Laporan Pengaduan Pendeta yang Diancam Dibunuh di Nekamese Kabupaten Kupang Tak Diterima Polisi

sejumlah ternak piaraan warga pun dibunuh. Bahkan, pendeta perempuan ini diancam dan nyaris dihabisi.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Kepala Desa Taloetan, Yusak Bilaut, Pendeta Pendeta Erna Rau Eda Fanggidae, S.Th didampingi sebagian warga korban pembakaran saat menggelar konferensi pers 

Laporan Pengaduan Pendeta yang Diancam Dibunuh di Nekamese Kabupaten Kupang Tak Diterima Polisi

POS-KUPANG.COM|KUPANG-- Tragedi pembakaran rumah warga desa Taloetan, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, NTT oleh sekelompok massa meninggalkan trauma mendalam bagi warga juga Pendeta gereja GMIT Gibeon Bone, Pdt. Erna Ratu Eda Fanggidae, S.Th.

Selain 21 rumah warga dibakar massa, sejumlah ternak piaraan warga pun dibunuh. Bahkan, pendeta perempuan ini diancam dan nyaris dihabisi.

Pdt. Erna Ratu Eda Fanggidae, S.Th menuturkan kejadian tersebut terjadi saat ia sedang memimpin rapat.

"Kami lagi rapat di gereja, tiba-tiba seorang jemaat memberi kabar bahwa ada orang bakar rumah warga dan para pelaku menuju gereja, semua panik," ujarya kepada wartawan, Kamis 1 Aprik 2021.

Baca juga: Pemimpin Jemaat Diancam Dibunuh di Nekamese, 21 Rumah Warga Dibakar & Pelaku Belum Ditangkap Polisi

Baca juga: Kapolres Kupang Pimpin Langsung Pengamanan Eksekusi Lahan Sengketa di Nekamese

Karena takut, Pendeta Erna kemudian meminta koster untuk membunyikan lonceng gereja agar warga membantu mereka di gereja. Pasalnya di gereja kebanyakan perempuan.

"Sebagai seorang perempuan saya juga tidak bisa berbuat apa-apa, saya hanya meminta semua yang ada di dalam gerja untuk tidak keluar," katanya.

Tak lama berselang, sebuah mobil warna kuning membawa sekelompok pemuda yang tidak dikenal melintas.

"Saya lihat dari jendela para pemuda itu membawa panah, golok dan senjata tajam lainnya. Beberapa orang yang bersama saya makin ketakutan. Saya mencoba menenangkan mereka. Di antara massa itu, ada juga warga disini, saya kenal karena mereka jemaat saya," tandasnya.

Suasana makin mencekam. Pendeta Erna kemudian mengambil toga dan mengenakannya, kemudian berlutut dan berdoa memohon perlindungan Tuhan.

"Selesai berdoa, saya keluar dan berjalan ke depan gereja. Saya lihat rumah - rumah sudah terbakar, asap hitam mengepul, saya menangis, dalam hati berkata Tuhan ampuni mereka," ungkap Pendeta Erna.

Baca juga: Kesaksian Kades Taloetan Kupang Saat 21 Rumah Warga Dibakar : Ada Warga Ikut dalam Penyerangan

Tak lama kemudian, ada dua pelaku yang membawa kelewang (golok) menuju ke arahnya. Dia sempat ciut, namun demi menyelamatkan jemaatnya yang berada di dalam gereja, ia memberanikan diri.

Disaat bersamaan, mobil kuning yang mengangkut massa pembakar itu melaju dengan kencang ke arahnya. Mereka menghentikan mobil. Beberapa orang pelaku kemudian mengancam membakar dan membunuhnya.

"Ini dia juga, bakar dia, bunuh dia," teriak para pelaku. "Saya jawab, silahkan bunuh saya. Tapi mereka tidak lakukan. Mungkin karena saya memakai toga pendeta, kalau tidak saya pasti sudah dibunuh," katanya.

Ia mengatakan, pasca kejadian, ia mengaku trauma hingga beberapa tahapan ibadah pekan suci paskah, batal digelar.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved