Pos Yandu Menurunkan Stunting di Masa Pandemi Covid-19)