Dinas Kesehatan Manggarai Barat Uji Laboratorium Air Kali Wae Mese, Begini Hasil Sementara
Dinas Kesehatan Manggarai Barat Uji Laboratorium Air Kali Wae Mese, Begini Hasil Sementara
Penulis: Gecio Viana | Editor: Ferry Ndoen
Dinas Kesehatan Manggarai Barat Uji Laboratorium Air Kali Wae Mese, Begini Hasil Sementara
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), melakukan uji laboratorium terhadap air kali Wae Mese yang dikonsumsi warga Kampung Lobohusu.
Air tersebut selama ini dikonsumsi oleh masyarakat Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar.
Sebelumnya Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar telah melakukan pengambilan sampel air, namun pengambilan dilakukan sekali lagi, karena volume air yang dijadikan sampel uji laboratorium kurang.
"Tadi telah dilakukan pengambilan sampel air," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar, Adrianus Ojo saat diwawancarai, Rabu (19/5/2021).
Sampel yang dibawa, selanjutnya akan diuji di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar.
Pengujian yang dilakukan, lanjut dia, yakni pengujian secara kimia, fisika dan bakteriologi.
Pada pengujian kimia, diperiksa apakah ada kandungan Fluoride, nitrite (NO2), Nitrar (NO3), Iron Besi (Fe), Hardness (CaCO3), Mangan, Seng, Sulfat dan Klorida.
Baca juga: Info Sport : Jelang Liga 1 2021, PSIS Semarang Tantang Tim Liga 2 Persis Solo, Laga Uji Coba
Baca juga: Mengandung Bahan Berbahaya, BPOM Cabut Ijin Edar Obat Covid-19 Lianhua Qingwen & Phellodendron
Sedangkan untuk uji fisika, parameter yang diuji adalah bau, warna, rasa, suhu, zat padat terlarut, kekeruhan dan PH air.
Selanjutnya, untuk pengujian mikrobiologi, dilakukan pemeriksaan MPM Coliform dan MPM E Coli.
"Jadi dilakukan uji laboratorium, apakah ada E Coli, nah E Coli harus 0 CFU/100 mil, kalau Coliform tidak boleh lebih dari 50 CFU/100 Mil, kalau lebih dari itu baru tidak memenuhi syarat," tegasnya.
Untuk pemeriksaan fisika ditemukan air kali tersebut berasa dan berbau, namun demikian pengujian secara utuh akan didapatkan dalam 4 hari ke depan.
"Di pemeriksaan kimia masih 3 parameter yang belum, besok baru dilanjutkan. Parameter biologis 4 hari lagi," katanya.
Sebelumnya, Wakil Bupati (Wabup) Manggarai Barat (Mabar), dr Yulianus Weng telah memerintahkan dinas kesehatan untuk memeriksa air kali Wae Mese, Selasa (18/5/2021).
Hal tersebut menyusul dugaan air kali yang dikonsumsi ratusan warga Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, tercemar pestisida dan bakteri lainnya.
"Sudah ambil sampel untuk diperiksa, karena menurut mereka (masyarakat) air tercemar," kata Wabup Weng saat ditemui di ruang kerjanya.
Mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Manggarai ini menjelaskan, secara kasat mata air kali tersebut terlihat keruh dan berbau, namun diperlukan pemeriksaan laboratorium.
"Perlu ada pemeriksaan laboratorium untuk memastikan, diperiksa bakteriologisnya. Air itu tercemar jika ditemukan bakteri ecoli," tandasnya.
Pemeriksaan laboratorium, lanjut Wabup Weng, membutuhkan waktu hingga 3 hari.
"Waktunya 3 kali 24 jam, karena itu (air) harus diperiksa, dibiarkan sehingga bisa didapat (kandungan bakteri). Kalau itu kita dapatkan, maka dapat dikatakan air ini tercemar," katanya.
"Apa tindakan yang tercemar, dikasih kaporit, lalu airnya kalau mau minum dimasak hingga mendidih," tambahnya
Sementara itu, Direktur Perumda Wae Mbeliling Mabar, Aurelius Endo mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar untuk melancarkan pemeriksaan air kali Wae Mese.
"Itu untuk menjawab keraguan masyarakat, sehingga kita turun lagi nanti dengan dinas kesehatan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat," katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Kadis Kesehatan Kabupaten Mabar, Paulus Mami mengatakan, tim dari dinas kesehatan telah mengambil sampel air kali Wae Mese.
Tim dari dinas kesehatan, lanjut dia, pagi tadi telah telah turun ke lokasi untuk memastikan pemeriksaan secara fisik dan kimia.
"Kalau secara kimia harus melalui pemeriksaan secara laboratorium untuk dilihat kandungan ecoli dan lainnya," ujarnya.
Pemeriksaan dilakukan selama 3 hari di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar.
"Saat ini kita menunggu hasilnya 3 sampai 4 hari ke depan, nanti saya koordinasi lagi ke tim di laboratorium," katanya.
Diberitakan sebelumnya, warga satu kampung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), selama puluhan tahun mengonsumsi air kali yang diduga telah tercemar pestisida, Sabtu (15/5/2021).
Warga satu kampung itu tinggal di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo Kabupaten Mabar.
Sehari-hari, sebanyak 55 kepala keluarga (KK), menimba air sejauh 1 kilometer di kali Wae Mese.
Aktivitas warga ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, karena di kampung itu tidak terdapat sumber air maupun layanan air bersih dari pemerintah.
Warga biasanya menggunakan jeriken berbagai ukuran untuk menimba air kali yang terlihat keruh, bahkan terlihat berlumut.
Mereka menyusuri perumahan warga, areal persawahan, kebun milik warga hingga sampai di bibir kali.
Kali Wae Mese merupakan kali besar, yang juga mengairi sejumlah lahan sawah milik warga desa sepanjang aliran sungai.
Sementara itu, Kampung Lobohusu terletak di arah selatan Labuan Bajo, berjarak kurang dari 5 kilometer dari ibukota Kabupaten Mabar.
Ketua RT 008 RW 004 Kampung Lobohusu, Aco Jafar mengatakan, kebiasaan warga mengonsumsi air kali sejak 1969 lalu.
sebelumnya, warga Kampung Lobohusu tinggal di Lengkong Pou, namun karena banjir bandang dan banyak korban jiwa, mereka direlokasi di Kampung Lobohusu.
Aco menuturkan, air kali tidak hanya digunakan untuk konsumsi warga, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga hingga pembangunan.
Walaupun air terlihat keruh dan tak layak konsumsi, warga yang berjumlah lebih dari 200 jiwa tidak punya pilihan lain.
Kondisi semakin parah saat memasuki musim hujan, air semakin keruh dan kotor karena bercampur lumpur.
Masyarakat terbantu pada 2018 lalu, karena adanya sumur bor dari Dinas PUPR Provinsi NTT.
Namun demikian, air dari sumur bor sedalam 34 meter itu menghasilkan air payau, yang tidak layak konsumsi.
Sumur bor bantuan itu juga rusak pada Agustus 2020 lalu, karena mesin pemompa air yang rusak, akibatnya warga pun kembali mengonsumsi air kali.
Air kali Wae Mese, menurut Aco, diduga telah terkontaminasi pestisida karena sepanjang kali terdapat areal sawah petani.
Dampak mengonsumsi air kali itu, sejumlah warga termasuk dirinya terkena penyakit ginjal. Bahkan, mertua Aco yang meninggal 2 tahun lalu karena penyakit ginjal, diduga kuat karena mengonsumsi air kali.
Baca juga: Info Gempa NTT, Gempa Bumi 3.7 SR Guncang Tambolaka, Sumba Barat Daya
Baca juga: Hati-Hati dan Waspada ! Empat Pulau di NTT Diprediksi Berpotensi Terjadi Angin Kencang Hari Ini
Selain itu, terdapat juga sejumlah warga yang mengalami diare, setelah mengonsumsi air kali.
"Keluhan ada penyakit kena batu ginjal, karena dari medisnya air ini ada zat kapurnya, lalu diare. Sudah ada korban, termasuk mertua saya," tutur Aco.
Aco menuturkan, penyakit ginjal yang dideritanya diketahui setelah berobat di salah satu klinik di Labuan Bajo.
Kepada Aco, dokter klinik mendiagnosa penyakit dideritanya karena mengonsumsi air yang memiliki kadar kapur sangat tinggi, sehingga ia disarankan untuk mengonsumsi air mineral.
Sepulangnya ke rumah, ia pun berkeyakinan bahwa sang mertua meninggal dunia karena penyakit ginjal dikarenakan mengonsumsi air kali, seperti yang dilakukannya.
Warga kampung sedikit terbantu karena terdapat penjual air galon yang berjualan air. Namun, hal itu tidak dirasakan warga lainnya karena faktor ekonomi.
Belum lagi, kata Aco, penjual air galon yang datang hanya beberapa kali dalam sebulan.
Pihaknya berharap, perhatian pemerintah agar membantu air bersih bagi masyarakat di Kampung Lobohusu.
"Kalau bisa secepatnya, ini prioritas," tegasnya.
Warga Kampung Lobohusu, Nurijah (40) mengaku sejak dulu mengonsumsi air kali.
Pihaknya sedikit terbantu dengan adanya penjualan air galon, namun jika penjualan air galon mandeg, ia pun kembali mengonsumsi air kali.
Nurijah menuturkan, jika terjadi hujan dan air sangat keruh, warga pun terpaksa menimba dan menggunakan air kali tersebut.
"Masih juga (kalau banjir), kalau tidak ada air mau bilang apa, ditimba, dimasak diminum, tapi yang direbus," kata nurijah diamini sejumlah warga lainnya saay ditemui di pinggir kali Wae Mese.
Dikesempatan yang sama, warga lainnya, Hamida (40), hanya pasrah dengan keadaan tersebut.
"Saya timba pakai 3 jeriken, lalu taruh di dalam baskom dan pikul, capek," kaluhnya. *)
