Pasca Bencana Sabu Raijua, Pemerintah Jamin Masyarakat Tidak Kelaparan
Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua menjamin masyarakat agar tidak kelaparan pasca bencana badai akibat Siklon Tropis Seroja
Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua menjamin masyarakat agar tidak kelaparan pasca bencana badai akibat Siklon Tropis Seroja yang melanda wilayah itu.
Karena itu, pemerintah berupaya untuk cepat menyalurkan logistik tanggap darurat bagi warga khusunya yang menjadi korban dan terdampak bencana.
Berdasarkan laporan Satgas Tanggap Darurat Bencana Siklon Tropis Seroja NTT pada Kamis (15/4/2021) sore, sebanyak 12.373 KK atau 81.276 jiwa di kabupaten itu terdampak bencana.
Hingga Kamis, jumlah pengungsi berkurang menjadi 59 jiwa dari total 656 jiwa saat bencana. Sementara itu, jumlah rumah yang terdampak kerusakan akibat badai mencapai 13.116 unit.
Baca juga: Hari Pertama UBTK, 617 Calon Mahasiswa Ikut Ujian di 7 Titik
Plt Bupati Sabu Raijua, Doris Alexander Rihi mengatakan, pemerintah terus mendistribusikan bantuan berbagai pihak kepada masyarakat terdampak. Bantuan itu termasuk berasal satu BNPB dan para pihak yang dikoordinir Satgas Tanggap Darurat Bencana NTT.
"Sementara kita jamin masyarakat tidak lapar dulu, dari bantuan pemerintah yang ada kita distribusikan kepada masyarakat seperti beras dan bahan makanan, seng, paku, genset," ujar Doris Alexander Rihi.
Ia menjelaskan, pihaknya telah melaksanakan pendataan dampak dan kerusakan akibat bencana. Hasil pendataan telah disampaikan ke pihak BNPB dengan tembusan pada Satgas Tanggap Darurat Bencana Provinsi NTT. Selain itu, data kerusakan berbagai fasilitas publik juga telah disampaikan ke pihak Kementerian PUPR.
Baca juga: 22 Korban Hilang di Lembata Belum Ditemukan, Kemungkinan Pencarian Diakhiri
"Mengenai kerusakan, kita sudah komunikasikan pendataan by name by address untuk disampaikan ke BNPB. Dari Kementerian PU sudah telepon minta perhitungan perhitungan dan sudah kami berikan," kata dia.
Terkait kerusakan bangunan Rumah Sakit, Doris mengakui, selain berkoordinasi dengan Kementerian PUPR, pihaknya juga mendapat komunikasi dari Kementerian Kesehatan. Pihak Kemenkes berharap minimal pekan depan rumah sakit bisa difungsikan kembali.
"Mengenai rumah sakit juga kita sudah sampaikan ke Kementerian PU. Ternyata Kementerian Kesehatan juga telepon kesini, jadi minta pak Gub segera tutup, Kalau bisa minggu depan sudah tertutup (atapnya)," beber Doris.
Ia mengatakan, tak hanya rumah sakit. Hampir semua bangunan fasilitas umum di wilayah itu rusak. "Semua kantor dan rumah semua rusak, jagj tidak bisa diptioritaskan hanya rumah sakit saja," kata dia.
Terkait pengungsi, Doris menyebut hingga saat inu pengungsi berkurang di lokasi pengungsian. Hingga Kamis, tercacat tinggal satu lokasi pengungsian yang ditempati warga yakni di Gereja Eowa.
Pemerintah, lanjut dia, mengharapkan agar pengungsi bisa kembali ke rumah keluarga.
"Banyak yang kaget karena rumah yang rusak 13 ribu lebih tapi pengungsi tidak ada. Ya, orang mau menetap di sekitar rumah, mau bagaimana?" ujar Doris.
Menurut dia, warga lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah daripada di lokasi pengungsian. Hal ini kata dia karena telah menjadi kebiasaan masyarakat di wilayah itu. (Laporan wartawan POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)