Berita Timor Leste
Merdeka Bukan Kabar Gembira Bagi Para Perempuan di Timor Leste, Ternyata Ini Alasannya, Apa?
Merdeka Bukan Kabar Gembira Bagi Para Perempuan di Timor Leste, Ternyata Ini Alasannya, Apa?
POS-KUPANG.COM - Merdeka Bukan Kabar Gembira Bagi Para Perempuan di Timor Leste, Ternyata Ini Alasannya, Apa?
Sejarah Timor Leste sebelum kemerdekaannya penuh pertempuran, mulai jadi medan perang dunia hingga pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia.
Selama ratusan tahun sejak tahun 1600-an, Timor Leste menjadi tanah jajahan Portugis yang tergiur dengan kekayaan kayu cendananya.
Baca juga: Pantas Portugis Jajah Timor Leste Ratusan Tahun, Barang Berharga Bumi Lorosae Ini Targetnya, Apa?
Baca juga: Timor Leste Ngotot Merdeka Hingga Lepas NKRI,Jadi Negara Miskin MakinTerpuruk Dihahantam Covid-19
Baca juga: Sudah Merdeka, Timor Leste Malah Dijadikan Ini Oleh Australia, Sengsara Terus, Bagaimana China?
Sementara pada tahun 1945, wilayah berjuluk Bumi Lorosae ini menjadi medan perang antara sekutu dan pasukan Jepang.
Tak berhenti di situ, setelah melewati masa pendudukan Jepang hingga ditinggalkan oleh Portugis, Timor Leste kembali terlibat dalam pertempuran.
Invasi pasukan Indonesia tahun 1975 membuat wilayah tersebut berintegrasi dengan Republik Indonesia hingga 24 tahun kemudian.
Perlawanan kelompok pro-kemerdekaan akhirnya memenangkan pertempuran dua dekade itu dengan dihadiahi referendum yang digelar pada 30 Agustus 1999.
Dalam perlawanan terhadap pemerintahan Indonesia selama lebih dari dua dekade itu, bukan hanya pejuang laki-laki yang turun tangan, karena banyak dari gerilyawan wanita juga terlibat.
Namun, keberhasilan perjuangan mereka merebut kemerdekaan rupanya tak membuat mereka benar-benar merdeka dari kekerasan.
Melansir The Guardian (29/12/2017), Madalena Vidal Soares, sosok wanita yang bergabung dengan gerakan perlawanan bersenjata tidak lama setelah Indonesia menginvasi negaranya pada tahun 1975, membeberkan apa yang dihadapi wanita Timor Leste setelah kemerdekaan tanah airnya.
Terbentuknya negara baru yang merdeka tidak secara otomatis mengarah pada pembebasan perempuan.
"Lima belas tahun kemudian, masih banyak perjuangan yang harus dilakukan," katanya
“Beberapa hal jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi beberapa masalah serius tetap ada. Kekerasan tidak meninggalkan rumah kami, misalnya, ”kata Soares.
Wanita menghadapi tantangan serius. Terungkap antara 40% dan 60% perempuan Timor Leste pernah mengalami beberapa jenis kekerasan.
Hanya 21% perempuan dalam angkatan kerja, dibandingkan dengan 40% laki-laki, dan mereka hanya memimpin 5% dari dewan desa di negara tersebut, dikutip The Guardian.