KATA SEINDAH BUNGA, Narasi Servulus Isaak SVD

Bahagia di surga, Pater Servulus. Saya dan kami adik-adikmu di sini sedang terjerembab dalam peradaban

Editor: Agustinus Sape
zoom-inlihat foto KATA SEINDAH BUNGA, Narasi Servulus Isaak SVD
Foto pribadi
Pater Servulus Isaak SVD, alm.

KATA SEINDAH BUNGA, Narasi Servulus Isaak SVD

Oleh Gerard N. Bibang

POS-KUPANG.COM - Akhirnya menjadi terang benderang, begitu kumuh dan joroknya zamanku yang kian berebut dunia. Dan begitu indah dan bercahayanya “kata seindah bunga’ dari Pater Servulus Isaak. Ialah tentang keindahan hidup yang sebenar-benarnya.

Tentang hidup yang memberikan sehabis-habisnya apa yang ada padanya bagi kemaslahatan orang banyak. Yang menjadi cahaya kecil bagi kegelapan sambil menghabisi dirinya sendiri pada saat yang bersamaan. Yang mengerjakan hal-hal kecil, sepele dan sederhana tapi bernilai besar karena menyembuhkan, membebaskan dan meringankan beban orang lain.

Ini semua adalah keindahan Pater Servulus. Dalam doaku telah saya minta dan mohon izin untuk suatu hari nanti dianugerahi kemampuan membuktikan bahwa keindahan sesungguhnya adalah puncak-puncak kebaikan. Tidak perlu melalui hal-hal besar: nama besar, harta besar, rumah besar, kekuasaan besar. Cukuplah melalui yang kecil-kecil saja: duduk mendengarkan, berdoa, berkata seperlunya namun semerbak bagi kehidupan orang lain.

Inilah ‘kata seindah bunga’-nya Pater Servulus. Di hari-hari ini, makin ke sini, keindahan seperti ini makin langka. Makin tersisih dan tidak laku oleh kebisingan peradaban akselerasi informasi. Di mana-mana orang riuh rendah mengejar dunia. Di mana-mana orang ribut curhat tentang dunia. Dari hembusan delapan penjuru angin, dari bawah sampai atas, pada segmen dan level sosial manapun, suara-suara menuturkan keluhan-keluhan manusia tentang dunia: kemiskinan, kesulitan mencari nafkah, susahnya dapat kerjaan, kompetisi baku sikut untuk menjadi berlebih dan seretnya usaha.

Solilokui

Terkadang dalam solilokui, saya bertanya kepada diriku sendiri ketika bermenung tentang betapa khusyuk dan bahagianya Pater Servulus di hari-hari tuanya dalam kesunyian seorang kecil dan bukan siapa-siapa melayani sekian banyak orang yang tiap hari antre di depan kamarnya, yang tentu mengabaikan protokol Covid-19 dan sering lupa mengurus dirinya sendiri serta seringkali baru makan siang ketika hari menjelang senja. Tapi semuanya dia dengan senang hati dan enteng melakukannya hingga dia sendiri dijemput oleh Covid-19 dalam sebuah kematian yang sunyi. Dia pergi, tenang dan bahagia, dalam ke-tiada-apa-apa dan kekecilannya.

Tidak tahukah dia tentang saudara kematian Covid-19? Pasti tahu. Tapi untuk orang kecil berjiwa luas seperti Pater Servulus, hidup mati adalah bagaikan titian serambut yang dibelah tujuh dan dapat dilewati kapan saja tanpa keluh kesah yang merepotkan orang banyak.

Maka, saya sering bertanya kepada diriku sendiri dengan kesombongan menggunakan terminologi agama: “Bibang, hidupmu ini mencari dunia atau akhirat? Kalau kau jawab mencari dunia, saya tuding, yah, salahmu sendiri dunia kok dijadikan tujuan. Kalau jawabanmu mencari akhirat, saya katakan “kalau kau mencari akhirat kenapa kau mengeluhkan dunia”. Kan sudah jelas sejak dahulu kala bahwa hidup ini hanya mampir minum. Namanya juga mampir, singgah sejenak, bukan bertempat tinggal tetap. Sudah jelas dunia hanya tempat persinggahan sementara di tengah perjalanan, kok disangka kampung halaman. Bodok de ghau, Bibang (= bego kamu, Bibang).

Sayangnya, dalam solilokuiku ini, Mori Keraeng (=Tuhan Allah) dengan suara sayup-sayup, menyatakan dan mungkin memang sengaja skenario-NYA untuk saya:

Wuallah, kau ini, Bibang, keenakan, mentang-mentang berada di zaman canggih akselerasi informasi. Mau tahu apa, segera tanya profesor Google, kutak-katik sebentar, langsung dapat jawaban. Kau ini mental enak, dasar pemalas!

Oleee Mori (=Oh Tuhan) apa keta sala daku ta Mori (=apa salahku, Tuhan)

Ah, kau ini, sedikit-sedikit salah, salah koq sedikit-sedikit, hahahahahaaaha

Hahahahahah, ta Mori, (oh Tuhan), kenapa harus melawak lagi ka, hidup ini sudah susah diajak lucu-lucu lagi. Saya boleh dengar serius tadi...

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved