Cara Taan Tou Ajak Pengungsi Refleksikan Hubungan Alam dan Manusia Pasca Bencana
Komunitas anak muda Taan Tou Kabupaten Lembata menginisiasi penyelenggaraan teater di Pantai Wulenluo Lewoleba
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
"Guru-guru saja tidak tahu. Kalau pelajaran Muatan Lokal (Mulok) itu bisa dilakukan di luar sekolah kenapa kita tidak dibikin rutin oleh komunitas-komunitas saja. Sudah saatnya kita berkarya berkreativitas karena kita tahu ada hal yang kurang. Jangan lagi mengeluh lagi soal sistem yang ada. Jadi biarkan kita berkarya lagi," pesan Aldino.
Penggiat budaya Lembata, Abdul Gafur Sarabiti, menerangkan masyarakat Ile Ape sangat dekat dengan ritual-ritual adat. Unsur-unsur kebudayaan menjadi bagian dari keseharian mereka.
"Ketika pentaskan itu semua, tidak susah lagi. Anak-anak saja tahu Koda Kirin, karena itu mereka lihat setiap hari. Rutinitas itu dibawa ke pentas dan jadilah ada hubungan antara kebudayaan, hardiknas dan bencana," papar Gafur.
"Ritual-ritual ini bagian dari kebudayaan mereka, kalau orang kota mungkin lihat itu sebagai pertunjukan. Ini murni pentas tapi anak-anak ini menurut saya, itu sudah bagian dari rutinitas mereka saja. Kalau anak anak di kota itu jauh dari ritual ritual ini," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)