Becana Alam NTT
Di NTT, Warga Waimatan-Lembata Menangis Histeris, Jasad Korban Mulai Ditemukan
Ratusan warga desa Waimatan yang berada di posko pengungsian Aula Kantor desa Napasabok, Kecamatan Ile Ape menangis histeris ketika se
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Ratusan warga desa Waimatan yang berada di posko pengungsian Aula Kantor desa Napasabok, Kecamatan Ile Ape menangis histeris ketika sebuah mobil ambulans melintas di depan mereka, dari arah desa Waimatan.
Mereka tahu jika sirene mobil ambulans sudah dibunyikan maka itu tandanya ada satu korban meninggal lagi yang sudah ditemukan. Siang itu, Selasa, 6 April 2021, jenasah Markus Diler ditemukan oleh tim evakuasi dan langsung dibawa ke RSUD Lewoleba.
Ketika mobil ambulans melintas, ratusan warga langsung meratap histeris seolah tak ingin kehilangan keluarga yang mereka kasihi. Sopir mobil ambulans masih sempat berhenti di depan posko pengungsian sekadar memberi waktu kepada warga untuk memberikan salam perpisahan terakhir dengan air mata dukacita. Tidak ada yang menyangka korban berjatuhan begitu banyak. Bunyi sirene mobil ambulans pun bersahut-sahutan dengan ratapan warga.
Susi Susanti, mengatakan Markus Diler yang sudah ditemukan meninggal dunia itu adalah warga dusun 2, desa Waimatan.
"Adiknya Markus belum ketemu," kata Susi Susanti dengan wajah sedih.
Diperkirakan masih ada 21 warga desa Waimatan yang terkubur longsor dan bebatuan besar dari Gunung Ile Lewotolok. Sementara hingga Selasa siang kemarin baru empat jasad yang ditemukan di bawah reruntuhan rumah dan batu-batu besar.
Dari kesaksian Kepala Desa Waimatan, Mus Betekeneng, sekitar 19 rumah terkubur longsor. Saat musibah itu terjadi, dia yakin, banyak dari warga yang masih terjaga atau belum tidur pulas. Longsor bahkan mengubur semua keluarga di dalam rumah.
Baca juga: Di Kota Kupang, Korban Badai Seroja Minta Pemerintah Suplai Makanan Bergizi Balita & Ibu Menyusui
Marieta Kewa, warga desa Waimatan menerangkan kerabatnya sepasang suami istri Yuliana Ebong dan Benediktus Bean dengan satu anak perempuan mereka yang bernama, Ana Maria Ema juga diyakini ikut terkubur longsor.
"Kami di dusun 3 bagian bukit jadi aman. Sempat panik juga, tidak bisa tidur satu malam. Pagi baru kami dengar kalau mereka terkubur," tandasnya berlinang air mata, Selasa (6/4/2021) siang.
Warga desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur yang selamat dari bencana banjir dan longsor dievakuasi ke desa Napasabok, Kecamatan Ile Ape. Sementara akses jalan ke Waimatan sudah mulai dilalui kendaraan. Proses pencarian warga yang terkubur masih terus dilakukan aparat Polres Lembata, personil TNI, Anggota BPBD Kabupaten Lembata dan para relawan Tim Siaga Bencana dengan alat seadanya.
Medan yang sulit dan kondisi longsor yang parah menyebabkan proses pencarian korban dengan excavator harus diperhitungkan secara baik.
Sementara itu, di desa Waowala, warga juga mencari seorang korban perempuan yang masih hilang.
"Satu sudah ketemu meninggal pada hari pertama," ungkap Laurensius Lewo Purab, warga desa Waowala, Kecamatan Ile Ape. Hujan lebat dan gemuruh terdengar sebelum air bah dari gunung Ile Lewotolok menerjang Waowala, kata Laurensius yang merupakan salah satu korban selamat.
"Kayu, batu hantam saya dan istri di pintu rumah. Kemudian saya tolak istri masuk ke dalam rumah. Lumpur, air, kayu, batu masuk ke dalam rumah semua," katanya.
"Kalau air naik kita naik ke atas loteng, kalau rumah ini roboh, maka kita pasrah saja," pesan Laurensius pada malam naas itu kepada anak sulung dan istrinya.
Pantauan Pos Kupang, pada Selasa kemarin, jasad-jasad korban meninggal dunia di desa Amakaka mulai ditemukan. Satu alat excavator yang dikendalikan oleh operator Manto Purek berhasil membongkar reruntuhan rumah dan batu besar. Beberapa jasad ditemukan. Salah satunya adalah seorang anak kecil berusia tujuh tahun.