Akses Jalan Ditutup Pengusaha, Pelajar di Kota Kupang Nekat Panjat Tembok

orang tua siswa dan guru juga terpaksa melewati jembatan tersebut, saat menghadiri rapat komite di sekolah.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Pelajar SD Petra, Kota Kupang saat memanjat tembok yang dibangun pengusaha 

Akses Jalan Ditutup Pengusaha, Pelajar di Kota Kupang Nekat Panjat Tembok

POS-KUPANG.COM|KUPANG-- Sungguh malang nasib pelajar tiga sekolah di Kota Kupang. Mereka harus bertaruh nyawa dengan melewati jembatan kayu, dan memanjat pagar demi bisa mengenyam pendidikan di sekolah.

Sudah setahun, para pelajar yang tinggal di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak itu menyeberangi jembatan kayu yang panjangnya sekitar 6 meter.

Mereka berjibaku dan saling berpegangan tangan agar bisa melewati sungai tersebut. Tujuannya hanya satu, yakni bisa tiba di sekolah, karena akses jalan ditutup pengusaha.

Bukan hanya para pelajar, orang tua siswa dan guru juga terpaksa melewati jembatan tersebut, saat menghadiri rapat komite di sekolah.

Sejak akses jalan ditutup, hanya ada dua jalan alternatif bagi mereka. Melewati jembatan kayu yang nyaris ambruk, atau memanjat tembok raksasa milik pengusaha setinggi 2 meter.

Akses jalan yang ditutup tersebut memang vital, karena menghubungkan tiga sekolah di Kota Kupang, yakni TK Petra, SD Petra dan SMKN 7 Kota Kupang.

Selain itu, jalan tersebut juga menghubungkan fasilitas umum seperti gereja, dan masjid yang biasa digunakan warga untuk beribadah.

Fitri, salah satu siswi Kelas VI SD Petra Kota Kupang mengaku, setiap hari dia bersama teman-temannya melewati jalan setapak, jembatan kayu, dan memanjat pagar demi bisa bersekolah.

"Kami lewat kali dan panjat pagar, karena jalan yang biasa lewat sudah ditutup, maka jalan satu-satunya terpaksa kami harus lewat kali," tutur Fitri kepada wartawan, Kamis (18/3/2021).

Selain harus melewati jembatan kayu dan memanjat pagar, kendala terbesar yang dihadapi para siswa ketika musim hujan adalah banjir, apalagi kondisi jembatan kayu yang sudah lapuk.

"Kami sangat kesulitan, kalau musim hujan. Ditambah lagi jembatannya sudah retak, sehingga kami harus ikut jalan umum yang jaraknya sangat jauh," ucap Fitri.

Hal senada disampaikan guru SD Petra, Neldiana Mau. Menurutnya, akses jalan tersebut sudah ditutup sejak tahun 2020, sehingga sangat menyulitkan para siswa, guru dan orangtua.

"Memang terdapat akses jalan lain, namun para siswa, guru, dan orang tua harus melewati jalan umum yang jaraknya 5 KM, dan sangat beresiko karena banyaknya kendaraan yang bisa menyebabkan kecelakaan," jelas Neldiana.

Dia mengaku prihatin melihat para siswa yang harus bersusah payah, bahkan bertaruh nyawa demi menuntut ilmu di sekolah.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved