Pantas Saja Timor Leste Ingin Merdeka, Kini Ketahuan Para Elitnya Korupsi Padahal Baru Penyelidikan
Masyarakat Timor Leste langsung terjebak dalam kemiskinan yang luar biasa setelah wilayah itu lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI
POS KUPANG.COM -- Masyarakat Timor Leste langsung terjebak dalam kemiskinan yang luar biasa setelah wilayah itu lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI
Saat ini saja Timor Leste masuk dalam jajaran negara tersmikin di dunia. Kemskinan negeri Bumi Lorosae itu akibat tingginya angka pengangguran dan korupsi yang merajelala di tetangga Nusa Tenggara Timur Indonesia itu
Setelah dua dekade menjadi negara merdeka, Timor Leste sampai saat ini masih saja merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Ladang minyak dan gas yang dimilikinya ternyata belum berhasil menjadikan negara termuda Asia Tenggara ini sebagai negara kaya.
Kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah utama di bekas wilayah Indonesia ini.
Rupanya, tak jauh berbeda dengan Indonesia, di Timor Leste korupsi juga memprihatinkan.
Bahkan, baru-baru ini dilaporkan puluhan kasus korupsi yang menyeret banyak tersangka dari tahun 2020 telah terendus.
Penemuan itu pun didapat oleh komisi anti korupsi Timor Leste yang pekerjaannya telah terhambat oleh pandemi.
Melansir macaubussiness.com (17/5/2021), Unit investigasi kriminal Komisi Anti Korupsi Timor Leste ( CAC ) melaporkan bahwa tahun lalu mereka menyelidiki 73 kasus dugaan korupsi, 17 di antaranya terkait dengan 2019.
Dalam laporannya, CAC juga merinci aktivitas institusi selama 2020, yang terutama dipengaruhi oleh kesulitan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19
Laporan tahunan CAC dipresentasikan di parlemen pada hari Senin lalu oleh komisaris, Sergio Hornai.
CAC melaporkan bagaimana perkembangan kasus korupsi Timor Leste yang mereka tangani.
"CAC telah berhasil menyelesaikan laporan yang akan dikirim ke Kantor Kejaksaan Umum dari total 43 kasus," kata dokumen itu.
Dikatakan, sebanyak 23 kasus masih dalam penyelidikan dan tujuh telah dirujuk ke Kejaksaan.
Menurut dokumen tersebut, kasus yang mereka laporkan melibatkan 58 tersangka dan lebih dari 558 saksi.
Selain itu, sebagian besar kasus terkait dengan dugaan kejahatan "penyalahgunaan kekuasaan, penggelapan, partisipasi ekonomi dalam bisnis, administrasi yang merugikan, korupsi pasif, penggelapan dan pemalsuan dokumen".
Sementara itu, sebanyak 15 tuduhan terkait dengan Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, lima ke Kementerian Dalam Negeri dan masing-masing empat ke Kementerian Kehakiman dan Kementerian Transportasi dan Komunikasi.
Direktorat Reserse Kriminal mengumpulkan informasi dari 90 kasus pada tahun 2020, berdasarkan data yang diberikan oleh pengaduan masyarakat, pejabat negara, dan perusahaan, antara lain.
“Berdasarkan informasi yang diterima ini, CAC dapat menyimpulkan atau mengidentifikasi 25 pengaduan, di mana 11 di antaranya memiliki laporan pendahuluan yang dikirim ke Kantor Kejaksaan,” kata laporan itu.
Laporan tersebut juga mengungkapkan dampak pandemi terhadap proses berfungsinya 'mesin negara', termasuk membuat CAC 'lebih sulit' dalam memerangi korupsi.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, kata komisi tersebut, CAC mempertahankan agenda kampanye penyadaran dan promosi yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi, yang menjangkau hampir 5.500 pegawai sektor publik dan ribuan siswa di sekolah dan universitas di seluruh negeri.
Laporan tersebut juga menyebutkan tentang pekerjaan memantau program dukungan ekonomi untuk keluarga dalam menanggapi dampak pandemi, baik dukungan keuangan langsung dan keranjang sembako.
Ada beberapa hambatan terkait program tersebut, seperti kurangnya kerja sama dari pihak yang bertanggung jawab, kurangnya kualitaspada beberapa produk, keraguan tentang kriteria untuk memilih pemasok dan berkurangnya partisipasi perusahaan lokal.
Bahkan, dalam program penanganan pandemi Covid-19, dilaporkan ada risiko terjadinya ulah-ulah nakal para pejabat pemerintah.
Dijelaskan dalam kasus penggunaan hotel dan pemasok makanan untuk karantina dan isolasi, misalnya.
CAC menyoroti risiko 'mempekerjakan kerabat atau teman' dari pejabat pemerintah yang terlibat dan penggunaan perusahaan yang tidak memiliki pengalaman khusus dalam layanan terkait.
Banyak terendus kasus korupsi di Timor Leste, tetapi, jika melihat skor Indeks Persepsi Korupsi (CPI) negara tersebut dan dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, tampak Timor Leste masih cukup lebih baik.
Baca Juga: Pantas Israel Mati-matian Mau Kuasai Masjid Al-Aqsa, Ternyata Ada Terowongan Tersembunyi di Bawah Tembok Ratapan yang Dianggap Suci oleh Umat Yahudi
Skor CPI Timor Leste berada di urutan ke 4 tertinggi di Asia Tenggara, hanya di bawah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia, menurut Transparency Internastional 2020.
Bahkan, Timor Leste mengalahkan Indonesia dalam hal ini, di mana Indonesia ada di peringkat ke-5 Asia Tenggara.
Indeks Persepsi Korupsi merupakan Indeks yang memeringkat 180 negara dan wilayah berdasarkan persepsi tingkat korupsi sektor publik menurut para ahli dan pengusaha, di mana skor nol sangat korup dan 100 sangat bersih.
Baca juga: Cerita Musisi Timor Leste, Nekat Rekam Lagu di Gua Saat Diinvasi Indonesia: Sejarah dan Sakral
Baca juga: Warga di Perbatasan NTT Sempat Ancam Serbu Timor Leste , Nyatakan Perang Demi Hak Atas Tanah
Baca juga: Indonesia Tak Lirik Timor Leste Yang Jadi Koloni Portugis Sejak Abad 16, Ternyata Ini Penyebabnya
Skor CPI Timor Leste adalah 40, menunjukkan bahwa negara yang dulu pernah menjadi bagian wilayah Indonesia itu lebih 'bersih' dari mantan penjajahnya, yang skornya hanya 37.
Sementara secara global, dari 180 negara dalam daftar Transparency International, Timor Leste berada di peringkat ke-35, jauh meninggalkan Indonesia yang ada di peringkat ke102.
Meski begitu, baik skor CPI Indonesia maupun Timor Leste berada di bawah skor rata-rata global, yang bahkan sudah rendah.
Menurut Transparency International, rata-rata skor CPI dari 180 negara hanya 43.
Transparency International melaporkan bahwa sebagian besar negara di dunia hanya membuat sedikit atau tidak sama sekali terkait kemajuan dalam menangani korupsi dalam hampir satu dekade.*
Kelainan Kebutaan di Timor Leste Ternyata Tunjukkan Angka yang Memprihatinkan
Populasi Timor Leste masih memiliki masalah kesehatan mata yang serius dan kematian akibat penyakit mata.
Tahun dari 2010, tingkat kebutaan di orang dewasa berusia 40 tahun ke atas adalah 3.6% dan katarak adalah penyebab paling umum dari kebutaan.
Mengutip Jurnal di NCBI mengenai asal-usul warga Timor Leste yang terbit tahun 2015, meskipun degenerasi penglihatan berdasarkan usia adalah penyebab utama kebutaan di negara berkembang, dan menjadi penyebab utama ketiga di seluruh dunia, ada tingkat yang memang lebih tinggi di Timor Leste.
Para peneliti kemudian membuat teori jika genetik warga Timor Leste berpengaruh atas hal ini.
Timor Leste yang terletak di Asia Tenggara dihuni oleh populasi etnis yang beragam yang ternyata belum dikenali genetisnya.
Sebelumnya, ada penelitian yang membahas perbedaan genetis antara warga Timor Leste dengan negara-negara tetangganya yang ternyata cukup besar.

Itulah sebabnya warga Timor Leste memiliki perbedaan yang cukup mencolok dengan warga Indonesia maupun Australia, negara-negara yang lokasinya paling berdekatan dengan mereka.
Hasil penelitian tunjukkan jika asal-usul warga Timor Leste pria kebanyakan adalah dari Asia (69%), diikuti dari Oseania (17%), Afrika (13%) dan persentase kecil Eurasia (1%).
Melihat angka ini kemungkinan migrasi yang terjadi beberapa kali dari individu pria yang terkait dari Asia dan bagian dari Dunia Lama telah mengisi pulau tersebut.
Hal ini sejalan dengan kejadian pra-sejarah dan kejadian sejarahnya.
Kemudian data mendapatkan keterangan jika warga Timor Leste paling mirip dengan Papua, kemudian dengan She , Tujia , Dai, dan China Han.
Populasi Timor Leste juga tunjukkan kemiripan dengan leluhur Melanesia dan Papua, tapi lebih dekat ke Papua.
Pemetaan leluhur juga tunjukkan meski banyak kemiripan warga Timor dengan Papua dan Melanesia, ada kemiripan besar mereka dengan kelompok leluhur China Han dan kemudian Kamboja.
Sedangkan analisis DNA yang dilakukan para peneliti tersebut tunjukkan jika populasi Timor Leste memiliki sejarah alam yang kompleks.
Sejumlah garis keturunan ternyata berasal dari Asia Timur, Malaysia, dan Oseania untuk keturunan pria, sedangkan untuk keturunan pria kebanyakan berasal dari Asia Barat, Oseania, dan Asia Timur terutama China.
Selanjutnya peneliti temukan beberapa penyebab mengapa tingkat kebutaan di Timor Leste terbilang tinggi.
Dari data DNA penduduknya dilihat jika leluhur warga Timor Leste memiliki kerentanan yang rendah terhadap penurunan daya penglihatan seiring bertambahnya usia.
Angka kerentanan leluhur Timor Leste tersebut bahkan jauh lebih rendah daripada angka kerentanan leluhur Kaukasia yang kini tinggal di Eropa.
Peneliti akhirnya menghubungkan tingkat kebutaan ini dengan pengaruh kondisi lingkungan.
Mengutip Wikipedia, Timor Leste menjadi lokasi tertua untuk aktivitas manusia modern di maritim Asia Tenggara.
Diyakini leluhur dari tiga gelombang migrasi masih hidup di Timor Leste.
Pertama digambarkan oleh antropolog sebagai warga tipe Veddo-Australoid.
Kemudian pada tahun 3000 Sebelum Masehi (SM), migrasi kedua membawa warga Melanesians.
Warga Veddo-Australoid mundur ke gunung dan menjadi warga yang tertinggal.
Kemudian leluhur proto-Malay datang dari China selatan dan Indochina utara.
Namun 'keadaan lingkungan' yang dimaksud mempengaruhi kondisi penglihatan warga Timor Leste diyakini WHO adalah karena konflik yang berkepanjangan.
Konflik kekerasan di Timor Leste dari tahun 1999-2001 membuat fasilitas kesehatan terpuruk.
WHO kemudian membangun Program Mata Timor Leste pada Juli 2000, yang tujuannya adalah mengadakan intervensi operasi mata, menyembuhkan beban berlebih atas trauma hilangnya penglihatan dan juga menyembuhkan katarak yang sudah menahun.
Sebagiana artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Pantas Saja Timor Leste Susah Kaya, Baru Diselidiki Saja Puluhan Pejabatnya Terendus Tersangkut Kasus Korupsi