Nenek Ima Dan Sepetak Musholah Jabbal Nur

Naima Abu Bakar (66) selama tiga tahun terakhir mendampingi 40 santri dan santriwati belajar mengaji di Dusun Leu Toher

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Foto Andika Pureklolon untuk POS- KUPANG.COM
Anak-anak santri yang dibimbing Naima Abu Bakar di Mushola Jabbal Nur, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata. 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Naima Abu Bakar (66) selama tiga tahun terakhir mendampingi 40 santri dan santriwati belajar mengaji di Dusun Leu Toher, Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata.

Setiap sore dia berjalan kaki dari rumahnya menuju musholah Jabbal Nur Leu Toher untuk mengajar santri dan santriwati. Jarak yang harus ditempuh sekitar 500 meter, dalam kondisi yang sudah renta, ia harus berjalan kaki dengan jalan yang menanjak menuju musholah.

Selama 30 tahun ia telah membimbing santri dan santriwati, membaca Al-Quran, semula mengajar di rumah kemudian pindah ke Musholah dalam tiga tahun terakhir.

Motivasi terbesarnya adalah untuk mengisi hari tua dengan amal kebaikan untuk bekalnya di akhirat.

Baca juga: Lamaholot Bali Berencana Bangun Monumen Jokowi Menangis di Lokasi Bencana Adonara

Baca juga: Posko Lapangan Pemda Lembata Ramai Dikritik: Kalau Alasan Corona, Poskonya di Pelabuhan

Dari keterangan Andika Pureklolon, warga Kecamatan Omesuri, disebutkan bahwa Nenek Ima adalah istri dari Kakek Kahrudin (68). Imam besar Masjid Ar-Rahama Leuwehe.

Sejak tahun 2018, ia mulai sakit- sakit sampai pada tahap pikun di usia yang belum terlalu tua.

Dengan kondisi ini, dia harus beristirahat di rumah. Setiap hari selepas mengurus segala kebutuhan kakek barulah nenek Ima berangkat ke Musholah.

Dari mengajar, ia diupah Rp. 250 ribu per bulan dan digunakan untuk membeli obat obatan kakek. Untuk menambah pengahasilan, Nenek juga menjadi petani jagung.

Baca juga: Forum PRB Sebut Semua Potensi Bencana ada di Kabupaten Lembata

Baca juga: Ini Konsep Masa Transisi Darurat Pemkab Lembata

Melihat kondisi kakek yang lemah di tempat tidur, ia tetap merawatnya dengan penuh cinta.

Sambil berkaca kaca, ia bercerita bahwa musholah tempat ia mengajar saat ini adalah hasil dari ide kakek bersama warga untuk mewadahi tempat ibadah dan belajar Qur'an generasi penerus mereka di dusun.

Musholah Jabbal Nur hanya berukuran 6x6 meter, dengan setengah tembok dari bambu. Atap bocor di mana mana. Sesekali santri harus duduk sempit sempitan ketika cuaca sedang tidak bersahabat.

Ketika hujan, air akan masuk dari atap juga merembes dari dinding dinding musholah. Karpet juga ikut basah.

Sebelumnya musholah ini adalah rumah adat masayarakat Leu Toher, kemudian sejak tahun 2018 diubah menjadi tempat ibadah.

Dengan fasilitas terbatas, tidak ada tempat berwudhu, hanya ada ember seadanya, masyarakat dan anak anak tetap semangat menggunakannya

Komitmen untuk mendampingi anak- anak belajar Al Quran di Jabbal Nur juga adalah bagian dari dukungannya terhadap dakwah suaminya di desa ini.

Nenek Ima berharap, Musholah Jabal Nuur segera bisa direnovasi agar anak anak dapat belajar Al Quran dengan nyaman dan masyarakat dapat menggunakannya untuk sholat lima waktu dengan layak. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Berita Kabupaten Lembata

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved