Tuan Guru Bajang Sebut Rizieq Shihab Simbol Politisasi Agama Untuk Kekuasaan: Ini Bukan Salah NU

Tuan Guru Bajang ingatkan para politisi untuk tidak mempolitisi agama demi kepentingan politik. Pasalnya cara itu akan mengundang bahaya dalam negara.

Editor: Frans Krowin
Warta Kota.com
Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi ingatkan politisi jangan gunakan agama untuk kepentingan kekuasaan. TGB juga menjelaskan konsep berdakwah di Nusantara atau Indonesia. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Tuan Guru Bajang mengingatkan para politisi untuk tidak mempolitisi agama demi kepentingan politik. Pasalnya cara itu akan mengundang bahaya dalam negara.

Peringatan Tuan Guru Bajang atau Muhammad Zainul Majdi itu saat webinar yang diselenggarakan Moya Institute bertema Gaduh Politisasi Agama, belum lama ini. 

"Menurut saya, politisasi agama bentuk paling buruk dalam hubungan agama dan politik," kata TGB yang juga Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Cabang Indonesia itu.

Menurut dia, politisasi agama yang dimanfaatkan untuk meraih kepentingan tertentu sejatinya akan berdampak buruk dan mengundang bahaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut, katanya, sesungguhnya telah mencuat selama ini. Bahwa menggunakan sentimen agama untuk menarik simpati masyarakat merupakan tindakan yang kurang elok.

Dikatakannya, menggunakan sentimen agama dengan membuat ketakutan pada khalayak ramai atau menggunakan simbol agama untuk mendapatkan simpati, sama dengan memperalat agama untuk tujuan duniawi.

Memang, lanjut Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) itu, politisasi agama juga bisa baik, manakala nilai-nilai mulia agama menjadi prinsip dalam berpolitik, seperti yang dilakukan para pendiri bangsa ini.

"Maka politik menjadi hidup dan bagus karena ada nilai agama," kata mantan Gubernur NTB (Nusa Tenggara Barat) itu.

Baca juga: Tuan Guru Bajang Ungkap Kisah Tentang Masa Lalu Keluarga Jokowi, Sebut Ada Pesan Sosok Ini, Siapa?

Baca juga: Mengejutkan, Tuan Guru Bajang Ajak Masyarakat Kerja Nyata, Bukan Hujatan dan Fitnah, Ada Apa?

Akan tetapi, katanya, akhir-akhir ini makna berbangsa dan bernegara kian bergeser. Ada kelompok tertentu mempolitisasi agama untuk maksud tertentu, hal mana mengancam disintegrasi bangsa.

"Kita perlu literasi, perlu penegasan bahwa politik bagian dari muamalah, politik bukan akidah," tegas TGB.

Intelektual Muhammadiyah yang juga Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni mencontohkan apa yang dilakukan Rizieq Shihab merupakan bagian dari politisasi agama.

"Kalau Rizieq mungkin mengatakan bukan (politisasi agama). Tapi kalau kita mengatakan iya," kata Imam.

Masih dalam forum yang sama, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Muhammad Cholil Nafis mengatakan, apa yang terjadi akhir-akhir ini bukan karena kegagalan NU dan Muhammadiyah dalam membimbing umat, tetapi lebih pada kegagalan orang yang ingin membawa isu liberal.

"Liberal ini melahirkan radikalisme. Yang kita hadapi ini buah dari proses liberalisasi. Jadi, jangan sampai kita menepi menjadi radikalisme. Bagaimana memasyarakatkan moderasi Islam agar orang tidak menepi ke kanan dan ke kiri," ujar Cholil.

Sedangkan Direktur Moya Institute Hery Sucipto menegaskan bahwa negara harus hadir dan tegas melindungi segenap warganya termasuk menindak tegas kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan provokasi.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved