Belajar dari Teja Warga Ende,Ternaknya Tetap Sehat di Tengah Merebaknya ASF
Belajar dari Teja Rango Warga Ende,Ternaknya Tetap Sehat di Tengah Merebaknya ASF
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Belajar dari Teja Rango Warga Ende,Ternaknya Tetap Sehat di Tengah Merebaknya ASF
POS-KUPANG.COM | ENDE - Disambangi POS-KUPANG.COM, Kamis (8/4/2021) pagi, Teja Rango bersama putrinya tengah sibuk membersihkan kandang dan memandikan tiga ekor ternak babi mereka.
Warga RT 03 Kelurahan Rewarangga Selatan, Kabupaten Ende ini, menggunakan air yang dialiri melalui selang, sapu lidi dan sikat untuk bersihkan kandang dan ternaknya tersebut.
Sebelum meninggalkan kandang Teja memastikan tidak ada kotoran atau sampah apapun yang masih tertinggal di kandang atau lengket di ternak babi. Rutinitas ini dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore hari.
Baca juga: Krisdayanti Bagi Kabar Tak Sedap, Raul Lemos Kini Tak Bisa ke Jakarta Gegera Derita Ini, Sakit Apa?
Baca juga: Promo Indomaret Besok Jumat 9 April 2021, Susu Morinaga 400gr Cuma Rp 129 ribuan, Beli 2 Lebih Hemat
"Kalau bersihkan babi dan kandang, sehari dua kali pagi dan sore, sedangkan makan, tiga kali sehari, pagi siang dan sore dengan porsi berbeda - beda," ungkap Teja kepada POS-KUPANG.COM, usai bersih kandang.
Teja mengaku ketika African Swine Fever (ASF) atau flu pada ternak babi mulai merebak di Ende pada awal 2020, ia was - was dan sempat berniat menjual ternak babinya dengan harga murah, apalagi belum ada vaksin ASF.
"Babi - babi milik tetangga di lingkungan saya tinggal mati semua. Kami punya tidak mati. Yah waktu itu Mei hingga Juli jumlah ASF sedang marak, lagi puncaknya," ungkapnya.
Baca juga: Promo Indomaret Besok Jumat 9 April 2021, Susu Morinaga 400gr Cuma Rp 129 ribuan, Beli 2 Lebih Hemat
Baca juga: Berikut Jadwal MotoGP Portugal 2021 & Jam Tayang MotoGP Portugal Minggu Ini, Update Klasemen MotoGP
Menurutnya, Teja mengaku ingat dan menjalankannya betul pesan dari Dinas Pertanian Ende yakni rajin terapkan Biosecurity. "Saya selalu bersihkan, beri makan teratur," ungkapnya.
Teja mengaku, tidak memberikan suplemen, vitamin atau obat apapun pada ternak babi. Menurutnya, selain makan teratur, ternak juga butuh lingkungan yang bersih dan nyaman tumbuh sehat.
"Saya sudah sejak 2008 pelihara babi dan sangat membantu ekonomi keluarga, untuk penuhi kebutuhan keluarga. Walau pelihara tidak banyak, tetapi sangat membantu. Kalau jual, saya beli lagi bibit baru untuk pelihara," ungkapnya.
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Marianus Alexander, Kadis Pertanian Ende, mengatakan, ASF di Kabupaten Ende, sulit dibendung.
Prilaku masyarakat khususnya para peternak yang tidak disiplin terapkan biosecurity dinilai menjadi penyebab utama kenapa ASF terus berkembang.
Marianus Alexander, Kadis Pertanian Ende, mengatakan, selain tidak jalankan biosecurity, para peternak juga membuang babi yang mati disembarang tempat.
"Perkembangan ASF meningkat, kenapa, karena masyarakat tidak terapkan biosecurity. Babi mati dibuang di tempat umum," keluh Marianus.
Marianus mengatakan, masyarakat harus sadar bahwa biosecurity perlu diterapkan mengingat, obat dan vaksin untuk ASF hingga saat ini belum ada.
Marianus mengapresiasi sebagian kecil peternak yang sungguh-sungguh menerapkan biosecurity. "Contohnya di rumah pastoran aman, karena biosecurity bagus sekali," ungkapnya.
Lanjutnya, masyarakat juga perlu waspada ketika membela ternak babi, jangan sampai membeli ternak babi yang sudah terpapar ASF.
"Jadi tanya kenapa misalnya babi yang sebenarnya harganya lima juta, tetapi dijual dengan harga dua juta saja, ada apa, dicek baik-baik. Jangan sampai babinya sakit," kata Marianus.
Manurutnya, Bupati Ende kembali mengeluarkan surat imbauan untuk disiplin menjalankan biosecurity serta menghentikan arus lalu lintas ternak babi.
Marianus menyebut jumlah ternak babi yang mati selama tiga bulan terakhir ini mencapai 1.430an ekor. "Sebenarnya November 2020, jumlah yang mati turun tapi masuk Desember naik lagi," ungkapnya.
Dia merincikan, Desember 2020 hingga 25 Januari 2021, tercatat ada 600 ekor babi mati, selanjutnya, 25 Januari hingga 14 Februari 2021, mencapai 430an ekor.
Menurutnya jika dibandingkan dengan populasi babi di Kabupaten Ende, jumlah yang mati tergolong kecil, karena populasi babi di Ende mencapai 35 ribu lebih.
Namun problemnya, katanya Marianus, ketika ada babi mati dengan jumlah yang cukup signifikan, apalagi dibuang begitu saja, maka potensi penularan makin besar.
Terkait bantuan berupa ternak babi kepada para peternak, Marianus tegaskan tidak ada bantuan, apalagi ASF masih melanda.
"Bahkan bantuan yang melalai dana desa kami imbau jangan dulu kasih bantuan berupa babi tetapi kalau tidak dengar yah ada resikonya, katanya ASF ini masih ada dan waspada gelombang kedua penyebaran ASF," tegasnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)