Ketua PDHI NTT Sebut Pasca Bencana Banyak Hewan Peliharaan Tidak Terurus
Pasca bencana Badai Seroja yang menerjang wilayah NTT, banyak Hewan peliharaan kelaparan dan tidak terurus
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia NTT ( PDHI NTT), Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, mengatakan, pasca bencana Badai Seroja yang menerjang wilayah NTT, banyak Hewan peliharaan kelaparan dan tidak terurus.
"Misalnya di Kampung Amanuban, kan semua orang mengungsi tapi anjing kucingnya ini tetap di rumah. Mereka kemudian menjadi terabaikan, kelaparan, ada yang mati," kata Maxs pada Rabu (05/05/2021).
Nah bagi animal lover dalam kepentingan animal welfare, itu sesuatu berita yang sangat tidak manusiawi ketika hewan - hewan ini kemudian menjadi kelaparan dan mati tidak terurus," lanjutnya.
Dia menambahkan, bencana tersebut tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga terhadap hewan dan kesehatannya.
Baca juga: Cinta Beda Usia Terjalin Lagi, Pemuda Garut Tukang Servis Ponsel, Nikahi Janda Kembang Asal Kaltim
Baca juga: Cara Taan Tou Ajak Pengungsi Refleksikan Hubungan Alam dan Manusia Pasca Bencana
"Masalah kita sekarang ini kita hanya fokus (pada manusia) dan itu hal yang wajar buat kesehatan manusianya," ujar Wakil Rektor I Bidang Akademik Undana ini.
Ketika terjadi tsunami di Jepang pada tahun 2011, lanjut Maxs, mereka juga baru menyadari banyak orang yang diselamatkan tapi hewan peliharaan banyak yang menjadi korban dan tidak terselamatkan karena tidak ada skenario action plan untuk menyelamatkan hewan - hewan tersebut.
"Akibatnya banyak orang Jepang setelah kehidupan mereka stabil dan kembali ke kehidupan normal, mengalami stres yang luar biasa karena kehilangan hewan kesayangan, karena anjing dan kucing ini sudah menjadi bagian dari keluarga Jepang," kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Undana ini.
Menurut dia, hal ini menjadi satu konsep yang ideal untuk masyarakat yang berbudaya maju.
Baca juga: 2.500 Dosis Vaksin Sudah Tersedia di Belu
Baca juga: KPU Kota Kupang Serahkan Usulan Rencana Kebutuhan Biaya Pilkada Tahun 2024 Kepada Pemkot
Maxs juga mengungkapkan, banyak pecinta hewan dari luar NTT yang menawarkan bantuan berupa pakan ternak dan obat - obatan untuk hewan - hewan yang menjadi korban bencana dan meminta agar PDHI NTT menyediakan relawan.
"Teman - teman dokter hewan di lapangan ini kita sudah punya kontak di Malaka, Flores Timur, Lembata, Sumba Timur. Mereka bergerak di lapangan untuk pergi kasih makan anjing kucing ini," ujar Maxs.
"Saya minta teman - teman di lapangan itu share foto - fotonya mereka kasih makan anjing kucing yang kurus kering karena terabaikan," tambahnya.
Bagi yang bukan pemelihara hewan mungkin aneh rasanya jika melihat orang lain begitu menyayangi hewan peliharaannya karena tidak bisa mendalami rasa para peternak dan pemelihara hewan.
"Dia (pemelihara hewan) dipaksa diungsikan tapi dia menderita secara psikologi. Traumatic healing dari bencana ini jauh lebih lama dibandingkan dengan orang - orang yang tidak punya peliharaan," kata Maxs.
Dari segi ekonomi, jika hewan tidak diperhatikan akan mendatangkan kerugian besar dan dari sisi psikologi, akan mengakibatkan stres bagi pemilik hewan - hewan kesayangan seperti anjing, kucing dan lainnya.
Maxs mengatakan, seharusnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Kupang bisa bergerak dengan konsep ini.
" Para relawan ini siap membantu di lapangan tapi kan kita tidak ada yang koordinir jadi kita jalan saja sendiri," ujarnya.
Di Kota Kupang, lanjut dia, 4 dokter hewan dan PDHI kerjasama dengan mahasiswa Kedokteran Hewan untuk memberi makan dan memerhatikan hewan - hewan korban bencana.
"Mereka (mahasiswa) juga membantu dan juga memberikan pengalaman mereka. Masa dokter hewan terus tidak ada empati kepada hewan," tukasnya.
Maxs menjelaskan, jika masalah ini dibiarkan, maka bukan hanya masalah hewan kelaparan saja yang menanti tetapi juga penyakit - penyakit yang kemungkinan dibawa oleh hewan akan lebih mudah menyebar.
"Kalau misalnya di Flores kelaparan begini dia akan bergerak jauh untuk mencari makan. Ketika bergerak jauh cari makan, bertemu dengan hewan - hewan carrier rabies lain yang dalam masa inkubasi. Maka itu penularannya menjadi lebih mudah," jelas Maxs.
"Kami dokter hewan berpikir dalam konsep seperti itu. Orang lain kan tidak. Menyejahterakan manusia melalui hewan. We are helping animals, we are helping humans," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ketua-pdhi-ntt-sebut-pasca-bencana-banyak-hewan-peliharaan-tidak-terurus.jpg)