Ramadan 2021

Mutiara Ramadan: Bermuhasyabah di Bulan Ramadan

Bulan Ramadan merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk bermuhasyabah

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Mutiara Ramadan: Bermuhasyabah di Bulan Ramadan
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Oleh: Syarifuddin Darajad, Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Kupang

POS-KUPANG.COM - Setiap pergantian satuan waktu adalah momentum bagi kita untuk bermuhasyabah untuk membandingkan periode waktu yang sedang kita hadapi dengan periode sebelumnya. Allah SWT menegaskan bahwa "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al Hasyr: 18).

Penegasan ayat ini diarahkan pada orang yang beriman dan bertakawa kepada Allah untuk selalu melakukan introspeksi dirinya sebagai sebuah investasi dan pelajaran untuk memberbaiknya demi meraih masa depan yang lebih baik.

Bulan Ramadan merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk bermuhasyabah, karena dalam bulan Ramadan ada empat momentum yang tidak akan lepas dari perilaku beribadah umat Islam Yaitu Puasa Ramadan, taddarus Al-Qur'an, menjaga dan mewaspadai lisan, serta peluang mengeluarkan Zakat Infaq dan Sadaqah, dimana keempat komponen ini memberikan dampak pahala yang besar di sisi Allah SWT.

Baca juga: Andi Arief Sebut Habib Rizieq Shihab Pantas Ditangguhkan Penahanannya Seperti Jumhur Hidayat Kenapa?

Baca juga: Tidak Ada Penerbangan Komersial di Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu

Puasa merupakan salah satu komponen utama dalam bermuhasyabah di bulan suci Ramadhan, dan Puasa juga merupakan salasatu sarana pendidikan dalam membentuk keimanan dan Ketakwaan pada setiap generasi yang ada pada zamannya.

Allah SWT mengaskan Bahwa: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al.Baqarah 183).

Dalam hal ini puasa menjadi alat ukur atas evaluasi seorang hamba menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhkan dirinya dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Puasa menjadi pengontrol perilaku sosial religius terhadap hawa napsu manusia sesuai standar yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Baca juga: Kantor Imigrasi Maumere Luncurkan Inovasi Layanan Pengantaran Paspor

Baca juga: Kronologi Tabrak Beruntun di Sikka, Tewaskan Veronika Lalu Sopir Truk Tewas Diamuk Massa

Dan di dalam Hadist Rasulnya Muhammad SAW bersabda bahwa: " Segala amal kebaikan manusia untuk mereka sendiri, kecuali puasa, sebab pahala puasa adalah untukku dan aku sendiri yang akan membalasnya.

Ia orang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat dan makannya karena Aku (HR.Bukhari dan Muslim)

Momentum kedua dari keindahan di bulan Ramadan diwarnai dengan penuhnya umat Islam menjalan sholat Fardu, sholat Tarwih dan tadarus Al-Qur'an, di setiap mesjid dan Mushalla, sehingga menanamkan rasa sosial dan kekuatan ummat, dengan standar utamanya adalah Al-Qur'an.

Kondisi ini menjadi alat ukur untuk bermuhasyabah sejauhmana umat Islam menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dalam beribadah kepada Allah SWT, dan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam membangun hubungan manusia dengan Allah SWT, membangun hubungan dengan alam dan membangun hubungan dengan sesama manusia.

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an pada dua Ayat surat Al.Isra Bahwa: "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar" (Al Isra:9).

"Dan Kami turunkan secara berangsur-angsur dari Al-Qur'an ayat-ayat yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman kepadanya; dan sebaliknya Al-Qur'an tidak menambahkan orang orang yang zalim (disebabkan keingkaran mereka) melainkan kerugian Jua". (Al,Isra:82).

Momentum ketiga di bulan suci Ramadhan adalah setiap umat Islam perlu bermuhasyabah terhadap lisannya. Setiap manusia perlu untuk merusaha menjaga dan memanfaatkan lisannya dari dorongan hawa napsu dan syahwat. Menjaga lisannya dari dari prasangka, gibah, fitnah, serta mencari-cari kesalahan orang lain.

Sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur'an: Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved