Husein Pengungsi Afghanistan di Kupang Mendadak Bisu

Diduga mengalami masalah mental atau depresi seorang pengungsi Afghanistan yang berada di Kupang, Provinsi NTT mendadak bisu

Penulis: novemy | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO
Kubra Hasani, Hasana Husaini, Zahra Rahimi, Laila Hadari, Moheddese, Yegane, Zahra Rahimi dan pengungsi Afghanistan di Kupang saat melakukan aksi damai hari keempat di kantor IOM di Kupang, Provinsi NTT, Senin (2/5/2021). 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Diduga mengalami masalah mental atau depresi seorang pengungsi Afghanistan yang berada di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) mendadak bisu alias tidak mau bicara lagi. Dia adalah Husein Muhamadi (21) yang saat ini menempati Kupang Inn Hotel bersama puluhan pengungsi Afghanistan lainnya.

Suami Istri, Ali dan Kubra Hasani, Farzana Husaini dan Hamid, Alex, mengungkapkan bahwa Husein tiba di Kupang sekitar 5 tahun lalu dan sejak itu menjadi `tangan kanan' bagi pengungsi Afghanistan sebab dia yang paling cepat menguasai Bahasa Indonesia. Bahkan Husein yang selalu membantu dan memotivasi pengungsi agar bisa tetap bersabar menunggu kepindahan mereka ke Negara ketiga.

"Saya dari semua orang bisa dengar kita punya suara, kita tidak mau buat repot orang, kalau orang diatas kita mohon tidak mengancam kita karena kita tidak ada kuat, melakukan aksi demo ini hanya satu-satunya pilihan kita karena IOM tidak mau bertemu kami sejak tanggal 28 April 2021," kata Kubra beberapa waktu lalu.

Baca juga: Gedung KKP Atambua Persembahan Pemkab Belu untuk Karantina Pasien Covid-19

Baca juga: Anies Baswedan dan Keluarga Kenakan Syal Palestina Saat Idul Fitri, Didoakan Jadi Presiden Indonesia

Pendampingan psikologis kepada pengungsi hanya dilakukan jika muncul kasus atau persoalan yang dialami pengungsi. Padahal para pengungsi butuh pendapingan psikologis yang rutin karena banyak pengungsi yang sudah stress akibat sudha lebih dari 5 tahun belum juga bisa pindah ke Negara ketiga.

"Mohon kaka lihat satu lai-laki di Kupang Inn, dia ada masalah banyak, tidak bisa omong sudah sakit 1 tahun lebih. Saya mintaIOM bisa bantu semua mingran untuk dapat solusi. Kondisi Husein tunjuk semua masalah migrant di Kupang," kata Kubra sambil menangis.

Alex menambahkan, Husein tak mau bicara dan bisa lagi bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. "Sudah berapa bulan dia sakit, Sekarang dia tidak bisa omong, tidak bisa bergaul dengan orang, kalau dapat suara besar dia kejang. Dia hanya makan 1 hari satu kali, dimasak orang. Dia pakai obat dari RSJ Naimata. Tolong bantu dia supata dia bisa sembuh, kita mau itu saja," kata Alex.

Baca juga: Jurnalis RRI Ende Non Muslim Ucap Selamat Idul Fitri Lewat Lagu

Baca juga: Tim Gabungan Amankan Salat Ied dan Ibadah Kenaikan Isa Almasih di Kabupaten Mabar

Hal senada disampaikan Zahra Rahimi, Laila Hadari, Moheddese, Yegane yang berharap IOM bisa berkodirnasi dengan UNHCR untuk segera memproses kepindahan mereka ke daerah lain di Indonesia yang memiliki Community House dan bisa memproses kepindahan mereka ke Negara ketiga.

"Ada banyak dari kami mengalami mental depresi. Kadang dengan depresi mereka bisa menyakiti diri sendiri. Kami merupakan korban dari proses yang tidak jelas tapi kami tidak punya pilihan. Mereka tidak bisa menahan kami seumur hidup disini," kata Zahra.

Zahra juga meminta organisasi dunia dan semua pihak untuk bisa bicara dengan IOM agar bisa membantu para pengungsi di Kupang.

Kepala Kanwil Kemenhukham NTT, Mersi Jone, bersama Karudenim, Heksa Asyik dan Kasi Kamtib , Melsy sudah melihat kondisi pengungsi di Kupang Inn dan Ina Boy. Melsy berjanji akan berkordinasi dengan IOM untuk bisa menangani Husein dan pengungsi yang sakit.

"Kita semua takut nanti kita seperti Husein karena kita sekarang rasa banyak stress, kita tidak tahu masa depan, bisa pindah atau tidak," kata Kubra.

Terkait penanganan Husain Muhamadi, Spokerperson IOM, SOEJOETI Ariani Hasanah memastikanpihak IOM tidak dalam posisi untuk berkomentar secara terbuka tentang catatan/ rekam medis individu karena tujuan privasi . "Namun demikian, IOM pasti akan menyelidiki kasus ini untuk melihat apakah dukungan tambahan diperlukan," kata Ariani melalui mailnya.

Terkait IOM yang belum bersedia menemui perwakilan pengungsi Afganistan di Kupang yang melakukan aksi untuk bertatap muka secara langsung, Ariani mengatakan, IOM memberlakukan protokol kesehatan dan keselamatan COVID-19 yang ketat untuk menekan jumlah yang terkena dampak di Indonesia dan beralih ke modalitas kerja online. Ini membutuhkan adaptasi dalam interaksi sehari-hari kita dengan pengungsi untuk mematuhi protokol kesehatan masyarakat setempat. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved