Para Guru Besar Dorong Doktor di Undana Kupang Raih Profesor
Pihaknya berharap, kegiatan tersebut bisa menyemangati para doktor untuk berjuang menjadi guru besar.
Salah satunya adalah meningkatkan semangat menulis dan meneliti bagi kalangan dosen.
Ia juga mendorong agar para dosen menulis bahan ajar, diklat, modul maupun disertasi agar dijadikan buku.
Aktivis peduli gender ini memotivasi para dosen agar membuka jejaring seluas-luasnya agar ketika mendapat kesulitan, maka jejaring tersebut bisa dimanfaatkan untuk menemukan solusi.
Di akhir motivasinya, mantan anggota DPRD NTT itu meminta dosen agar jangan takut berjuang meraih guru besar.
Prof. Drs. Yosep Mau, M. Sc., Ph. D (Guru Besar Faperta) pada kesempatan itu menyoroti sejumlah persyaratan terbaru untuk meraih gelar professor.
Salah satu syarat khusus adalah harus melalui fatwa dari guru besar disiplin ilmu yang sama di kampus lain di Indonesia.
Selain menerbitkan publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi, calon guru besar juga bisa menyodorkan karya lain yang fenomenal bisa berupa inovasi teknologi, karya tulis, karya seni dan lainnya.
Aturan tambahan lain, jelas Prof Yosep, yakni dosen pernah mendapatkan hibah penelitian senilai Rp 100 juta sebelumnya.
Namun, setelah direvisi, hibah dari Pemda pun bisa dimasukan.
Yang penting, menurut Guru Besar Ilmu Tanaman ini adalah tanda tangan kontraknya dan lainnya.
“Dosen pernah membimbing mahasiswa S-3 atau menguji mahasiswa S3, dan menjadi reviewer pada dua jurnal bereputasi. Ini sebelumnya tidak ada, tetapi waktu saya mengusul, ini sudah diminta,” bebernya.
Kendati demikian, pihaknya juga mendukung para doktor di Undana agar bahu-membahu meraih gelar doktor.
Prof. Ir. Henderina Beli, M.S i., Ph. D (Guru Besar Fakultas Peternakan), pada kesempatan itu ikut memotivasi para dosen.
Menurutnya, guru besar sebagai pangkat tertinggi yang bisa dicapai para doktor. Ia mengisahkan, sejak dulu ia pernah tidak mau ketika didorong untuk lanjut studi doktor, bahkan hingga professor.
“Jangan sebut, ini kebetulan. Dulu, saya tidak mau, tetapi ini bukan kebetulan. Saya berterima kasih kepada Tuhan, diberi kesempatan sampai saat ini,” ujar Prof. Heni.