Kartini-Kartini Tangguh dan Setia di Posko Pengungsian Waiwerang Adonara Flores Timur
menenteng jerigen berdiri sabar menanti giliran mendapat minyak tanah. Keringat panas nampak membasahi wajah lusuh ibu-ibu tangguh itu.
Kartini-Kartini Tangguh dan Setia di Posko Pengungsian Waiwerang Adonara Flores Timur
POS-KUPANG.COM|ADONARA-- Siang itu udara di Kota Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur terasa panas. Abu dari lumpur sisa bencana banjir bandang yang menerjang wilayah itu masih menghiasi atap dan dinding rumah-rumah warga.
Di tepian jalan, sekelompok ibu-ibu menenteng jerigen berdiri sabar menanti giliran mendapat minyak tanah. Keringat panas nampak membasahi wajah lusuh ibu-ibu tangguh itu.
"Sejak badai, minyak tanah langkah pak. Harganya memang tetap Rp 5 ribu, tapi susah didapat," ujar salah ibu saat Pos Kupang menghampirinya.
Selain kelangkaan minyak tanah, ibu itu pun mengeluh mahalnya air bersih di Waiwerang Kota.
Baca juga: Saat Bunda Julie Sutrisno Laiskodat Mendengar Keluhan Warga Bloto Adonara Timur Flotim
"Satu tangki Rp 250 ribu. Sebelum badai harganya Rp 200 ribu," ungkapnya.
Usai mendengar keluhan ibu-ibu, saya memutuskan menemui ibu-ibu di posko pengungsian yang selama ini setia melayani korban bencana di gedung MAN 1 Waiwerang.
Nampak ibu-ibu berjilbab itu berjibaku di dapur umum sudut posko pengungsian. Mereka memasak untuk kebutuhan warga yang korban bencana.

Sajian makan siang itu diisi dalam kertas makan lalu diantar ke warga yang hingga kini masih bertahan di gedung itu. Meski di bulan ramadhan, perempuan-perempuan muslim itu tetap setia melayani korban bencana yang pada umumnya beragama katolik.
Baca juga: Ikan Segar Lembata Untuk Korban Bencana Adonara, Bupati Sunur: Dalam Duka Kita Tetap Baku Lihat
"Bagaimanapun kami tetap setia untuk mereka. Kami tidak bedakan agama, tapi kemanusiaan," ujar salah satu relawan, Hafsari Ramadhani Ap kepada wartawan, Rabu 21 April 2021.

Makna Hari Kartini di Pokso Pengungsian
Meski berada di posko pengungsian, relawan maupun korban yang didominasi kaum perempuan itu tetap tabah menjalani hari-harinya.
"Jadilah perempuan yang tangguh, serba bisa dan sabar. Kita mau tunjukan bahwa perempuan juga bisa. Seorang ibu harus tunjukkan ke anak-anaknya bahwa perempuan juga bisa. Ada tahapan perempuan jadi anak dan jadi ibu. Juga harus berkontribusi untuk orang lain. Harus bermakna bagi sesama. Walaupun kami punya tanggungjawab banyak di rumah, tapi tetap pikirkan orang lain," ujar Hafsari Ramadhani.
Baca juga: Korban Trauma Bencana di Adonara Flores Timur Akan Dipulangkan
Terkait masih adanya kekerasan terhadap kaum perempuan, menurut guru MAN 1 Waiwerang ini, hal itu berkaitan erat dengan tungkat pendidikan seorang perempuan. Karena itu, lanjut dia, perempuan harus sekolah dan mencari pasangan yang berkualitas.

"Kalau suami atau pasangan kita berpendidikan, pasti tidak ada kekerasan. Semuanya kembali ke pendidikan orangtua di rumah," katanya.