Tuan Guru Bajang Sebut Rizieq Shihab Simbol Politisasi Agama Untuk Kekuasaan: Ini Bukan Salah NU
Tuan Guru Bajang ingatkan para politisi untuk tidak mempolitisi agama demi kepentingan politik. Pasalnya cara itu akan mengundang bahaya dalam negara.
Isu kudeta ditubuh Partai Demokrat nyatanya hingga kini masih menjadi perbincangan.
Sejumlah tokoh masih mengomentari terkait isu ini.
Partai Demokrat belakangan ini menjadi sorotan publik karena dilanda isu kudeta yang dituding oleh Demokrat, dimotori kader, eks kader, hingga pejabat pemerintahan.
Mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie adalah satu dari beberapa orang yang dituding ingin menggulingkan kekuasaan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Marzuki mengatakan, apabila Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas yang menjadi Ketum Demokrat, kondisi partai tidak akan segaduh sekarang.
Hal itu diungkapkan oleh Marzuki dalam acara AF UNCENSORED yang diunggah dalam kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Kamis (11/2/2021).
Mulanya Marzuki mengungkit perdebatannya dengan kader Demokrat Andi Mallarangeng.
Marzuki bercerita, kala itu Andi tak setuju jika Partai Demokrat disebut telah menjadi partai keluarga atau dinasti karena hasil survey menunjukkan AHY yang paling tinggi.
Beda pendapat dengan Andi, Marzuki menilai survei tidak bisa dijadikan ukuran untuk menunjuk ketua umum partai.
"Ngelola partai ini bukan survei," kata Marzuki.
"Ngelola partai ada ilmunya, ada pengalamannya, enggak mungkin ujuk-ujuk karena survei tinggi langsung duduk sebagai ketua partai."
"Tetapi menjadi pemimpin partai politik itu dia harus punya pengalaman," sambungnya.
Marzuki sendiri masih tidak ingin buka suara bagaimana sosok AHY sebagai Ketum Demokrat, apakah berhasil atau tidak.
"Mampu (atau) tidak itu nanti 2024 hasilnya," ujar dia.
Dirinya beprinsip bahwa partai harus diurus dengan mekanisme kaderisasi yang jelas.
"Harusnya partai modern itu mengedepankan mekanisme," ujarnya.
Ia mencontohkan apabila adik AHY yakni Ibas menjadi Ketum Demokrat, kondisi partai akan lebih tenang dibandingkan sekarang ini.
"Saya terus terang sangat apresiasi dengan Ibas," kata Marzuki.
"Dia jadi sekjen, dia ke fraksi."
"Kalau Ibas jadi ketua umum, terlepas dari kompetensi dan sebagainya mungkin orang tidak akan terlalu resisten," pungkasnya.
Marzuki Alie Anggap AHY Gegabah
Sebelumnya diberitakan, Mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie telah angkat bicara tentang sikap Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengumumkan partainya hendak dikudeta.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Prime Talk di Metro TV, Rabu (3/2/2021).
Diketahui sebelumnya AHY membuat pernyataan ada 5 tokoh dalam dan luar partai yang disinyalir hendak berbuat makar.
Marzuki Alie menilai Demokrat terbelah pendapatnya dalam menanggapi pernyataan AHY.
"Ini debatable, ya," komentar Marzuki Alie.
Ia mengaku hendak mengkritik sikap AHY yang dengan gegabah mengumumkan ada kadernya yang makar.
Menurut Marzuki, hal ini sama saja dengan mengumbar urusan rumah tangga partai kepada publik.
"Tapi yang saya kritik adalah mengumumkan kader berkhianat," ungkap Marzuki.
"Ini sama saja saya mengasih tahu kepada tetangga atau orang luar, 'Eh, anak saya berkhianat kepada saya'. Lucu kan?" tambah dia.
Ia menilai sikap AHY tersebut tidak bijak sebagai pemimpin partai.
"Ini saya bilang kapasitasnya (AHY) itu. Tidak wise (bijak)," kata mantan Ketua DPR RI itu.
Marzuki melanjutkan, jika memang terbukti ada kader partai yang hendak berbuat makar, seharusnya diselesaikan secara internal partai.
Ia menyebut regulasi di dalam partai sudah menyediakan sanksi bagi kadernya yang dianggap berkhianat.
"Kalau anak kita berbuat apa yang tidak baik, panggil dong anak kita. Kenapa kamu melakukan ini, 'kan ada mekanisme di partai," jelasnya.
Marzuki lalu membandingkan sikap AHY dengan dulu sewaktu dirinya masih terlibat aktif di kepengurusan.
"Waktu saya sebagai pimpinan partai, yang melakukan ini kita panggil, ada yang kita pecat," ungkap Marzuki.
"Tapi enggak gaduh," ungkit dia.
Marzuki juga memberi kritik lain terhadap AHY, yakni agar membangun soliditas partai yang lebih kuat lagi.
"Bahwa dia berkolaborasi dengan orang luar, menjatuhkan, otomatis kalau kita kuat di internal, tidak ada orang luar yang mampu menggoyah kita," jelas Marzuki.
"Tidak akan bisa kalau kita mampu membangun soliditas internal," tegasnya. (TribunWow.com/Anung/Brigitta)
Jangan Biarkan Mereka Berteriak Atas Nama Islam
Pada bagian lain, Tuan Guru Bajang juga menyoroti aksi sekelompok orang yang selalu berteriak-teriak atas nama Islam, padahal untuk tujuan tertentu.
Mereka yang berteriak itu, apalagi yang tak punya otoritas, jangan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang berusaha menyudahinya.
Sorotan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Tuan Guru Bajang itu demi menjaga keutuhan umat dengan tidak membiarkan siapapun berteriak destruktif yang dapat memecah belah umat.
Tuan Guru Bajang mengunkapkan itu dalam sambutannya pada Konferensi InternasionalModerasi Islam dengan tema Moderasi Islam dalam Persfektif Ahlussunnah Wal Jama'ah yang digelar di Masjid Habbul Wathan Islamic Center, beberapa tahun slam.
"Jangan kita biarkan orang-orang yang tidak memiliki otoritas yang memadai untuk bicara tentang Islam, berteriak di mana-mana mengatasnamakan Islam. Mari kita suarakan suara Al Azhar. Mari kita suarakan ahlussunnah wal jama'ah. Karena dengan suara itu, keutuhan kita sebagai bangsa dan sebagai umat akan terjaga,” jelasnya disambut tepuk tangan peserta konferensi.
Sejumlah ulama ternama dari berbagai negara yang merupakan alumni Al Azhar menghadiri konferensi internasional itu.
Mereka di antaranya mantan rektor Universitas Al Azhar Prof Dr Ibrahim Hud Hud, Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jaelani Baghdad Irak Dr Anas Mahmud Kholaf dan Dosen Ushul Fiqh & Alumni Al Azhar Al Syarif asal Suriah Dr Muhammad Darwis.
TGB yang juga gubernur NTB juga menyoroti kondisi sejumlah negara Islam, termasuk di Suriah dan Irak.
Menurutnya, negara-negara itu terus berkonflik karena hilangnya moderasi Islam yang digantikan oleh pandangan-pandangan ekstrem. Hal itu kemudian menyebabkan terbelahnya umat Islam.
“Kita mendengar ada seruan seruan jihad di Suriah. Apa buah dari seruan-seruan itu? Buahnya hanya satu, kehancuran peradaban yang dibangun dari satu pondasi ke pondasi lainnya...seketika bangunan peradaban yang kokoh itu hancur lebur, karena permusuhan, kebencian dan peperangan, pelajaran yang sangat mahal," TGB.
Sebelumnya, Ibrahim Hud Hud dalam sambutannya mengatakan, Al Azhar mencetak pelajar yang mampu menghargai perbedaan dan mengusung moderasi Islam.
“Maka Al Azhar dari sejak pendidikan dasar membangun pendidikannya berdasarkan tiga pondas. Iilmu yang berkenaan dengan Al Quran dan Hadist, ilmu agama dan keduaniaan, sehingga alumni-almuni Al Azhar tidak akan pernah menjadikan ilmu agamanya berseberangan dan bertentangan dengan dunia dan akal sehat," katanya dalam bahasa Arab.
Hud Hud juga yakin bahwa Al Azhar tidak hanya mencetak para ahli di bidangnya, tetapi juga mereka memahami ilmu agama yang baik.
“Seperti dokter lukusan Al Azhar. Mereka tidak hanya sebagai dokter, tetapi dokter yang memahami ilmu agama," katanya.
Untuk menunjukkan moderasi Islam, pada zaman dahulu, Al Azhar mendatangkan para dosen dari bangsa Yahudi. Mereka mengajarkan ilmu filsafat dan kedokteran, karena mereka pakar dalam bidang itu.
Untuk menghasilkan lulusan yang memiliki konsep menghargai perbedaan dan memiliki wawasan yang luas, Hud Hud mengatakan para mahasiswa Al Azhar diajarkan 4 mazhab Fiqih, yaitu mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan mazhab Imam Ahmad Bin Hambali.
“Itu kemudian yang melatih lulusan Al Azhar bisa menghargai perbedaan dan saling menghargai,” tandasnya.
Konferensi akan berlangsung hingga Sabtu besok. Menurut rencana, Minggu (29/7/2018), peserta konferensi akan menghadiri HUT Nahdlatul Wathan (NW) Pancor.
(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Tuan Guru Bajang: Politisasi Agama untuk Menangi Kontestasi Politik Berdampak Buruk dan Berbahaya